Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

BERTEOLOGI DALAM KONTEKS INDONESIA YANG MULTIKULTURAL Puplius Meinrad Buru
Jurnal Ledalero Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Ledalero
Publisher : Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.997 KB) | DOI: 10.31385/jl.v19i1.197.72-100

Abstract

This article aims at introducing the content and purpose of the Apostolic Constitution Veritatis Gaudium (Joy of Truth), namely the renewal of theological faculties and ecclesiastical institution of higher education. This renewal needs to be brought into the public sphere, so that it can be realized by paying attention to the sociocultural context of the local Church. By analyzing qualitatively data collected through the study of literature and employing the contextual theological approach, it is concluded that the Catholic Church in Indonesia, especially the theological faculties as well as Catholic higher education institutions need to intensify dialogue in theology and in preaching, to build solidarity, networking and interand trans-disciplinary cooperation with other institutions. Through dialogue theology will be more context-oriented and the preaching will be an invitation to others to deepen God’s self-revelation in the history, culture and the local social context. In this way, the Gospel or the Good News would be Joy of Truth (Veritatis Gaudium) for all people. Keywords: Veritatis Gaudium, the joy of truth, contextual theology, theology and culture, church in Indonesia, multicultural, dialog, catholic education.
Peranan Modal Sosial dalam Pencegahan dan Penanganan Masalah Intoleransi di Nusa Tenggara Timur Robert Mirsel; Felix Baghi; Puplius Meinrad Buru
Jurnal Ledalero Vol 22, No 1 (2023): JURNAL LEDALERO EDISI JUNI 2023
Publisher : Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31385/jl.v22i1.330.55-71

Abstract

This article focuses on identifying social capitals in preventing and handling religious intolerance in West Sumbaand Belu Regencies of NTT Province. Using qualitative approach, descriptive analysis, and employing interviews,and focused group discussions as methods of data collection, this study found that social capitals play a very crucialrole as social bounding in all communities in the three regencies. These social capitals include values such asopenness and willingness to accept others and differences, upholding unity and brotherhood, and traditional norms,customs (including kinship ties), symbols and language; the role of religious leaders, community leaders, traditionalleaders, interreligious harmony forums (FKUB), and youth forums. All of these social capitals become a force thatstrengthens tolerance and prevents intolerance in the three regencies. The implication is that Indonesia as a wholeand other parts of Indonesia can identify and use social capitals to strengthen tolerance and prevent intoleranceamong the people living in multicultural context.Keywords: social capital, intolerance prevention, social bonding, social bridging, social linking.
MAKNA RITUS BELO TEKAN PADA MASYARAKAT SUKU LEWAR DUNGAN TANA AI DALAM TERANG ESKATOLOGI KRISTEN DAN RELEVANSINYA UNTUK KARYA PASTORAL GEREJA KATOLIK DI PAROKI BOGANATAR-KEUSKUPAN MAUMERE Kasiwali, Yulius Candra; Buru, Puplius Meinrad; Lewar, Paulus Pati; Manu, Maximus; Mingkol, Maria
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 8 No. 2 (2025): Volume 8 No. 2 Tahun 2025
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v8i2.46089

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) memahami makna ritus Belo Tekan pada Masyarakat Suku Lewar Dungan Tana Ai dalam Terang Eskatologi Kristen, (2) menganalisis, mengkaji, dan membandingkan makna ritus Belo Tekan pada Masyarakat Suku Lewar Dungan Tana Ai dalam Terang Eskatologi Kristen, (3) meningkatkan pengetahuan para pelayan pastoral tentang makna ritus Belo Tekan pada Masyarakat Suku Lewar Dungan Tana Ai dalam Terang Eskatologi Kristen dan relevansinya untuk karya Pastoral Gereja Katolik di Paroki Boganatar-Keuskupan Maumere. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti adalah Makna Ritus Belo Tekan pada Masyarakat Suku Lewar Dungan Tana Ai dalam Terang Eskatologi Kristen dan Relevansinya untuk Karya Pastoral Gereja Katolik di Paroki Boganatar-Keuskupan Maumere. Sumber data primer yang diperoleh dari penelitian melibatkan beberapa narasumber wawancara yang memiliki pengetahuan tentang ritus Belo Tekan pada Masyarakat Dungan Tana Ai. Sumber data sekunder diperoleh dari kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu, khususnya Makna Eskatologis di Balik Ritus Gren Mahe pada Masyarakat Dungan Tana Ai. Berdasarkan penelitian ini penulis menyimpulkan tiga hal pokok berikut. Pertama, ritus Belo Tekan sesungguhnya memiliki makna eskatologi sebagaimana dikonsepkan dalam ajaran Gereja Katolik. Makna ritus Belo Tekan dapat dicermati dengan melihat unsur-unsur eskatologi Katolik seperti kematian, kebangkitan, pengadilan terakhir, api penyucian, neraka, dan surga. Kedua, paralelisasi dan perbandingan setiap unsur dalam makna ritus Belo Tekan dengan konsep seputar Eskatologi Kristen mempunyai titik temu di mana keduanya sama-sama meyakini bahwa ada kehidupan setelah kematian di dunia ini. Akan tetapi ketika berbicara tentang ungkapan atau ritus, di situlah letak perbedaannya. Perbedaan ini tidak membuat pandangan Gereja begitu mendominasi apabila menghilangkan tradisi budaya lokal tetapi malah membuat iman Katolik berakar pada kebudayaan masyarakat suku Lewar Dungan Tana Ai. Ketiga, sejak masuknya Gereja Katolik di Dungan, pemahaman masyarakat tentang ritus Belo Tekan perlahan-lahan diubah. Gereja dan seluruh pelayan pastoral membangun dialog pastoral sehingga Gereja melalui sejumlah pendekatan pastoral mengajak umat meningkatkan iman dengan melihat makna terdalam di balik ritus Belo Tekan. Dengan demikian, makna ritus Belo Tekan menghantar iman masyarakat Dungan untuk percaya terhadap konsep dan pandangan eskatologi Kristen.
Stigmasisasi “Perempuan Alat” di Borong, Manggarai Timur Ditinjau dari Perspektif Filsafat Karol Wojtyla Suhardi, Akrimianus; Puplius Meinrad, Buru; Widyawati, Fransiska
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 17 No. 1 (2025): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36928/jpkm.v17i1.2242

Abstract

Women workers in the entertainment sector, such as pubs, are particularly vulnerable to discriminatory treatment and stigmatization from society. This issue is also prevalent among women in Borong. This study explores the community's views in Borong, East Manggarai, regarding their perceptions of women pub workers through the lens of Karol Wojtyla's philosophy. Utilizing a qualitative method, data was collected through in-depth interviews with community members. The community's perspectives from the field research were then analyzed in the context of Wojtyla's philosophical thoughts on persona. The study found that women workers in Borong's pub entertainment sector do experience societal stigmatization. The most common stigma involves labeling them as "tool women," and categorizing them as "heavy equipment" or "light equipment." This stigmatization is highly detrimental to these women. According to Wojtyla, negative stigmatization contradicts the concept of humans as unique, valuable, and precious individuals. Labeling humans as "tools" opposes the idea of humans as individuals who embody personal subjectivity. Humans, as persons, are not objects, as in the cosmological view, but are someone, based on the personalistic view. In conclusion, the stigmatization of women as tools diminishes their dignity as unique and valuable individuals. This study recommends that citizens be educated to develop solidarity and sensitivity towards human dignity. They should become individuals who respect other human beings. The stigmatization of viewing women as tools must be eradicated to uphold the noble dignity of humans. Everyone needs to learn solidarity with all, including those considered weak.
PERAN TEOLOGI PEMBEBASAN ASIA DALAM MENGATASI KEMISKINAN DI PAROKI SANTO YOHANES PEMBAPTIS BOGANATAR-KEUSKUPAN MAUMERE Kasiwali, Yulius Candra; Mingkol, Maria; Madung, Otto Gusti; Buru, Puplius Meinrad
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 1 (2024): Volume 7 No 1 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i1.25664

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) memahami teologi pembebasan konteks Asia, (2) mengetahui masalah kemiskinan di Paroki Santo Yohanes Pembaptis Boganatar, (3) mengetahui peran teologi pembebasan Asia dalam mengatasi kemiskinan di Paroki Santo Yohanes Pembaptis Boganatar. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif. Wujud data dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan skunder dari hasil wawancara dengan Pastor Paroki, Pastor Rekan, dan umat di Paroki St. Yohanes Pembaptis Boganatar. Penulis juga menggunakan buku-buku referensi yang berhubungan dengan peran teologi pembebasan Asia dalam mengatasi kemiskinan di Paroki Santo Yohanes Pembaptis Boganatar. Sejak tahun 1950 Paroki St. Yohanes Pembaptis Boganatar berdiri sampai sekarang pelayan pastoral mengalami tantangan yang paling signifikan adalah masalah kemiskinan. Factor penyebab kemiskinan sebagai berikut: pengaturan ekonomi rumah tangga yang kurang bijak. Oleh karena itu, Gereja terus memperbaharui diri berjalan dalam karya pastoral. Semangat berjalan bersama dapat diwujudkan oleh Keuskupan Maumere melalui kegiatan Sinode II Keuskupan Maumere. Berdasarkan rangkuman hasil Sinode Paroki Santo Yohanes Pembaptis Boganatar mengenai pemberdayaan ekonomi menjadi masalah pokok yang dihadapi umat adalah rendahnya pendapatan ekonomi keluarga. Demikian juga ditingkat Keuskupan Maumere dalam rangkuman akhir dan rekomendasi Sinode II Keuskupan Maumere pada tanggal 24-28 Oktober 2022 menemukan masalah yang sama yakni tentang kemiskinan. Masalah pokok program pemberdayaan ekonomi umat dan warga yaitu: sebagian besar umat miskin ada dua penyebab yaitu minimnya pendampingan wirausaha yang belum bermutu dan manajemen keuangan belum teratur. Oleh karena itu, teologi pembebasan Asia memiliki peran atau pengaruh dalam upaya mengatasi kemiskinan di Paroki St. Yohanes Pembaptis Bogatar-Keuskupan Maumere, yang benar-benar nyata dan dihidupi melalui kegiatan katekese, analisis sosial dan sinode keuskupan Maumere.