Ida Ayu Wimba Ruspawati, Ida Ayu
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Ki Mantri Tutuan dalam Bentuk Karya Tari Inovatif Rupiani, Ni Wayan; Suteja, I Ketut; Wimba Ruspawati, Ida Ayu
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 3 No 2 (2017): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.62 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v3i2.237

Abstract

Bali merupakan pulau Dewata yang banyak memiliki kisah atau legenda maupun silsilah kawitan atau garis keturunan laki-laki (purusa). Legendatersebut masih diyakini dan disakralkan, seperti yang tersimpan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung, yaitu sebuah Prasasti Ujara Kanda yang menjelaskan tentang kisah Ki Mantri Tutuan dan seketurunannya. Ki Mantri Tutuan berasal dari keturunan Raja Kelingga Jawa Timur yang bernama Dalem Mangori, mempunyai anak bernama Pangeran Satriawangsa menjalani hukumn dan kutukandi tanah Bali bernama Pura Bukit Buluh di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Berdasarkan fenomena di atas diciptakanlah sebuah karya tari inovatif yang berjudul Ki Mantri Tutuan. Adapun alasannya adalah ingin menggali nilai-nilai keyakinan yang bersifat religious dan erat hubungannya dengan alam gaib, serta memperoleh pengetahuan tentang sejarah,etika,moral dan sopan santun terhadap orang yang pantas dihormati, dan ingin mensosialisasikan terhadap keturunan Ki Mantri Tutuan melalui sajian dalam bentuk karya tari inovatif. Prinsip-prinsip angripta sesolahan dipilih untuk proses penciptaan karya tari Ki Mantri Tutuan dan dalam perwujudannya menggunakan teori transpormasi yang merupakan suatu proses pemindahan kisah dari aslinya menjadi karya seni tari yang bersifat inovatif.Ki MatriTutuan dalam bentuk karya tari inovatif adalah sebuah karya tari kekinian, yang berorientasi pada standar tari Bali yaitu agem, tandang, tangkis dan tangkep dikemas menjadi karya baru yang menyesuaikan dengan perkembangan jaman.Bali is the island of God who has many stories or legends or genealogy of kawitan or lineage of men (purusa). The legend is still believed and sacred, as it is stored in Gunaksa Village Dawan Sub-district Klungkung, which is an Inscription Ujara Kanda that explains the story of Ki Mantri Tutuan and seketurunnya. Ki Mantri Tutuan derived from the descendants of King Kelingga East Java named Dalem Mangori, have a son named Prince Satriawangsa undergoing law and curse of the land of Bali named Pura Bukit Buluh in Gunaksa Village Dawan District Klungkung Regency. Based on the above phenomenon was created an innovative dance work titled Ki Mantri Tutuan. As for the reason is to explore religious values of beliefs and closely related to the occult, as well as gain knowledge of history, ethics, morals and manners towards people who deserve respect, and want to disseminate to the descendants of Ki Mantri Tutuan through the presentation in the form of works Innovative dance. The principles of angriptasesolahan were chosen for the process of creating the dance of Ki Mantri Tutuan and in its manifestation using the theory of transpormation which is a process of moving the story from the original into a dance artwork that is innovative.Ki MatriTutuan in the form of innovative dance work is a work of dance, On the Balinese dance standard that is agem, away, tangkis and tangkep packed into new work that adapts to the development of the era.
Transformasi Bunga Tunjung Dalam Busana Wanita Romantik Dramatik Darmara Pradnya Paramita, Ni Putu; Ratna Cora Sudharsana, Tjok Istri; Wimba Ruspawati, Ida Ayu
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 22 No 2 (2018): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.345 KB)

Abstract

Bunga tunjung memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Bali terutama dalam proses ritual agama Hindu. Penciptaan ini ditujukan untuk mewujudkan transformasi penciptaan busana wanita romantik dramatik, mengetahui dan memahami proses mewujudkan busana wanita romantik dramatik, mewujudkan bentuk karya busana wanita romantik dengan bunga tunjung sebagai ide dalam penciptaan. Metode penciptaan yang digunakan yaitu delapan tahapan desain fashion terdiri dari tahapan yaitu design brief, research and sourching, design development, prototypes, samples and construction, the final collection, promotion, marketing, branding, sales, production and the business. Busana wanita romantik dramatik dalam koleksi menerapkan konsep warna Dewata Nawa Sanga yang dilambangkan atau dilukiskan dengan bunga tunjung. Bentuk pada karya busana wanita romantik dramatik menghasilkan dua jenis busana wanita yaitu busana ready to wear deluxe dan haute couture terdiri dari empat busana ready to wear deluxe dan lima busana haute couture. Pemilihan material dan bahan dalam proses proses penciptaan, dikembangkan dengan pengolahan proses kreatif monumental tekstil dan teknik makrame. Pada busana wanita elemen seni yang dominan yaitu garis, bentuk, ukuran, tekstur,  warna dan motif.Sedangkan prinsip desain terdiri dari kesatuan, irama, harmoni, pusat perhatian (point of interest), keseimbangan.
Akulturasi dan Nilai-nilai Estetika Dalam Busana Payas Agung Ningrat Buleleng Di Puri Kanginan Singaraja Tri Ratih Aryaputri, Nyoman; Gede Arimbawa, I Made; Wimba Ruspawati, Ida Ayu
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 24 No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses akulturasi menghasilkan beberapa sistem dan seni yang sampai saat ini masih ada dan dilakukan oleh beberapa masyarakat Indonesia, salah satunya Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja. Busana Payas Agung Ningrat Buleleng memiliki nilai sejarah akulturasi dan nilai-nilai estetika yang membentuknya, sehingga busana ini mampu menunjukkan identitas budaya khas Kabupaten Buleleng. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses akulturasi, nilai-nilai estetika dan makna dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja. Adapun rumusan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana proses akulturasi dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja?; (2) Bagaimana nilai-nilai estetika dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja?; (3) Bagaimana makna dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja?. Penulisan ini menggunakan metode deskriptif kualiatif dengan teknik pengumpulan data berupa kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang mendukung penelitian ini yaitu teori akulturasi, estetika, dan semiotika. Hasil penelitian menunjukkan jawaban sebagai berikut : (1) Proses akulturasi terjadi karena adanya faktor pendorong yaitu kontak langsung (berupa perjalanan, penaklukan wilayah, pedagangan) dan perubahan; (2) Nilai-nilai estetika dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja tersusun dari garis-garis dan warna yang memiliki makna (bentuk bermakna), fungsi busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja yaitu sebagai alat penunjang komunikasi (menunjukkan identitas khas Buleleng) dan alat memperindah; (3) Makna dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja mengandung makna denotasi dan konotasi yang kemudian makna konotasi tersebut berkembang menjadi mitos di masyarakat Buleleng.
Legong Tombol di Desa Banyuatis, Buleleng, Bali Rekonstruksi dan Regenerasi Ida Ayu Wimba Ruspawati
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 1 (2016): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15859.597 KB) | DOI: 10.31091/mudra.v31i1.245

Abstract

Karya seni ini mengungkapkan tentang keberadaan Tari Legong Tombol di Desa Banyuatis, Buleleng,Bali yang mengalami kemandegan regenerasi. Melalui karya ini, langkah yang ditempuh untuk mengatasi kemandegan tersebut adalah dengan merekonstru.ksi bentuk tari tersebut, kemudian mengkore­ ografi ulang bagian yang hilang serta selanjutnya mengajarkan bentuk tarian tersebut kepada para penari generasi muda setempat. Terkait dengan permasalahan yang terjadi alas keberadaan tari Legong Tombol di Desa Banyuatis, maka dalam karya ini disampaikan tentang: (I) Metode Penciptaan karya tari yang bertitik tolak dari usaha rekonsttuksi bentuk tari yang hampir mengalami kepunahan, (2). Merekonstru.ksi dan mengkemas ulang bentuk tari Legong Tombol untuk kemudian dikembalikan kepada masyarakat, (3). Menyajikan metode pelatihan tari Legong yang terkadung dari kreativitas sosok seniman (alm.) I Wayan Rindi yang berhasil digali kembali.
Tari Kreasi Mapepare Putu Devia Maharani; Ni Nyoman Manik Suryani; Ida Ayu Wimba Ruspawati
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 1 No 2 (2021): Terbitan Kedua Bulan Oktober tahun 2021
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v1i2.865

Abstract

Mapepare is a new dance creation that describes the activities of a group of Tenganan Pegringsingan women who offer Pepare offerings during Ngusaba Kasa in Tenganan Pegringsingan Village. Every ceremonial procession held in Tenganan Pegringsingan Village requires careful preparation, both physically and mentally, because if something unwanted happens in the procession, customary sanctions will be imposed. This applies in the procession of the Pepare offerings, if one of the people in charge of the Pepare offerings accidentally drops one of the elements in the Pepare ceremony, it will be subject to customary sanctions that apply in Tenganan Pegringsingan Village. The method of creation used in the Mapepare dance work is the method of creation by Alma M. Hawkins which includes the exploration, improvisation, and forming stages, so as to give birth to patterns of motion both in physical form, as well as exploration of ideas so that the concept of the work to be worked on appears. Mapepare dance works using the concept of a large group with seven female dancers. The movement patterns used are derived from movements in Balinese dance such as agem, away, badminton, and tangkep which are then redeveloped according to the ideas and themes used. The property used is the Pepare offering which was arranged by the dancers. The accompaniment music used is the Selonding gamelan. The overall duration of the work is 13 minutes, Mapepare dance works are perfomed at the Pelangi Budaya NusantaraStudio, Denpasar.Keywords: Mapepare, mesuunan, customary sanctions
Tari Legong Suddhamala Di Sanggar Semara Ratih Ubud Ni Nyoman Gek Ayu Indah Lestari; Ida Ayu Wimba Ruspawati; Suminto Suminto
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v2i2.1881

Abstract

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka merupakan program belajar di luar program studi kurikulum baru yang dibuat oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Nadiem makarim) diterapkan pada 24 Januari 2020 guna untuk mencetak lulusan yang unggul dan menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Tari Legong Suddhamala merupakan tari hiburan yang diciptakan oleh Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., MA. pada tahun 2012 dengan musik iringan yakni gamelan Semarandana yang diciptakan oleh I Ketut Cater, S.Sn. Legong adalah tari klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang sangat kompleks. Sedangkan Suddhamala adalah kata dalam Bahasa Sanskerta yang mengandung arti penyucian atau peleburan. Tari Legong Suddhamala memiliki keunikannya tersendiri yakni memiliki gerakan yang murni dari tarian legong dan mengangkat sebuah kisah dari cerita Kunti Sraya mengenai pengeruwatan (penyucian). Dengan menggunakan metode kualitatif, maka akan mengacu pada teori estetika dan teori kontekstual. Dari hasil analisis data dan hasil temuan menunjukan struktur pertunjukan dalam membuat karya, sehingga terwujud suatu karya yang dihasilkan melalui proses penelitian.    Kata Kunci : Semara Ratih, Legong Suddhamala, Penyucian
PERKEMBANGAN SANGGAR TARI WARINI PADA SAAT PANDEMI COVID-19 Kadek Ayu Mira Subandi; I.A Wimba Ruspawati; I Wayan Budiarsa
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 1 (2023): Terbitan Kesatu Bulan Juni tahun 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v3i1.2381

Abstract

Sanggar Warini is one of the famous studios in Denpasar City, formed on March 15, 1973, chaired by Ni Ketut Arini, SST which is located on Jl. Kecubung Gang Soka No. 1, Banjar Lebah, Sumerta Kaja Village, East Denpasar. Sanggar Warini has been in the art world for a long time. This studio is engaged in the arts, especially dance. This studio is a place for children's creativity to develop, and this studio and Ms. Arini have produced many young generations who will develop and preserve art. and culture in Bali, besides that many works of art have been born from the Sanggar Warini. Sanggar Warini has hundreds of students consisting of girls and boys. This studio has developed to date, but in the last 2 years there have been obstacles due to the Covid-19 Pandemic which is not allowed to carry out activities that trigger crowds. Keywords: Sanggar Warini, Covid-19, Development, Dance Art
Karya Tari Aci Dehe Ni Made Eka Sanisca Dewi; Ida Ayu Wimba Ruspawati; I Ketut Sutapa
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 2 (2023)
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Karya Tari Aci Dehe terinspirasi dari Tari Rejang Lilit di Dusun Peninjoan, Desa Golong, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Tari ini mengambil bagian rasa bahagia, ceria, dan tulus iklas yang muncul saat prosesi ritual Tari Rejang Lilit, kemudian dituangkan ke dalam karya dengan bentuk kreasi yang memiliki tiga struktur yakni, pepeson, pengawak, dan pengecet. Metode penciptaan dalam mewujudkan karya tari ini adalah metode Angripta Sesolahan yang dikemukakan oleh I Kt Suteja. Metode tersebut meliputi Ngerencana, Nuasen, Makalin, Nelesin, dan Ngebah. Ngarencana merupakan tahap awal merancang seluruh kebutuhan karya seperti konsep, pemilihan composer, pemilihan penari, dan rancangan kegiatan karya. Nuasen merupakan tahap ritual untuk memohon kelancaran selama proses karya. Makalin merupakan tahap ekplorasi gerak dan pemilihan material seperti tempat latihan. Nelesin merupakan tahap pembentukan karya dengan menggabungkan hasil eksplorasi gerak sehingga menghasilkan motif gerak pada Tari Aci Dehe. Ngebah merupakan tahap pementasan perdana karya Tari Aci Dehe yang dipentaskan untuk mendapatkan evaluasi dan mengadakan perubahan-perubahan pada karya. Tari Aci Dehe menggunakan 6 orang penari wanita dengan iringan musik digital FL Studio, dan pementasan dilakukan secara langsung di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Kata kunci : Aci Dehe, kreasi, Tari Rejang Lilit.
Aktualisasi Konsep Hredaya Kamala Madya dalam Penciptaan Tari Kamala Madya di Desa Tanjung Benoa, Bali Ida Ayu Wimba Ruspawati
Dance and Theatre Review Vol 6, No 2: November 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/dtr.v6i2.10862

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap konsep filosofis Hredaya Kamala Madya dalam Kakawin Siwaratri Kalpa dan bagaimana konsep tersebut diintegrasikan dalam penciptaan tari berjudul Kamala Madya di Desa Tanjung Benoa, Bali. Melalui metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif, penelitian ini memanfaatkan wawancara mendalam dengan Ida Bagus Wiryanatha, seorang pakar sastra kakawin, untuk merumuskan cerita dan nilai-nilai penting dalam Kakawin Siwaratri Kalpa, termasuk konsep Hredaya Kamala Madya. Analisis juga dilakukan pada video rekaman karya tari Kamala Madya untuk mengungkap bagaimana konsep tersebut terwujud dalam gerakan, musik, kostum, dan elemen penting tari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep filosofis Hredaya Kamala Madya melambangkan abstraksi bunga teratai di hati manusia, merepresentasikan penyucian batin sebagai langkah penting menuju kedamaian hati. Penelitian ini mengungkap inspirasi yang mendasari penciptaan Tari Kamala Madya dan memperkaya nilai artistik melalui simbolisme filosofis dalam elemen artistik seperti gerak tari, musik, tata rias dan busana serta property utama tarian berupa kipas. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan mendalam terhadap pemahaman Tari Kamala Madya khususnya dalam usaha memberdayakan masyarakat Desa Tanjung Benoa sebagai destinasi pariwisata pasca Covid-19. Kata kunci: Hredaya Kamala Madya, Kakawin Siwaratri Kalpa, Inspirasi, Penciptaan Tari, Tari Kamala Madya.
Tari Kreasi Wija Prakerti -, Ni Kadek Deviani; Wimba Ruspawati, Ida Ayu; Oka Adnyana, A.A. Ketut
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 4 No 2 (2024): Jurnal IGEL Vol 4 No 2 2024
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jijod.v4i2.3177

Abstract

The Wija Prakerti Dance is a new dance creation inspired by the story of therejang slahsah dance, namely the sacred rejang dance which is intended as a formof gratitude for the rice plant. The Wija Prakerti Dance tells the story of rice farmerswho are active in the rice fields. The Wija Prakerti Dance was created as a thankyou to the farmers. paddy.In the creation process, the creator collaborated with Sanggar Warini in theindependent campus learning program by taking independent studyprograms/projects. The creation of the Wija Prakerti Dance uses the AngriptaSasolahan creation method (creating dances) by I Kt. Suteja in the book CaturDormitory, the Spiritual Climbing of Balinese People in a Dance Work. The bookexplains the five stages of creation, namely planning, nuasen, makalin, nelesin, andngebah.The Wija Prakerti dance is a creative dance performed as a group with adance structure, namely pepeson, pengawak, pecet, pekaad, which lasts 11minutes. The creator hopes that the values contained in this work can conveygratitude to rice plants and gratitude to rice farmers.