Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERKEMBANGAN SOSIAL USIA PRA-SEKOLAH DAN USIA SEKOLAH DASAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN Hadini, M.Ag
FITRA Vol 4, No 1 (2018): Vol. 4 No. 1 Januari - Juni 2018
Publisher : STAI Tapaktuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian ini dilatarbelakangi kurangnya kepedulian pendidik (orang tua dan guru) terhadap perkembangan sosial anak (masa para sekolah maupun usia sekolah), sehingga terhambatnya perkembangan sosial dalam kehidupan anak tersebut. Karena itu, seorang pendidik harus memahami secara baik tentang asas psikologi ini, sebab asas ini merupakan salah satu asas yang melandasi jalannya pelaksanaan pendidikan Islam. Ini artinya, bahwa pelaksanaan pendidikan harus berbasis pada perkembangan anak, dalam hal ini, aspek perkembangan sosial sebagai salah satu unsur psikologis manusia  merupakan elemen pokok dan paling utama yang menjadi ladang garapan dan unsur yang harus dioptimalkan oleh dunia pendidikan Islam, karena Islam mendorong setiap manusia untuk saling berinteraksi dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, sebaliknya Islam melarang ummatnya untuk bersikap egois dan acuh tak acuh. Meski sudah banyak buku-buku yang bercerita tentang perkembangan sosial manusia, namun sangat sedikit pembahasan perkembangan sosial bila ditinjau dari tahap-tahap perkembangannya serta bagaimana implikasi Pendidikan Islamnya. Oleh karenanya, diperlukan kajian yang utuh tentang tahap perkembangan sosial di setiap fasenya, dengan demikian diharapkan formulasi pendidikan Islam dalam mengoptimalkan perkembangan sosial anak bisa didesain secara tepat. Kajian ini mencoba menggambarkan bagaimana tingkat perkembangan sosial manusia yang unik, terutama di usia Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Kajian ini juga merumuskan formulasi pendidikan agama yang sesuai dengan ciri-ciri perkembangan sosial manusia. Kata Kunci : Perkembangan Sosial dan Pendidikan
Psikologi Subjek Didik Dalam Pandangan Ibnu Sina Hadini Hadini
Jurnal Mudarrisuna: Media Kajian Pendidikan Agama Islam Vol 3, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jm.v3i2.192

Abstract

Understanding of child psychology course is a theme that is vital for an educational institution if he wants to achieve the ultimate goal of education. Without a deep understanding of these aspects will be able to make his way education becomes useless, or even can be fatal to a child's life. Because errors in the view of the subsidiary, it would be also wrong in the design or the design of learning, if the design is not in accordance with the spirit of education children of the educational process will be in vain. Currently it has a lot of studies about child psychology, but generally many of the studies referred to the West, while it is known that the empirical epistemology Western scientific, rationalist and positivist certainly be questioned. Therefore there is no other way but to be re-referred to the scientists were able to cover the gap of western methodology. In this case the name of Ibn Sina seems appropriate to refer to his thinking, which is due to its ability to successfully combine empirical dimension to the method of intuition. From search results found thoughts about the importance of child psychology, such as thinking about talent, and various inclinations such as the tendency of imitation, play and tendency to compete. Study of Ibn Sina that have for centuries turned out to be legitimized by modern studies of Educational Psychology at the moment. Pemahaman tentang psikologi anak tentu saja merupakan sebuah tema yang vital bagi sebuah lembaga pendidikan jika ia ingin mencapai sasaran akhir pendidikan. Tanpa pemahaman yang mendalam terhadap aspek ini akan bisa membuat jalannya pendidikan menjadi sia-sia, atau bahkan bisa berakibat fatal bagi kehidupan si anak. Sebab kesalahan dalam melihat entitas anak, maka akan bisa pula salah dalam desain atau dalam rancangan pembelajarannya, jika desain pendidikan tidak sesuai dengan jiwa anak tentu proses pendidikan akan sia-sia. Saat ini memang telah banyak kajian-kajian psikologi tentang anak, namun umumnya banyak dirujuk dari kajian Barat, padahal diketahui bahwa epistemologi keilmuan Barat yang empiris, rasianalis dan positivis tentu saja harus dipertanyakan. Karenanya tidak ada jalan lain kecuali harus kembali merujuk pada ilmuan yang bisa menutupi kesenjangan metodologi Barat. Dalam hal ini nama Ibnu Sina dipandang tepat untuk dirujuk pemikirannya, ini karena kemampuannya yang berhasil mengkombinasikan dimensi empiris dengan metode intuisi. Dari hasil penelusuran didapati pemikiran-pemikiran pentingnya tentang psikologi anak, seperti pemikirannya tentang bakat, dan berbagai kecenderungan-kecenderungan anak seperti kecenderungan berimitasi, bermain dan kecenderungan untuk berkompetisi. Kajian Ibnu Sina yang telah berabad-abad tersebut ternyata dilegitimasi oleh kajian Psikogi Pendidikan modern saat ini.
Characteristics of the Islamic Education System in Thailand Hadini Hadini; Hayati Hayati; Nurbayani Nurbayani
International Journal of Social Service and Research Vol. 3 No. 4 (2023): International Journal of Social Service and Research (IJSSR)
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/ijssr.v3i4.323

Abstract

The uniqueness of the Islamic Education institution system in Thailand is certainly interesting to be studied in more depth, because it is a wealth of treasures owned by Islam that should be proud of in front of other worlds, the study of these institutions is also considered important to be taken for the development of the Islamic Education system wherever it is, as well as a filter wisdom to face the times in the industrial and information era 4.0 today. In exploring information related to the characteristics of Islamic Education institutions in Thailand, researchers tried to use the library research method. For this reason, researchers searched the literature in the form of books, research results, and journals, both national and international related to the topic being studied, namely examining the characteristics of the Islamic educational institution system that developed in Thailand. From the search results it was found that Islamic educational institutions in Thailand are in the form of houses, mosques / mosques, huts and madrasas. Islamic education began with studying Al-Our'an in Mushola (Balai Shah), Mosques and houses. Guru or "Tok Guru Al-Qur'an" is in charge of producing religious figures such as Imam, Khatib, Bilal, every Mosque, members of the mosque power department and at least become spiritual leaders (Tok Leba). The material is the classics. The students are called Tok Pake while the teachers are called Tok guru. While Madrasah has a more modern system with a classical system. Furthermore, the Thai government's policy towards Islamic education is accommodating.  
TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI Hadini Hadini; Syarifah Rahmi; Firdaus Syah
AZKIA : Jurnal Aktualisasi Pendidikan Islam Vol. 18 No. 1 (2023): Juli
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Hilal Sigli Aceh- Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu konsep Pendidikan Islam yang disampaikan oleh Rasulullah adalah persoalan tanggung jawab dalam pendidikan Islam. Adanya konsep tanggung jawab dalam pendidikan Islam yang diajarkannya bertujuan untuk memberi garansi agar ilmu pengetahuan terus maju dan berkembang serta berjalan terus menerus sampai akhir zaman. Adanya tanggung jawab yang diberikan oleh Rasulullah, tentu saja membawa konsekwensi kepada manusia untuk memikul tanggung jawab untuk menjalankan tugas pendidikan Islam. Dalam kajian ini penulis menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) melalui penelaahan buku-buku hadis yang berkaitan dengan tanggung jawab serta berbagai referensi-referensi pendukung lainnya baik buku, jurnal dan berbagai hasil penelitian lainnya. Dari hasil kajian tersebut dihasilkan beberapa temuan, di mana tanggung jawab pendidikan secara garis besarnya ada tiga, yaitu: Pertama, tanggung jawab pendidikan keluarga, Keluarga adalah urutan terdepan di antara berbagai lembaga pendidikan yang ada, terutama peran ibu. Kedua, Pemerintah/Sekolah, dalam bentuk menetapkan kebijakan dan penyediaan sarana pendukung pendidikan, dalam prakteknya Rasulullah dalam sejarahnya telah membuktikan dan mempraktekkan dengan perannya sebagai pemimpin dan kepala pemerintahan dengan menyediakan berbagai lembaga-lembaga pendidikan seperti kuttab, Masjid dan suffah. Ketiga, masyarakat, kewajiban pendidikan tersebut sebagaimana tampak pada perkataan Rasulullah tentang kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, setiap masyarakat wajib menyampaikan pengetahuan kepada lingkungannya.