Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Museum Keliling Sebagai Pengenalan Sejarah Lokal Di Desa Nyogan, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi: Indonesia hadi Waluyo; Bimo abimayu; Muhammad Adi Saputra; Dony Saputra; Anny Wahyuni
ESTUNGKARA Vol. 1 No. 1 (2022): Jurnal Estungkara
Publisher : Pendidikan Sejarah FKIP Universitas JAMBI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1009.57 KB)

Abstract

Sejarah lokal merupkan salah satu bagain dari sejarah Indonesia yang dibatasi oleh geografis dan adminitratif. Begitu pula provinsi Jambi yang memiliki berbagai peninggalan sejarah yang menarik untuk dipelajari . Namum, masih banya masyrakat Jambi Sendiri yang belum mengenal tentang Sejarah yang ada di provinsi Jambi oleh karena itu perlu adanya pengenalan sejarah lokal dengan media Museum keliling. Musium keliling memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sejarah lokal yang ada di provinsi Jambi. Museum keliling mengunan pendektan demontrasi yang memperilhatkan miniatur peinggalan sejarah, diaroma perjuangan rakyat Jambi poster dan lift the flap book. Sehingga dari kegiatan ini ada didapatan hasil meningatnya pengetahuan masyrakat tentang sejarah lokal ,belajar dari kesalahan masa lalu untu mempersiapkan masa depan yang lebih bai , menumbuhkan rasa cinta dengan budaya serta memperkuat rasa gotong royong.
PERKEMBANGAN GERAKAN SAREKAT ISLAM DALAM KONTEKS PERJUANGAN SOSIAL POLITIK DI INDONESIA 1912-1921 Muhammad Adi Saputra; Agus Junaedi; Anny Wahyuni
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v9i1.19451

Abstract

This research examines the development of the Sarekat Islam (SI) movement in the context of the socio-political struggle in Indonesia in 1912-1921. SI is a socio-political movement that fights for the rights of workers and peasants and strengthens Islamic teachings in Indonesia. This research examines the factors that prompted the emergence of the SI movement, as well as the turmoil of the IS organization's journey in Indonesia, including complex internal and external conflicts. This research shows that SI was an important socio-political movement in the socio-political struggle in Indonesia in the early 20th century. This movement succeeded in fighting for the rights of workers and peasants, as well as strengthening Islamic teachings in Indonesia. Despite experiencing complex internal and external conflicts, SI has managed to maintain its existence and expand its mass base and develop its political wings. This makes SI an important political force in the socio-political struggle in Indonesia.
PERUBAHAN TRADISI UPACARA TABUIK MASYARAKAT PARIAMAN Dira Rahma Anisa; Muhammad Adi Saputra
Krinok: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sejarah Vol. 3 No. 1 (2024): Kesejarahan Nasional, Lokal dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Pendidikan Sejarah FKIP Universitas JAMBI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/krinok.v3i1.29093

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan mengenai perubahan yang terjadi pada tradisi tabuik masyarakat pariaman, sumatera barat. Tradisi adalah kebiasaan masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun melalui proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilai dan moral suatu masyarakat karena tradisi adalah aturan tentang apa yang benar dan apa yang salah menurut pendapat suatu masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan historis, dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahap yaitu pengumpulan data, verifikasi atau pengujian, penafsiran, dan penulisan sejarah. Tabuik merupakan acara atau festival untuk menghormati wafatnya Husain, namun kemudian berkembang menjadi pelaksanaan sosial Pariaman yang lumrah setelah berkembangnya komponen sosial Minangkabau. Pelaksanaannya hanya berfungsi untuk mengamati Husain dan lulus. Salah satu bagian penting dari festival Tabuik adalah diperkenalkannya festival tersebut, yang oleh masyarakat Paria disebut batabuik atau mahoyak tabuik. Dalam pelaksanaan adat Tabuik terjadi perubahan kesakralan dan keduniawian masyarakat suku Pariaman dari pengalaman pertama dengan hadirnya dalam pelaksanaan pawai Tabuik. Perubahan adat Tabuik antara lain : Kepala Burak, Auang Tuo Tabuik, Bahan Casing Tabuik, Pelepasan Tabuik dan Hoyak Tabuik.
PELATIHAN PEMBUATAN MODUL DIGITAL BERBASIS FLIPBUILDER PADA TENAGA PENDIDIKAN DI SMAN 6 BATANGHARI Anny Wahyuni; Muhammad Adi Saputra; Andre Mustofa meihan; Destri Yaldi; Lisa Rukmana
Jurnal Pengabdian Masyarakat: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan Vol 4, No 6 (2024): JPM: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpm.v4i6.903

Abstract

raining in making digital modules as learning aids has become a necessity for educators to improve the effectiveness and efficiency of the learning process in the classroom. the purpose of this service is to improve the quality of learning through the use of technology in the preparation of innovative and interactive teaching materials in the form of e-modules. the method used is the first, determining the location of the activity. Second, determining target partners, third, types of activities. Fourth, the activity stage is divided into the preparation stage, the implementation stage and the reflection stage. the results obtained in this training are teachers at SMAN 6 Batanghari who participated in this training totaling 26 people. This teacher knows, recognizes and understands the Flipbuilder application and is proficient in making e-modules using this application so that they can be used as teaching materials for students. The conclusion of this service is that this training is very useful for teachers and students in the form of e-module products.ABSTRAKPelatihan pembuatan modul digital sebagai alat bantu pembelajaran telah menjadi kebutuhan bagi tenaga pendidik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran di kelas. tujuan pengabdian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi dalam penyusunan materi ajar yang inovatif dan interaktif dalam bentuk e-modul. metode yang digunakan adalah yang pertama, penentuan lokasi kegiatan. Kedua, menentukan mitra sasaran, ketiga, Jenis Kegiatan. Keempat, tahap kegiatan yang dibagi kedalam tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap refleksi. hasil yang didapat dalam pelatihan ini adalah guru-guru di SMAN 6 Batanghari yang ikut dalam pelatihan ini berjumlah 26 orang. Guru ini mengetahui, mengenal dan memahami aplikasi Flipbuilder serta mahir dalam pembuatan e-modul menggunakan aplikasi ini sehingga bisa di jadikan bahan ajar untuk siswa. Kesimpulan dari pengabdian ini bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam bentuk produknya e-modul.
The Landbouwschool and the Impact for Indo-European Society in Giesting, Lampung, 1926-1942 Rinaldo Adi Pratama; Syahna Ardani; Yusuf Perdana; Muhammad Adi Saputra; Nainunis Aulia Izza
Paramita: Historical Studies Journal Vol. 35 No. 1 (2025): History of Education
Publisher : istory Department, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang in collaboration with Masyarakat Sejarawan Indonesia (Indonesian Historical Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v35i1.544

Abstract

Abstract: In the early 20th century, Indo-Europeans in the Dutch East Indies faced increasing socio-economic marginalization, driven by competition with indigenous populations and limited access to land and labor opportunities. In response, the Indische Europese Vereniging (I.E.V.) initiated colonization efforts beyond Java, notably in the Lampung region, where a settlement named Giesting was established. This study examines the role of education in developing the Giesting colony, focusing on the founding of the Landbouwschool (Agricultural School) in 1929 as a key institution in cultivating agrarian skills and community identity among Indo-Europeans. Using a historical methodology comprising heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, this research draws on archival documents, oral histories, and secondary literature to trace the socio-cultural and economic functions of the school. The findings reveal that the Landbouwschool served as a center for agricultural training and a mechanism of social integration and empowerment for a community in a precarious colonial position. The institution's legacy persists in the local toponymy and memory, offering insights into the intersection of education, identity, and colonial settlement policy in the late Dutch East Indies. This study contributes to broader discussions on colonial education, race, and social engineering in comparative imperial contexts. Abstrak: Pada awal abad ke-20, Masyarakat Indo-Eropa di Hindia Belanda menghadapi marjinalisasi sosial ekonomi akibat meningkatnya persaingan dengan penduduk pribumi serta keterbatasan akses terhadap tanah dan kesempatan kerja. Sebagai respons, Indische Europese Vereniging (I.E.V.) memprakarsai upaya kolonisasi di luar Pulau Jawa, khususnya di wilayah Lampung, yang kemudian dikenal dengan nama Giesting. Penelitian ini mengkaji peran pendidikan dalam perkembangan koloni Giesting, dengan menitikberatkan pada pendirian Landbouwschool (Sekolah Pertanian) pada tahun 1929 sebagai institusi kunci dalam pembentukan keterampilan agraris dan identitas komunitas Indo-Eropa. Menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi, penelitian ini memanfaatkan dokumen arsip, sejarah lisan, dan literatur sekunder untuk menelusuri fungsi sosial, kultural, dan ekonomi dari sekolah tersebut. Temuan menunjukkan bahwa Landbouwschool tidak hanya berperan sebagai pusat pelatihan pertanian, tetapi juga sebagai alat integrasi sosial dan pemberdayaan bagi komunitas yang menempati posisi kolonial yang ambigu. Dampak dari sekolah ini masih dapat ditelusuri melalui toponimi lokal dan ingatan kolektif masyarakat, serta memberikan wawasan mengenai hubungan antara pendidikan, identitas, dan kebijakan pemukiman kolonial pada masa akhir pemerintahan Hindia Belanda. Studi ini memberikan kontribusi terhadap diskusi yang lebih luas mengenai pendidikan kolonial, ras, dan rekayasa sosial dalam konteks imperialisme.