Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

MASALAH YANG DIHADAPI MAHASISWA PSTM UM KONSENTRASI TARI PADA MATA KULIAH TARI BALI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 ika wahyu widyawati
JADECS (Journal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies) Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um037v6i12021p60-66

Abstract

The learning process is currently carried out with online media because during this pandemic by the government is encouraged to reduce being in crowded places. This kind of learning process is done at home to break the chain of spread of COVID-19. With this increasingly advanced technology, it can be used as a medium in the learning process. However, there are also shortcomings with this kind of learning model. Most of the students prefer to learn online, especially if they get balinese dance practice materials. Because it will be very effective and understandable material rather than learning online. In addition, there are perceived complaints that more and more tasks while studying online. But not a few also among students, who like to learn through online because learning like this is quite practical and fun. This kind of condition is felt by students of the Dance and Music Arts Education Program of Malang State University in the vocational courses of Balinese Dance.
KALAPAN SEBAGAI UNSUR EKONOMI KREATIF PADA JARANAN BROMO-TENGGER-SEMERU (BTS): TUMPANG E. Wara Suprihatin DP; Ika Wahyu Widyawati; Robby Hidajat
Jurnal Istiqro Vol 8 No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Institut Agama Islam Darussalam Blokagung Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30739/istiqro.v8i1.1269

Abstract

Jaranan Bromo-Tengger-Semeru (BTS): Tumpang places the kalapan/trance session as the highlight of an attractive event and becomes an element of the creative economy that significantly contributes to the actors and their community. This research aims to describe how dancers can experience insanity and why the kalapan session is an element of the creative economy. The research method used is a qualitative approach with a multi-case study in two different settings. Collecting data through interviews, observation and documentation on two groups of jaranan, namely 1) Anusopati and 2) Tugu Sari Panggung Rejo. Data is verified by source triangulation data triangulation to obtain validity for efforts to prepare the episode of kalapan, the main attraction in Jaranan BTS: Tumpang. The results of the study: 1) some rituals must be carried out and followed to become a Jaranan dancer who can go crazy/trance, namely the nyetren ritual which is routinely carried out every Friday Legi, 2) the episode of kalapan/trance is a part that has extraordinary appeal, is magical, mystical and attractiveness that always manages to bring in many spectators and many traders in the venue. The trance dancer is not in a state of pretending, but is indeed possessed by a supernatural spirit invited and entered by the handler. This research is expected to be a helpful reference on the existence of a process for infatuation/introduction that can be an element of the creative economy for the community of actors, fans and the general public. This research also expected as supporting data for writing the E-Book Jaranan Bromo-Tengger-Semeru (BTS): Tumpang.
Pengaruh Model Project Base Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Bermain Alat Musik Sederhana di SMP Negeri 3 Singosari Dwi Wulandari; Wida Rahayuningtyas; Ika Wahyu Widyawati
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 3 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.118 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i32021p320-330

Abstract

Abstract: Creative thinking is the ability used to solve a problem with ideas that are owned by an individual. Learning the Art of Music is learning that requires creativity and creative thinking in the learning process, especially in the practice of playing musical instruments. To develop creative thinking skills in playing musical instruments, it is necessary to apply a Project Base Learning Model that can encourage students to express their ideas and creativity in solving problems. This study aims to determine the effect of Project Base Learning Model on students' creative thinking skills in playing simple musical instruments at SMP Negeri 3 Singosari. This research is a Quasi Experiment. The population in this study were all grade VII students of SMP Negeri 3 Singosari with a sample of class VII H and VII I SMPN 3 Singosari who were taken randomly. The hypothesis test results obtained a statistical value t count of -3,775 or 3,775. This value is more than the t table, so the null hypothesis is rejected. The average difference between the experimental and control groups was 0.184 with an average gain score of the experimental group being higher than the control group. These results indicate that the class average score using the project base learning model is higher than the class that does not use the project base learning model. Keywords: Model Project Base Learning, creative thinking ability Abstrak: Berpikir kreatif adalah kemampuan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan ide-ide yang dimiliki oleh seorang individu. Pembelajaran Seni Musik merupakan pembelajaran yang membutuhkan kreativitas dan berpikir kreatif dalam proses pembelajarannya terutama pada praktik bermain alat musik. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam bermain alat musik, perlu diterapkan Model Project Base Learning yang dapat mendorong siswa untuk mengekspresikan ide-ide dan kreativitas mereka dalam menyelesaikan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Project Base Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam bermain alat musik sederhana SMP Negeri 3 Singosari. Penelitian ini adalah Quasi Eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Singosari dengan sampel kelas VII H dan VII I SMPN 3 Singosari yang diambil secara acak. Hasil uji hipotesis didapatkan nilai statistik t hitung sebesar -3,775 atau 3,775. Nilai tersebut lebih dari t table, sehingga hipotesis nol ditolak. Perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 0,184 dengan rata-rata gain score kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil tersebut menyatakan bahwa nilai rata-rata kelas yang menggunakan model project base learning lebih tinggi daripada kelas yang tidak menggunakan model project base leraning. Kata kunci: Model Project Base Learning, kemampuan berpikir kreatif
Modernisasi Tari Wura Bongi Monca pada Sanggar Paju Monca Kota Bima Nusa Tenggara Barat Fadillah, Salsa; Gumelar, Gantar; Widyawati, Ika Wahyu
Journal of Language Literature and Arts Vol. 4 No. 7 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um064v4i72024p681-695

Abstract

Kesenian tari Wura Bongi Monca adalah salah satu tarian dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat yang berfungsi sebagai tarian penyambutan tamu. Ada beberapa perubahan dari tarian ini yang merupakan hasil modernisasi. Untuk itu, penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan modernisasi tari Wura Bongi Monca. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan modernisasi tari Wura Bongi Monca. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan teknik penelitian kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan validasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan atau modernisasi yang terjadi pada tari Wura Bongi Monca terdiri dari unsur utama yang berupa gerak tari, unsur pendukung yang berupa busana tari dan alat musik. Perubahan gerak tari dari yang awalnya 5 gerakan menjadi 7 gerakan. Perubahan busana meliputi warna baju, motif dan bahan sarung, model sanggul dan aksesoris lainnya. sedangkan perubahan pada alat musik terjadi karena adanya penambahan pada alat musik yang mengiringi tari Wura Bongi Monca yaitu Genda Na’e, Genda To’i, Arubana, Sarone, Biola, Katongga Besi dan No.
Eksistensi Grup Musik Keroncong Gema Paramitra di Desa Yosomulyo pada Tahun 2015-2020 Saputra, Sabikh; Pratamawati, E.W. Suprihatin Dyah; Widyawati, Ika Wahyu
Journal of Language Literature and Arts Vol. 3 No. 5 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um064v3i52023p680-693

Abstract

Di Desa Yosomulyo, terdapat grup musik keroncong yang khas dan sangat digemari oleh masyarakat­nya karena dianggap membawa warna musik yang baru dan unik. Grup musik ini bernama Gema Paramitra. Grup musik keroncong ini mampu menarik perhatian masyarakat yang memiliki selera musik beragam. Eksistensinya di kalangan masyarakat Desa Yosomulyo semakin diakui dengan dibuktikan oleh banyaknya tawaran pementasan mengisi acara-acara pemerintah desa dan masya­rakat umum. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan eksistensi grup musik keroncong Gema Paramitra pada tahun 2015-2020 dan faktor-faktor yang memengaruhi eksistensi grup ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber data dan triangulasi teknik. Periode yang diteliti dibagi menjadi tiga periode, yakni periode 2015-2016, periode 2017-2018, dan periode 2019-2020. Hasil penelitian me­nunjukkan bahwa selama tiga periode tersebut Gema Paramitra mengalami pasang surut dalam mewujudkan dan mempertahankan eksistensinya. Sementara faktor-faktor yang memengaruhi eksistensi tersebut terdiri dari faktor pembangun dan faktor penghambat. Pada faktor pembangun meliputi faktor internal berupa anggota seniman grup dan keunikan musik grup, serta faktor eksternal berupa dukungan dari pemerintah, komunitas keroncong, dan masyarakat desa. Semen­tara itu, faktor penghambat eksistensinya adalah pengaruh pandemi COVID-19. Kata kunci: musik keroncong; Gema Paramitra; Desa Yosomulyo The Existence of the Keroncong Music Group, Gema Paramitra, in Yosomulyo Village in 2015-2020 In Yosomulyo Village, there is a keroncong music group that is unique and very popular with the people because it is considered to bring a new and unique musical color. This music group is called Gema Paramitra. This keroncong music group is able to attract the attention of people who have diverse tastes in music. Its existence among the people of Yosomulyo Village is increasingly being recognized as evidenced by the many offers for performances to fill events for the village government and the general public. The purpose of this research is to describe the existence of the Keroncong music group Gema Paramitra in 2015-2020 and the factors that influence the existence of this group. The research method used is descriptive qualitative research method. The validity of the data was obtained through data source triangulation and technique triangulation. The period under study was divided into three periods, namely the 2015-2016 period, the 2017-2018 period, and the 2019-2020 period. The results of the study show that during these three periods Gema Paramitra experienced ups and downs in realizing and maintaining its existence. While the factors that influence the existence consist of building factors and inhibiting factors. Developmental factors include internal factors in the form of group artist members and the uniqueness of the group's music, as well as external factors in the form of support from the government, the keroncong community and village communities. Meanwhile, the inhibiting factor for its existence is the influence of the COVID-19 pandemic. Keywords: keroncong music; Gema Paramitra; Yosomulyo Village
Keberadaan Sanggar Seni Acharya Budaya dalam Pengembangan Seni Tari di Kabupaten Blitar Melati Sukma, Kharisma; Wahyuningtyas, Tri; Widyawati, Ika Wahyu
Journal of Language Literature and Arts Vol. 3 No. 5 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um064v3i52023p739-754

Abstract

Sanggar adalah sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan agar peserta didiknya memiliki keterampilan, keahlian, dan pengetahuan yang nantinya hal tersebut berguna sebagai bekal masa depan peserta didik. Keberadaan sanggar sangat penting sebagai wadah pelestarian kesenian. Sanggar Seni Acharya Budaya adalah sanggar mandiri yang memiliki karya dan mengedepankan sebuah pelestarian dan pengembangan di Kabupaten Blitar. Tujuan penelitian adalah meng­iden­tifikasi, menganalisis, dan mengimplementasikan keberadaan sanggar dalam pengembangan seni tari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan objek penelitian Sanggar Seni Acharya Budaya. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan sistem observasi, wawancara, dan dokumentasi berupa foto dan video kegiatan sanggar. Uji keabsahan yang digunakan peneliti dalam memvalidasi data menggunakan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil dari penelitian adalah Sanggar Seni Acharya Budaya merupakan salah satu sanggar mandiri di Kabupaten Blitar yang masih aktif sampai sekarang. Keberadaan seni tari di sanggar ini dimaksudkan sebagai wadah pelestarian seni tari. Manajemen yang terorganisasi dan masih aktif dalam kegiatan berkesenian tari membuat sanggar ini tetap terjaga keberadaanya. Kata kunci: keberadaan; sanggar seni; penyebab seni tari; Acharya Budaya The Existence of Acharya Budaya Art Studio in the Development of Dance Art in Blitar District Sanggar is an educational institution that has the goal that its students have the skills, expertise, and knowledge which later will be useful as a provision for the future of students. The existence of a studio is very important as a place for art preservation. The Acharya Budaya Art Studio is an indepen­dent studio that has works and promotes preservation and development in Blitar Regency. The aim of the research is to identify, analyze and implement the existence of studios in the develop­ment of dance arts. The research method used is a qualitative method with the research object of the Acharya Budaya Art Studio. The data collection for this study used an observation system, interviews and documentation in the form of photos and videos of studio activities. The methods used by researchers in validating data used two triangulations, namely source triangulation and technical triangulation. The results of the research are that the Acharya Budaya Art Studio is one of the independent studios in Blitar Regency which is still active today. The existence of dance art in this studio is intended as a place for the preservation of dance art. Management that is organized and still active in dance activities keeps this studio in existence. Keywords: existence; art Gallery; cause of dance; Acharya Budaya
Pelatihan Keterampilan Merias Wajah Jenis Korektif Bagi Tim Penari Oglek Tempe Kampung Sanan Malang Suprihatin, E. Wara; Sumarwahyudi, Sumarwahyudi; Hidajat, Robby; Widyawati, Ika Wahyu
Abdimas Indonesian Journal Vol. 4 No. 1 (2024)
Publisher : Civiliza Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59525/aij.v4i1.361

Abstract

Kampung Sanan has been designated as a tourist destination for small, household-based industries with a mainstay product, tempe chips. Data on tourist visits in 2023 will average 250 people/month. Tourists are met at the entrance gate of Sanan Village, by the Tour Guide team and greeted with a typical Sanan welcoming dance, namely the Oglek Tempe Dance. There is a problem that is an obstacle for dancers because they do not have their own make-up equipment nor do they have the skills to apply make-up independently for corrective stage make-up when they want to dance. This causes it to be ineffective and uneconomical because when they want to dance they have to go to the salon or bring in a make-up artist. The aim of the service activity is to provide corrective stage make-up training for the Oglek Tempe dance team so that they are skilled at applying make-up independently. The training method applies demonstration methods and guided practice methods, while for enrichment tutorials are provided in video form. From the results of the activity evaluation, 5 participants were not yet skilled, 10 people were skilled and 5 people were quite skilled.
Pengaruh Pembelajaran Ekstrakurikuler Teater terhadap Kecerdasan Kinestetik Siswa SMA Rahma, Fitriana Nur; Wahyuningtyas, Tri; Widyawati, Ika Wahyu
Journal of Language Literature and Arts Vol. 4 No. 12 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um064v4i122024p1237-1247

Abstract

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu program sekolah yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyalurkan bakat dan minat mereka tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun. Sekolah menyediakan berbagai jenis ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh siswa, mulai dari olahraga, sains, kegiatan keagamaan, hingga seni. Salah satu program ekstrakurikuler yang disediakan adalah ekstrakurikuler teater. Ekstrakurikuler teater tidak hanya mengajarkan akting, tetapi juga membentuk imajinasi dan kreativitas siswa, serta melatih kecerdasan kinestetik mereka. Namun, tidak semua siswa yang mengikuti ekstrakurikuler teater memiliki kecerdasan kinestetik yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran ekstrakurikuler teater terhadap kecerdasan kinestetik siswa di SMA Negeri 5 Kota Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan instrumen penelitian berupa kuesioner dalam bentuk Google Form. Populasi penelitian berjumlah 48 siswa, dan sampel yang digunakan sebanyak 43 siswa. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrakurikuler teater memiliki pengaruh signifikan terhadap kecerdasan kinestetik siswa, dengan nilai signifikansi 0,00. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar sekolah dapat memfasilitasi dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan ekstrakurikuler teater. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan variabel terikat yang berbeda, seperti mengganti teater dengan bermain peran, untuk mempermudah pencarian referensi dengan menggunakan sampel yang berbeda.
Bentuk Iringan Musik pada Pertunjukan Barongsai di Klenteng Tjoe Hwie Kiong Kota Kediri Rojihan, Liling Agustin; Pristiati, Tutut; Widyawati, Ika Wahyu
Journal of Language Literature and Arts Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um064v5i22025p150-167

Abstract

Barongsai merupakan seni pertunjukan akrobatik dengan kostum menyerupai singa, dimainkan oleh dua orang, dan diiringi musik seperti tambur, lhin, dan jik. Musik iringan Barongsai di Klenteng Tjoe Hwie Kiong memiliki keunikan dalam mempertahankan pola ritmik yang baku, meskipun terjadi akulturasi budaya, serta pengembangan pola ritmik pada gerakan atraksi yang bernuansa Cina jenaka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bentuk iringan musik pada pertunjukan Barongsai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan data yang diperoleh melalui wawancara dan transkripsi musik iringan yang telah diubah ke dalam notasi balok. Observasi dilakukan dengan mentranskripsikan musik iringan dalam notasi balok dan menganalisis bentuk musik tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk iringan musik Barongsai pada perayaan Tahun Baru Imlek 2023 terdiri dari: 1) Tiga bagian kompleks A A’ A’’ B B’ C D E, dan 2) Terdapat pengembangan komposisi pada atraksi yang bernuansa Cina jenaka. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pelestarian kesenian Barongsai dari generasi ke generasi agar tidak terkikis oleh zaman, serta mendukung pemeliharaan instrumen tradisional Barongsai di kalangan pemainnya. Selain itu, penelitian ini membuka kemungkinan penelitian lanjutan mengenai penulisan notasi musik dan pendokumentasian Barongsai.
Strategi Scaffholding pada Prinsip Zone of Proximal Development dalam Materi Seni Patung pada Kelas IX Risaaldi, Hafidh Muhammad; Widyawati, Ika Wahyu
Journal of Innovation and Teacher Professionalism Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um084v2i12024p110-116

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan strategi scaffolding pada prinsip Zone of Proximal Development (ZPD) dalam materi seni patung pada kelas IX-A di SMPN 12 Kota Malang, dengan meng­gunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi Scaffolding pada prinsip ZPD dalam materi seni patung pada kelas IX-A di SMPN 12 Malang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai pretest dan posttest siswa, serta peningkatan partisipasi dan antusiasme siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini memberikan implikasi bagi pembelajaran seni patung di sekolah menengah pertama. Penerapan strategi Scaffolding pada prinsip ZPD dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: Scaffolding; Zone of Proximal Development (ZPD); Seni patung; SMPN 12 Malang Scaffholding Strategies to Zone of Proximal Development Principles in Sculptural Arts Material in Class IX This research aims to apply a scaffolding strategy based on the Zone of Proximal Development (ZPD) principle in sculpture material in class IX-A at SMPN 12 Malang City, using qualitative research methods with a case study research design. Data collection techniques are carried out through observation and documentation. Data were analyzed using qualitative data analysis techniques. The research results show that the application of scaffolding strategies based on the ZPD principle in sculpture material in class IX-A at SMPN 12 Malang can improve student learning outcomes. This is evidenced by an increase in student pretest and posttest scores, as well as increased student participation and enthusiasm in learning. This research provides implications for teaching sculpture in junior high schools. Applying scaffolding strategies based on the ZPD principle can help teachers improve student learning outcomes. Keywords: Scaffolding, Zone of Proximal Development (ZPD), Sculpture, SMPN 12 Malang