Provinsi DI Yogyakarta memiliki prevalensi kanker tertinggi di Indonesia. Di sisi lain, pasien kanker mungkin memiliki risiko penyakit kardiovaskular akibat kemoterapi yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi sindrom metabolik pada pasien kanker di Yayasan Kanker Indonesia di Yogyakarta, sehingga dapat digunakan sebagai skrining awal dan langkah preventif mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler maupun relapsing kanker. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain potong lintang (cross-sectional) dengan mengikutsertakan responden di Yayasan Kanker Indonesia selama bulan Agustus 2018. Kriteria inklusi subyek penelitian adalah pasien terdiagnosa kanker, berusia 20-74 tahun, dan bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Analisis komparatif kategorik digunakan untuk melihat pengaruh jenis diagnosa kanker, stage, dan lama terapi terhadap sindrom metabolik dengan menggunakan Chi-Square. Kanker nasofaring merupakan kanker yang paling banyak ditemui dengan 36,9% pasien pada stage 3 dan 4, serta 55% pasien telah menjalani terapi >3 bulan. Jumlah pasien dengan gula darah sewaktu (GDS)>200 mg/dL, status obesitas [berdasarkan Body Mass Index (BMI) dan lingkar pinggang (LP)], dan hipertensi masing-masing sebesar 6,3; 50,5; dan 47,7%. Terdapat perbedaan proporsi BMI yang bermakna secara statistik (p=0,03) terhadap jenis kanker, namun tidak ditemukan pada variabel yang lain. Untuk bisa mengambil kesimpulan yang lebih baik, perlu adanya peninjuan lebih dalam ke pihak rumah sakit melalui rekam medis terkait dengan stage dan terapi yang diterima oleh pasien.