Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

ANALISA EFFECTIVE WAKE FRICTION AKIBAT PENAMBAHAN STERN TUNNELS PADA KAPAL TROPICAL PRINCESS CRUISES MENGGUNAKAN METODE CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Tuswan, Tuswan; Chrismianto, Deddy; Manik, Parlindungan
Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan Vol 13, No 2 (2016): Juni
Publisher : Department of Naval Architecture - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.568 KB) | DOI: 10.14710/kpl.v13i2.11528

Abstract

Peningkatan performa kapal harus dilakukan untuk menunjang kinerja kapal terutama kapal penumpang yang membutuhkan efisiensi berlayar yang baik. Salah satu cara meningkatkan performa kapal adalah dengan meningkatkan efisiensi sistem propulsi kapal dengan memusatkan aliran menuju propeller. Stern tunnels adalah modifikasi bentuk buritan kapal dengan membuat sebuah cekungan kedalam untuk memusatkan aliran air menuju propeller kapal. Dengan penambahan stern tunnels ini dapat meningkatkan performa kapal yaitu dapat meningkatkan kecepatan advanced (Va) kapal dan mengurangi nilai wake kapal. Stern tunnels dipasang pada dua sisi buritan kapal dengan menggunakan dua variasi yaitu ketinggian stern tunnels (Hw) dan panjang stern tunnels (L). Analisa perhitungan kecepatan advanced dan wake friction kapal menggunakan software berbasis CFD dengan menggunakan 9 titik koordinat probe. Dari analisa didapatkan hasil bahwa kedua belas model variasi tersebut dapat meningkatkan kecepatan advanced kapal dan mengurangi wake friction kapal.  Model M dengan tinggi penambahan tinggi stern tunnels 0,2 m dan panjang stern tunnels 9 m adalah model yang memiliki kecepatan advanced terbesar dan wake friction terkecil dengan presentase peningkatan kecepatan advanced sebesar 4,927 % dan presentase pengurangan nilai wake sebesar 30,4 %
Transmission Coefficient Analysis of Notched Shape Floating Breakwater Using Volume of Fluid Method: A Numerical Study Ridlwan, Asfarur; Armono, Haryo Dwito; Rahmawati, Shade; Tuswan, Tuswan
Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan Vol 18, No 1 (2021): February
Publisher : Department of Naval Architecture - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/kapal.v18i1.34964

Abstract

As one of the coastal structures, breakwaters are built to protect the coastal area against waves. The current application of breakwaters is usually conventional breakwaters, such as the rubble mound type. Climate change, which causes tidal variations, sea level height, and unsuitable soil conditions that cause large structural loads, can be solved more economically by employing floating breakwater. In this study, numerical simulations will be conducted by exploring the optimum floating breakwater notched shapes from the Christensen experiment. The comparison of three proposed floating breakwater models, such as square notch (SQ), circular notch (CN), and triangular notch (VN), is compared with standard pontoon (RG) to optimize the transmission coefficient value is analyzed. Numerical simulations are conducted using Computational Fluid Dynamics (CFD) based on the VOF method with Flow 3D Software. Compared to the experimental study, the RG model's validation shows a good result with an error rate of 8.5%. The comparative results of the floating breakwater models are found that the smaller the transmission coefficient value, the more optimal the model. The SQ structure has the smallest transmission coefficient of 0.6248. It can be summarized that the SQ model is the most optimal floating breakwater structure.
Comparative Analysis of Taper and Taperless Blade Design for Ocean Wind Turbines in Ciheras Coastline, West Java Madi, Madi; Tuswan, Tuswan; Arirohman, Ilham Dwi; Ismail, Abdi
Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan Vol 18, No 1 (2021): February
Publisher : Department of Naval Architecture - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/kapal.v18i1.32486

Abstract

The blade is the most critical part of turbine design because it is used to convert kinetic to mechanical energy. In general, the blade types used for ocean wind turbines are taper and taperless blades, like those operated at Ciheras Coastline. Previous research has been analyzed the type of airfoil used in designing taper blades for ocean wind turbines using NACA 4412, which was selected as the optimal foil configuration at sea wind speeds of 12 m/s. In this study, the comparison of taper and taperless blade designs using NACA 4412 at a wind speed of 12 m/s is analyzed. The comparative study with previous research has been carried out and resulted in the same graphical patterns and performance results. In this study, the focus is on investigating the performance coefficient of power, mechanical power, and electrical power. The final result shows that taper blade designs are highly recommended for use in ocean wind turbines compared to taperless blades. In general, the performance produced by taper blades is more significant than taperless blades at relatively high wind speeds. The maximum performance coefficient of power, mechanical power, and electrical power generated by the taper blades in sequent are 0.47, 1535 watts, and 786 watts, while the taperless blades have 0.44, 1437 watts, and 736 watts.
Identifikasi Kerusakan Ramp Door Berbahan Sandwich Panel Pada Kapal Ro-Ro Fikri Indra Mualim; Achmad Zubaydi; Tuswan Tuswan; Abdi Ismail; Rizky Chandra Ariesta
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.56745

Abstract

Perkembangan teknologi material mendorong beragam inovasi dalam bidang kemaritiman, khususnya di industri perkapalan. Salah satunya adalah inovasi material sandwich sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas konstruksi kapal. Material sandwich dapat diterapkan pada berbagai bagian konstruksi kapal seperti ramp door. Sebagai bagian konstruksi yang sering mengalami pembebanan maka konstruksi ramp door harus dibuat dengan kekuatan yang baik tetapi dengan berat konstruksi yang ringan untuk memudahkan operasionalnya. Sebagai material yang baru dikembangkan, material sandwich juga memiliki kekurangan salah satunya adalah lepasnya ikatan antara material core dan face plate atau dikenal dengan sebutan debonding. Kerusakan ini dapat mempengaruhi kekakuan struktur yang berdampak pada berkurangnya kekuatan ramp door. Pengaruh debonding dapat diidentifikasi dengan melakukan pengujian numerik menggunakan metode elemen hingga. Pengujian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon dinamis yang terjadi pada ramp door akibat pengaruh dari kerusakan debonding yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode elemen hingga dengan metode static frequency untuk mengetahui respon dinamis ramp door. Berdasarkan hasil pengujian dengan metode elemen hingga menunjukkan bahwa kerusakan debonding menurunkan kekakuan struktur. Sedangkan untuk lokasi yang paling sensitif jika terjadi kerusakan terdapat pada bagian permukaan bawah core atas dengan penurunan frekuensi natural mencapai 28,058%.
Analisis Kekuatan Pelat Sandwich pada Geladak dan Sisi dengan Metode Elemen Hingga Ervan Panangian; Achmad Zubaydi; Abdi Ismail; Rizky Chandra Ariesta; Tuswan Tuswan
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.56675

Abstract

Syarat utama sebuah material agar dapat dianggap layak untuk menjadi bahan konstruksi kapal adalah kuat dan ringan sehingga kapal dapat beroperasi dengan baik dan mampu mengangkut payload yang optimal. Beberapa literatur telah menunjukkan bahwa penerapan pelat sandwich mampu mengurangi berat kapal dengan estimasi kasar sektar 5-15%. Pelat sandwich ini pun sudah digunakan secara komersial pada dunia industri perkapalan dan sudah distandardisasi oleh beberapa biro klasifikasi IACS seperti Llyod Register (LR), Bureau Veritas (BV), dan Det Norske Veritas (DNV). Pelat sandwich yang paling umum digunakan adalah pelat sandwich dengan core polyurethane elastomer. Konfigurasi ini telah dipatenkan dengan nama sandwich plate system (SPS). Namun, bahan polyurethane pada SPS tersebut sulit dicari khususnya di dalam negeri. Polyurethane yang umum dijumpai dalam negeri adalah polyurethane elastomer tipe casting. Polyurethane jenis ini relatif murah dan mudah diproduksi di dalam negeri. Pelat sandwich dengan material tersebut akan diteliti secara numerik menggunakan metode elemen hingga. Penelitian dilakukan dengan membandingkan tegangan maksimum pada konfigurasi baja konvensional dengan konfigurasi sandwich dengan variasi jarak penegar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari perbandingan nilai kekuatan antara konfigurasi baja konvensional dengan konfigurasi pelat sandwich. Penelitian menunjukkan bahwa tegangan pada struktur pelat sandwich memenuhi tegangan izin dan tegangan maksimum pada model sandwich adalah 79.849 MPa, dimana pengurangan tegangan yang terjadi adalah sebesar 30.522 MPa atau sekitar 27.654%.
Perbandingan Respon Dinamis Terhadap Variasi Rasio Kerusakan Debonding Material Sandwich pada Rampdoor Kapal Penumpang Muhamad Fathi Ilham; Achmad Zubaydi; Tuswan Tuswan; Abdi Ismail; Rizky Chandra Ariesta
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.57514

Abstract

Saat ini, penggunaan material sandwich pada konstruksi kapal sudah mulai digunakan. Karakter material sandwich yang ringan, dapat mengurangi berat konstruksi. Khususnya pada penggunaan rampdoor. Namun untuk saat ini penggunaan material sandwich pada konstruksi kapal masih perlu dikembangkan terutama pada identifikasi adanya kerusakan debonding. Kerusakan debonding dapat menyebabkan kegagalan struktur dibawah tegangan desain yang telah direncanakan. Dalam tugas akhir ini, akan dianalisa karakteristik respon dinamis konstruksi sandwich pada rampdoor kapal penumpang yang dipelajari dengan menggunakan perangkat lunak elemen hingga. Efek dari adanya kerusakan debonding pada rampdoor kapal penumpang dinilai dengan membandingkan perubahan natural frequency dari konstruksi yang utuh dengan konstruksi yang mengalami kerusakan berupa debonding. Penulis akan menganalisa pengaruh dari variasi rasio kerusakan debonding sebesar 2,5%, 5%, dan 7,5% yang terjadi pada konstruksi sandwich. Pemodelan dilakukan dengan dua kondisi yang berbeda yaitu pemodelan dengan pengaplikasian spring element dan tanpa pengaplikasian spring element pada permukaan terjadinya kerusakan debonding. Hal ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh dari teknik pemodelan untuk memverifikasi keakuratan model dengan konstruksi sebenarnya. Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kerusakan debonding menyebabkan penurunan natural frekuensi diakibatkan karena berkurangnya kekakuan model. Penurunan nilai natural frekuensi sangat signifikan pada mode tinggi, namun tidak signifikan pada mode rendah. Semakin besar rasio kerusakan debonding menyebabkan terjadinya penurunan natural frekuensi yang besar. Pemodelan debonding tanpa pengaplikasian spring element menghasilkan penurunan nilai natural frekuensi yang signifikan bahkan pada mode rendah.
Identifikasi Kerusakan Berbasis Getaran Plat Sandwich pada Konstruksi Lambung Kapal Mohd Zircham Al Syachri; Achmad Zubaydi; Abdi Ismail; Rizky Chandra Ariesta; Tuswan Tuswan
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.57558

Abstract

Teknologi pada konstruksi bangunan kapal semakin berkembang. Salah satunya penggunaan plat sandwich pada bangunan kapal. Plat sandwich merupakan pengembangan material untuk menggantikan plat baja konvensional yang dapat digunakan untuk struktur bangunan kapal. Kelebihan dari plat sandwich sendiri meningkatkan kekakuan daripada plat baja konvensional, serta mengurangi berat dari struktur bangunan kapal agar dapat menambah kapasitas muatan. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi kerusakan berbasis getaran di bagian lambung kapal. Identifikasi ini dilakukan dengan metode elemen hingga (MEH). Peninjauan dilakukan berfokus pada besar ukuran kerusakan, lokasi kerusakan dan kondisi batas pada core material yang mempengaruhi frekuensi alami pada strukturnya. Plat sandwich yang digunakan pada penelitian ini memiliki face plate baja dengan core material dari bahan Polyurethane (PU) elastomer yang telah diuji pada penelitian sebelumnya untuk memenuhi standar klasifikasi yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, diketahui nilai frekuensi natural menurun setiap pertambahan besar volume kerusakan buatan. Pengaruh dari perbedaan lokasi kerusakan pada setiap jarak yang menjauhi tumpuan jepit (clamped) nilai frekuensi natural semakin menurun. Identifikasi kerusakan dapat diprediksi dengan parameter frekuensi natural dimana kita dapat mengetahui seberapa besar kerusakan dan dimana lokasi kerusakan yang terjadi pada plat sandwich.
ANALISA HAMBATAN KAPAL AKIBAT PENAMBAHAN STERN TUNNELS PADA KAPAL TROPICAL PRINCESS CRUISES MENGGUNAKAN METODE CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Tuswan Tuswan; Deddy Chrismianto; Parlindungan Manik
Jurnal Teknik Perkapalan Vol 4, No 3 (2016): Juli
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.037 KB)

Abstract

Stern tunnels merupakan modifikasi bentuk buritan kapal dengan membuat sebuah lekukan kedalam untuk memusatkan aliran air ke propeller. Penambahan stern tunnels ini dilakukan pada kapal penumpang Tropical Princess Cruises. Stern tunnels dipasang pada dua sisi buritan kapal yang berguna untuk mengurangi hambatan yang terjadi pada kapal dan memungkinkan pemasangan propeller berdiameter besar. Analisa perhitungan hambatan total menggunakan software berbasis CFD dengan variasi penambahan ketinggian stern tunnels (Hw) 0,1 - 0,25 m dan panjang stern tunnels (L) 7 - 9 m yang dihitung pada kecepatan dinas kapal yaitu pada Fn 0,46. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil analisa bahwa kapal dengan penambahan stern tunnels dengan Hw 1,444 m atau rasio penambahan stern tunnels sebesar 16% dan panjang stern tunnels 7 m memiliki hambatan total terkecil yaitu dengan pengurangan hambatan total sebesar 11,25%. Berdasarkan komponen hambatan yang ada didapatkan bahwa hambatan gelombang (Rw) berpengaruh besar dalam menurunkan nilai hambatan total akibat penambahan stern tunnels ini.
ANALISIS KEKUATAN LENTUR DAN KEKUATAN TEKAN BALOK LAMINASI BAMBU PETUNG (Dendrocalamus asper) DAN SERAT KELAPA SEBAGAI KOMPONEN KONSTRUKSI KAPAL Parlindungan Manik; S Samuel; Muhammad Ariq Fikri Kamil; Tuswan Tuswan
Arena Tekstil Vol 37, No 1 (2022)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v37i1.7701

Abstract

Balok laminasi terbentuk dari dua material atau lebih yang mempunyai sifat berbeda. Laminasi bambu merupakan salah satu solusi untuk mengembangkan suatu material agar memiliki struktur yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh arah laminasi bambu terhadap kekuatan lentur dan kekuatan tekan pada balok laminasi bambu. Metode yang dilakukan merupakan pengujian eksperimental dengan menguji kekuatan lentur dan tekan. Pengujian balok mengacu pada SNI 03-3958-1995 dan SNI 03- 3959-1995. Balok laminasi yang akan diuji memiliki nilai kadar air dibawah 13% sesuai dengan ketentuan pengujian dan memiliki berat jenis antara 0,58-0,69 g/cm3. Balok laminasi dengan variasi arah 0˚/90˚ mempunyai kekuatan lentur sebesar 74,44 MPa dan mempunyai kekuatan tekan 55,36 MPa. Laminasi dengan variasi arah bersilangan +45˚/-45˚ memiliki nilai kekuatan lentur sebesar 55,34 MPa dan kekuatan tekan 65,57 MPa. Variasi susunan arah bersilangan 0˚/90˚ memiliki kekuatan lentur yang lebih baik dibandingkan dengan variasi arah bambu bersilangan +45˚/-45˚, sedangkan untuk pengujian tekan, variasi susunan arah bersilangan +45˚/-45˚ memiliki hasil pengujian yang lebih besar. Hasil pengujian tekan dan lentur untuk kedua variasi tergolong dalam kelas kuat Badan Klasifikasi Indonesia (BKI) yang berbeda, variasi arah bambu bersilangan 0˚/90˚ tergolong dalam kelas kuat II untuk pengujian lentur dan kelas kuat II untuk pengujian tekan, sedangkan untuk variasi arah bambu bersilangan +45°/-45° tergolong dalam kelas kuat III untuk pengujian lentur dan kelas kuat I untuk pengujian tekan. 
Repair Project Acceleration Strategy of Three Ship Units using Fuzzy Logic Analysis and Critical Path Method Hidayatus Ubyani; Tuswan Tuswan; Hartono Yudo; Haris Nubli; Ocid Mursid; Muhammad Iqbal
Mekanika: Majalah Ilmiah Mekanika Vol 22, No 2 (2023): MEKANIKA: Majalah Ilmiah Mekanika
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mekanika.v22i2.76502

Abstract

The project planning process, especially in ship repair projects, is essential to improving project completion. Ineffective planning of ship repair projects results in a lack of time and labour efficiency. Therefore, using project acceleration tools in scheduling ship repair activities is crucial to accelerate project completion and mitigate risk analysis of delays for each project activity. This research uses the critical path method (CPM) to analyze the main schedule of three combined ship repair projects. Then, shop-level planning is used to determine the productivity of each workshop so that each workshop knows the volume of work that needs to be completed daily. Furthermore, fuzzy logic is applied to analyze the risk of delays in repair project activities. The addition of working hours to critical work activities is accelerated from 30 days, the normal duration, to 23 days. Meanwhile, the addition of the workforce to critical work activities is accelerated from 30 days, the normal duration, to 22 days. The analysis of productivity values in each workshop results in the following productivity values: sandblasting and painting workshop 309.97 m2/person-days, piping workshop 4.12 units/person-days, fabrication workshop 407.16 kg/person-days, outfitting workshop 14.8 units/person-days, tank cleaning workshop 114.36 m3/person-days, and machining workshop 2.7 units/person-days. The fuzzy logic analysis results to determine the risk of delays in critical activities show that jobs with the codes SP1, SP2, SP3, SP4, M2, and SP5 have a high risk of delay. Additionally, the collaboration with other departments in the company, such as the marketing, finance, and human resources departments, is ongoing to complete assigned tasks.