Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PELATIHAN MANAJEMEN SENI SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN ESTETIKA BATIK DI KAMPUNG BATIK KAUMAN Aditya Dimas Wahyu Sasongko; Zahir Widadi; Daru Anggara Murty; Maghfiroh Maghfiroh; Rizki Lestari; Ryan Asani
SWARNA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 5 (2023): SWARNA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Mei 2023
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 45 Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/swarna.v2i5.528

Abstract

Kampung batik Kauman merupakan salah satu kampung industri batik produktif di kota Pekalongan. Kampung Batik Kauman juga memiliki 50 showroom yang menawarkan berbagai jenis kain dan motif batik khas Indonesia dan berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah. Estetika hanyalah ilmu yang membahas kecantikan. Sementara itu, keindahan, atau keindahan, adalah sifat dari sesuatu yang memberi kita kesenangan ketika kita melihatnya. Estetika memiliki peran penting dalam sebuah karya yang mencerminkan kreativitas seniman, pengrajin, desainer, status sosial, selera konsumen, dan berbagai aspek lainnya. Dalam proses pembuatan batik, estetika tidak bisa dianggap remeh karena akan mempengaruhi keunikan batik, karakteristik daerah, target konsumen, dan tingkat hasil penjualan di pasaran. Batik Kauman sebagai salah satu industri tertua di Kota Pekalongan diharapkan mampu mempertahankan eksistensinya dengan memperhatikan nilai estetika dari batik yang dihasilkannya. Art management sangat dibutuhkan dalam setiap proses pembuatan karya, baik itu lukisan, batik, desain, dan berbagai karya seni lainnya. Setelah melaksanakan kegiatan pelatihan manajemen seni sebagai upaya pengembangan estetika batik di Kampung Batik Kauman, ada beberapa hasil yang dapat disimpulkan. Proses pembuatan karya batik tidak lepas dari pengetahuan dan keterampilan. Pengrajin hanya fokus pada keterampilan otodidak dan tidak menggabungkannya dengan pengetahuan yang terus berkembang. Pengrajin tidak menyadari bahwa setiap kali mereka membuat batik mereka perlu memiliki keterampilan untuk menciptakan motif berupa dekorasi, mengolah warna, hingga proses makna yang diciptakan. Proses makna dapat dilakukan dengan memahami konsep komunikasi visual. Pemahaman tentang budaya dan sejarah akan membantu dalam proses menafsirkan dan menjadikan motif sebagai hiasan. Pemahaman tentang manajemen seni dalam hal Nirmana Batik untuk menata atau menata elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis masih kurang.
Analisis Motif Batik Naturalis Kota Patria Melalui Pendekatan Sosiologi Seni Rizki Lestari
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 3 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i3.3049

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan batik di kota Blitar yang merupakan tempat bersejarah dimana lahir dan wafatnya presiden Indonesia yang pertama Ir. Sukarno berada di kota tersebut, menjadikan Blitar memiliki daya tarik tersendiri untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Hal tersebut seharusnya bisa meningkatkan sektor pariwisata di Blitar yang berhubungan dengan perdagangan dan industri dari segi produk tekstil yaitu batik Blitar. Batik kota Blitar sendiri dikenal dengan motif khas yaitu ikan koi namun, ikan koi yang dijadikan motif pada batik kebanyakan masih mengambil bentuk naturalis tanpa adanya perubahan bentuknya dengan menggunakan teknik penggulangan yang menjadikan motif kain batik kurang bervariasi. Dimana zaman sekarang industri batik berlomba-lomba mengembangkan motif batik agar menarik dan mendapat nilai jual lebih. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari berbagai faktor yang menyebabkan motif batik di kota Blitar masih berbentuk naturalis di tengah perkembangan zaman sekarang, di mana motif batik terus berinovasi, dengan menggunakan metode kualitatif interaktif melalui pendekatan sosiologi seni dimana penelitian dilakukan berhubungan langsung dengan industri batik di kota Blitar. Seharusnya dengan berkembangnya sektor pariwisata membuat Blitar menjadi salah satu destinasi tujuan yang hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan batik blitar lebih berinovasi dalam pembuatan motif dan tekniknya agar motif batik Blitar terus berkembang tanpa meninggalkan ciri khasnya. Hasil dari penelitian tersebut akan dipublikasi di jurnal sinta 5 Universitas Pahlawan Tuanku Tambusi, Riau.
PELATIHAN MANAJEMEN SENI SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN ESTETIKA BATIK DI KAMPUNG BATIK KAUMAN Aditya Dimas Wahyu Sasongko; Zahir Widadi; Daru Anggara Murty; Maghfiroh Maghfiroh; Rizki Lestari; Ryan Asani
SWARNA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 5 (2023): SWARNA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Mei 2023
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 45 Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/swarna.v2i5.528

Abstract

Kampung batik Kauman merupakan salah satu kampung industri batik produktif di kota Pekalongan. Kampung Batik Kauman juga memiliki 50 showroom yang menawarkan berbagai jenis kain dan motif batik khas Indonesia dan berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah. Estetika hanyalah ilmu yang membahas kecantikan. Sementara itu, keindahan, atau keindahan, adalah sifat dari sesuatu yang memberi kita kesenangan ketika kita melihatnya. Estetika memiliki peran penting dalam sebuah karya yang mencerminkan kreativitas seniman, pengrajin, desainer, status sosial, selera konsumen, dan berbagai aspek lainnya. Dalam proses pembuatan batik, estetika tidak bisa dianggap remeh karena akan mempengaruhi keunikan batik, karakteristik daerah, target konsumen, dan tingkat hasil penjualan di pasaran. Batik Kauman sebagai salah satu industri tertua di Kota Pekalongan diharapkan mampu mempertahankan eksistensinya dengan memperhatikan nilai estetika dari batik yang dihasilkannya. Art management sangat dibutuhkan dalam setiap proses pembuatan karya, baik itu lukisan, batik, desain, dan berbagai karya seni lainnya. Setelah melaksanakan kegiatan pelatihan manajemen seni sebagai upaya pengembangan estetika batik di Kampung Batik Kauman, ada beberapa hasil yang dapat disimpulkan. Proses pembuatan karya batik tidak lepas dari pengetahuan dan keterampilan. Pengrajin hanya fokus pada keterampilan otodidak dan tidak menggabungkannya dengan pengetahuan yang terus berkembang. Pengrajin tidak menyadari bahwa setiap kali mereka membuat batik mereka perlu memiliki keterampilan untuk menciptakan motif berupa dekorasi, mengolah warna, hingga proses makna yang diciptakan. Proses makna dapat dilakukan dengan memahami konsep komunikasi visual. Pemahaman tentang budaya dan sejarah akan membantu dalam proses menafsirkan dan menjadikan motif sebagai hiasan. Pemahaman tentang manajemen seni dalam hal Nirmana Batik untuk menata atau menata elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis masih kurang.
Proyek P5 Kearifan Lokal : Pelatihan Pembuatan Batik Interior Pada Siswa MAN 1 Pekalongan Lestari, Rizki; Sasongko, Aditya Dimas Wahyu; Maghfiroh, Maghfiroh; Murty, Daru Anggara; Widadi, Zahir; Agama, Dimas Pandu Setia
PENA ABDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 1 (2024): Januari 2024
Publisher : LPPM Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/abdms.v5i1.4005

Abstract

Batik merupakan identitas bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan, dilindungi dan dikembangkan. Pekalongan sebagai Kota Batik Dunia, memiliki ekosistem batik yang lengkap. Batik sudah menjadi keseharian masyarakat Pekalongan. Dalam upaya internalisasi nilai-nilai budaya sekaligus memberikan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam menciptakan produk yang mempunyai nilai ekonomi dilakukan pelatihan pembuatan batik interior pada peserta didik kelas X MAN 1 Kota Pekalongan. Program ini sekaligus sebagai upaya implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dari kurikulum merdeka dengan tema kearifan lokal. Dalam program, dilakukan proses sosialisasi tentang definisi, jenis, aspek penggunaan dan teknik pembuatan batik pada peserta didik. Berdasarkan hasil evaluasi program, tercapai rat-rata peningkatan sebesar 56,67% tingkat pengetahuan maupun keterampilan peserta didik dalam mengimplementasikan Proyek P5 dengan tema kearifan lokal, dalam hal ini adalah batik.