Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

RITUAL ASYEIK SEBAGAI AKULTURASI ANTARA KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN PRA-ISLAM SUKU KERINCI Sunliensyar, Hafiful Hadi
Siddhayatra Vol 21, No 2 (2016): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1323.154 KB) | DOI: 10.24832/siddhayatra.v21i2.23

Abstract

Penelitian terhadap ritual Asyeik ini bertujuan untuk mengetahui percampuran antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan pra Islam Kerinci. Akulturasi ini tercermin dari berbagai benda-benda arkeologi yang digunakan dalam ritual Asyeik serta dari mantra-mantra yang diucapkan. masalah percampuran kebudayaan maka dalam penelitian ini digunakan teori akulturasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Siulak dan Siulak Mukai yang dilakukan secara bertahap. Pada tahap observasi dilakukan studi kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan sumber kepustakaan yang diperlukan dan digunakan dalam riset lapangan yaitu wawancara dan observasi. Selanjutnya pada tahap pengolahan data dilakukan analisis data yang telah terhimpun yakni dengan membuat pemerian yang terinci pada unsur-unsur ritual Asyeik baik unsur-unsur kebudayaan Kerinci maupun unsur-unsur kebudayaan Islam dalam ritual Asyeik. Sebagai hasil penelitian diketahui bahwa ritual Asyeik telah berkembang sesuai dengan perkembangan keyakinan masyarakat suku Kerinci. Terdapat banyak unsur-unsur kebudayaan Islam dalam penyelenggaraan ritual Asyeik dilihat dari material yang digunakan dalam upacara.
Prospek Penelitian Artefak Perunggu Temuan Kerinci Melalui Analisis Metalurgi Sunliensyar, Hafiful Hadi
Siddhayatra Vol 22, No 2 (2017): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1853.031 KB) | DOI: 10.24832/siddhayatra.v22i2.93

Abstract

Temuan artefak perunggu dalam se-abad terakhir di dataran Kerinci diteliti hanya sebatas pada kajian deskripsi dan ikonografi semata. Seringkali data yang didapat belum begitu akurat untuk merekonstruksi budaya masyarakatnya pada masa lampau. Apalagi temuan-temuan tersebut tidak kontekstual lagi. Analisis metalurgi yang telah banyak dilakukan peneliti terhadap temuan artefak perunggu di tempat lain, memberi kesempatan untuk ‘membongkar’ kembali artefak perunggu Kerinci agar dilakukan kajian melalui analisis metalurgi dengan studi komparatif. Melalui pendekatan induktif dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan gambaran tentang prospek penelitian artefak perunggu Kerinci melalui analisis metalurgi. Beberapa prospek penelitian ke depan antara lain: (1) aspek teknis pembuatan artefak tersebut; (2) aspek sosial-ekonomi seperti penelitian jalur perdagangan kuna ke Kerinci pada masa klasik; (3) migrasi artefak atau ideofak mengenai teknologi pembuatan perunggu dari Dongson ke wilayah Kerinci; (4) penelitian mengenai permasalahan apakah artefak perunggu Kerinci diimpor atau diproduksi  secara lokal.
RITUAL ASYEIK SEBAGAI AKULTURASI ANTARA KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN PRA-ISLAM SUKU KERINCI Sunliensyar, Hafiful Hadi
Siddhayatra Vol 21, No 2 (2016): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/siddhayatra.v21i2.23

Abstract

Penelitian terhadap ritual Asyeik ini bertujuan untuk mengetahui percampuran antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan pra Islam Kerinci. Akulturasi ini tercermin dari berbagai benda-benda arkeologi yang digunakan dalam ritual Asyeik serta dari mantra-mantra yang diucapkan. masalah percampuran kebudayaan maka dalam penelitian ini digunakan teori akulturasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Siulak dan Siulak Mukai yang dilakukan secara bertahap. Pada tahap observasi dilakukan studi kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan sumber kepustakaan yang diperlukan dan digunakan dalam riset lapangan yaitu wawancara dan observasi. Selanjutnya pada tahap pengolahan data dilakukan analisis data yang telah terhimpun yakni dengan membuat pemerian yang terinci pada unsur-unsur ritual Asyeik baik unsur-unsur kebudayaan Kerinci maupun unsur-unsur kebudayaan Islam dalam ritual Asyeik. Sebagai hasil penelitian diketahui bahwa ritual Asyeik telah berkembang sesuai dengan perkembangan keyakinan masyarakat suku Kerinci. Terdapat banyak unsur-unsur kebudayaan Islam dalam penyelenggaraan ritual Asyeik dilihat dari material yang digunakan dalam upacara.
Prospek Penelitian Artefak Perunggu Temuan Kerinci Melalui Analisis Metalurgi Sunliensyar, Hafiful Hadi
Siddhayatra Vol 22, No 2 (2017): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/siddhayatra.v22i2.93

Abstract

Temuan artefak perunggu dalam se-abad terakhir di dataran Kerinci diteliti hanya sebatas pada kajian deskripsi dan ikonografi semata. Seringkali data yang didapat belum begitu akurat untuk merekonstruksi budaya masyarakatnya pada masa lampau. Apalagi temuan-temuan tersebut tidak kontekstual lagi. Analisis metalurgi yang telah banyak dilakukan peneliti terhadap temuan artefak perunggu di tempat lain, memberi kesempatan untuk membongkar kembali artefak perunggu Kerinci agar dilakukan kajian melalui analisis metalurgi dengan studi komparatif. Melalui pendekatan induktif dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan gambaran tentang prospek penelitian artefak perunggu Kerinci melalui analisis metalurgi. Beberapa prospek penelitian ke depan antara lain: (1) aspek teknis pembuatan artefak tersebut; (2) aspek sosial-ekonomi seperti penelitian jalur perdagangan kuna ke Kerinci pada masa klasik; (3) migrasi artefak atau ideofak mengenai teknologi pembuatan perunggu dari Dongson ke wilayah Kerinci; (4) penelitian mengenai permasalahan apakah artefak perunggu Kerinci diimpor atau diproduksi secara lokal.
Idu Tawa Lam Jampi: Mantra-mantra dalam Naskah Surat Incung Kerinci Hafiful Hadi Sunliensyar
Manuskripta Vol 8 No 1 (2018): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1417.542 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v8i1.100

Abstract

Surat Incung is one of script which used by People of Kerinci in writing old manuscripts both on horn, bark, daluang, bone, and bamboo media. This script is also part of ulu letter which used by several ethnic in southern Sumatera. The results of this research indicate that Surat Incung manuscript contains not only pedigree or ancestral history of a Kerinci group (tembo) and lament prose, but also contain spells. There are about nine copies of the letter containing the known spells to date. The spells in the letter manuscripts include the spell of praise to the spirits of the ancestors, the spell for the protector or personal apparel and the spell for ceremonies or rituals such as for the ritual of rice cultivation. In addition, spells in the letter are influenced by Animism, Hindu-Buddhist and Islam elements. --- Surat Incung merupakan salah satu aksara Indonesia yang digunakan oleh masyarakat Suku Kerinci dalam menulis naskah-naskah kuno baik pada media tanduk, kulit kayu, daluang, tulang, dan bambu. Aksara ini merupakan bagian dari surat ulu yang digunakan oleh beberapa etnis di Sumatera bagian Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa naskah Surat Incung tidak hanya berisi silsilah atau riwayat nenek moyang suatu kelompok masyarakat Kerinci (tembo) dan prosa ratapan, tetapi juga berisi mantra-mantra. Terdapat sekitar sembilan naskah surat incung berisi mantra-mantra yang diketahui hingga kini. Mantra-mantra dalam naskah Surat Incung berupa mantra pujian terhadap arwah leluhur, mantra untuk pelindung atau pakaian diri serta mantra untuk upacara atau ritual seperti untuk ritual penanaman padi. Selain itu, mantra-mantra dalam Surat Incung dipengaruhi oleh unsur animisme, Hindu-Buddha dan Islam.
MENGGALI MAKNA MOTIF HIAS BEJANA PERUNGGU NUSANTARA: PENDEKATAN STRUKTURALISME LEVI-STRAUSS Hafiful Hadi Sunliensyar
Berkala Arkeologi Vol 37 No 1 (2017)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.991 KB) | DOI: 10.30883/jba.v37i1.71

Abstract

One of Dong Son Culture product is bronze vessels where found in some areas of Indonesia that is Kerinci, Madura, Lampung, Kalimantan dan Subang. Study about bronze vessels is limited on form and ornament description, and analysis. Ornamental study used structrulism approach on bronze vessels was not done. the purpose of this research is to know about bronze vessels structure and to give new meaning about it with Levi-Strauss structuralism approach. From the data and reference study was known that ornament on bronze vessels is an abstract of ideology/ way of life and ideas of their belonging community. These ideas formed a dualism, suchas, about upper world-under world, men-women, feminin-masculin, stability and harmony of universe, fertility and strength.
LANSKAP ARKEOLOGI DALAM PERSPEKTIF PROSESUAL DAN PASCA-PROSESUAL: STUDI KASUS KOMPLEKS MEGALITIK DI DATARAN TINGGI JAMBI Hafiful Hadi Sunliensyar
Berkala Arkeologi Vol 38 No 2 (2018)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.449 KB) | DOI: 10.30883/jba.v38i2.267

Abstract

The development of archaeology paradigm from processual to postprocessual, influence the archaeologists thought about landscape. Sometimes, the landscape in archaeology is arduous understood because overlapping with other studies. Actually, this problem can be solved if we analyze the development of archaeology paradigm which associated with landscape study. This article attempts to discuss the ambiguity of landscape in archaeology with case study on the megalithic complex in Jambi Highland. Based on the data, it is known that: landscape in procesual study just explain the association between megalithic with burial-jars, mountains, settlements, and natural resources around it. The result which obtained in this perspective, was an explanation of megalithic function based on the relationship between sites and environment. Conversely in post-processual, attempts to interpret about megalithic complex in Jambi Higland based on individual (including researcher perception) or community perceptions. The result obtained in postprocessual, can answer questions about the unevenness of megalithic orientation and the difference of megalithic locations.
Surat-Surat Kerajaan untuk Penguasa Kerinci: Tinjauan Terhadap Naskah Cod.Or. 12.326 Koleksi Perpustakaan Universitas Leiden Hafiful Hadi Sunliensyar
Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara Vol 10, No 2 (2019): Desember
Publisher : Perpustakaan Nasional RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2462.881 KB) | DOI: 10.37014/jumantara.v10i2.518

Abstract

Not  all of Jawi manuscripts in the Kerinci had documented and transliterated by Voorhoeve. For example, the document Cod. Or. 12. 326, the collection of Universiteit Leiden Library or the document ML 396, the collection of Perpustakaan Nasional. This research purpose is for knowing the contain of the text  of ML 396/Cod. Or. 12.326 and considering the historical background ofthe text. The method that utilized in this research is collecting of data, transliterating and interpretating text of manuscripts from historical perspective. The result of this research, known that three manuscripts are surat piagam (royal charter) from Jambi Sultanate to Depati Suta Menggala in Tanah Seleman, Kerinci. Meanwhile, two manuscripts other are surat titah (royal commandment letter) for Depati Empat. The first surat titah from Sultan Ahmad Syah and Pangeran Suta Mangunjaya, contains the adjuration of troop assistance to attact Palembang people. The second surat titah from Sultan Ahmad Syah, contains the bidding of Sultan in order to Depati Empat still recognized his authority and cooperated with him, accompanied by special rewards that offered. The five manuscripts was issued in ongoing conflict between two successors of Jambi Kingdom in 17th century.
KISAH NABI ADAM DI DALAM NASKAH INCUNG INI ASAN PULUNG DARI KERINCI Hafiful Hadi Sunliensyar
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 19 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.877 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v19i2.901

Abstract

The religious manuscripts found in Kerinci were written using Jawi script (Arab-Melayu) generally. However, the Incung manuscript that was found as the sacred heirloom collection of Depati Anum Muncak Alam from Dusun Sungai Tutung, indicated something different. This Incung manus­cript is a religious manuscript that narrates the Adam prophet’s story. This Incung manuscript is titled Ini Asan Pulung with code EAP117-44-1-6. The problem in this study is how the narration of Adam prophet's story in the Incung manuscript Ini Asan Pulung? The purpose of this study is to understand the narration of Adam prophet's story from the perspective of Kerinci society in past. This study utilized the qualitative method and philological approach. Meanwhile, the text of the manuscript is analyzed using the intertextual approach. The result of this study is known that the story of Adam in the manuscript contains a different narration and plot from other manuscripts. The writer of the manuscript was re-compiled  Adam’s story from various religious references and added local cultural elements in his story. Keywords: Adam’s Story, the Incung  Script, Kerinci, Old Manuscript.   Naskah-naskah keagamaan yang ditemukan di Kerinci, umumnya ditulis menggunakan aksara Jawi (Arab-Melayu). Namun, temuan naskah Incung yang menjadi koleksi pusaka Depati Anum Puncak Alam dari Dusun Sungai Tutung mengindikasikan  sesuatu yang berbeda. Naskah tersebut merupakan naskah keagamaan yang berisi kisah nabi Adam. Naskah Incung ini berjudul Ini Asan Pulung dengan kode EAP117-44-1-6. Perma­salahan di dalam kajian ini adalah bagaimana narasi kisah penciptaan Adam di dalam naskah Incung Ini Asan Pulung? Tujuannya adalah untuk memahami narasi kisah Adam menurut pandangan masyarakat Kerinci di masa lalu. Metode yang digunakan di dalam kajian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan filologi. Tahapannya adalah, inventarisasi, deskripsi, transliterasi dan penerjemahan. Sementara itu, teks naskah ini juga ditelaah menggunakan pendekatan intertekstualitas untuk mengetahui unsur-unsur teks lain yang memengaruhi narasi teks. Hasil kajian menunjukkan bahwa kisah Adam di dalam naskah Incung memiliki narasi dan alur yang berbeda dengan kisah Adam di dalam naskah-naskah lain. Penulis naskah menyusun kembali cerita nabi Adam dari berbagai sumber lain yang ia ketahui seperti Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Nabi Adam dan Qishash al-Anbiya. Penulis naskah juga menambahkan unsur-unsur lokal di dalam kisah Adam yang disusunnya. Kata kunci: Kerinci, Kisah Adam, Naskah Kuno, Surat Incung.
Warisan Budaya Pantun dalam Manuskrip Surat Incung Hafiful Hadi Sunliensyar
Manuskripta Vol 12 No 2 (2022): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33656/manuskripta.v12i2.218

Abstract

Pantun is one of the ancient poetry that is the cultural heritage of the society in the archipelago. At first, the Pantun tradition is an oral tradition that functioned for various purposes. However, Pantuns are also transformed into written form after. The text entity of the Pantun is inserted in various Hikayat Melayu and in local literary manuscripts, such as the Ulu manuscript and the Incung Kerinci manuscript. This study aims to identify Pantuns in the Incung manuscripts that have been translated. The result of this research shows that 14 Incung manuscripts containing the texts of Pantun. Its texts are categorized as “pantun biasa” dan “talibun” with distinctive characteristics. Its specific character is the existence of an interjection or a sentence containing interjection between the “sampiran” and “isi”. The availability of pantuns is only found in the Incung manuscript containing the prose of lamentations. The function of pantuns is as a "sweetener" element and adds poetic value in the Incung prose. the content of pantun always has a correlation with the mood expressed by the manuscript writer. -- Pantun merupakan salah satu karya sastra lama yang menjadi warisan budaya masyarakat di Kepulauan Nusantara. Tradisi pantun pada dasarnya adalah tradisi lisan yang difungsikan untuk berbagai tujuan. Namun demikian, pantun juga ditransformasikan dalam bentuk tulisan. Wujud teks pantun disisipkan dalam berbagai hikayat Melayu dan di dalam manuskrip kesusastraan lokal seperti dalam manuskrip Ulu dan manuskrip Incung Kerinci. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi teks-teks pantun dalam manuskrip Incung yang telah dialihaksarakan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 14 manuskrip Incung yang memuat teks pantun. Teks pantun tersebut adalah pantun biasa dan talibun dengan karakteristik yang khas. Kekhasan tersebut adalah adanya interjeksi atau kalimat mengandung interjeksi di antara sampiran dan isi. Keberadaan pantun hanya terdapat pada manuskrip Incung yang berisi prosa ratap-tangis. Fungsi pantun adalah sebagai unsur “pemanis” dan penguat nilai puitis dalam sastra Incung. Isinya selalu berelasi dengan suasana hati yang diungkapkan oleh penulis manuskrip.