Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Akulturasi dan Nilai-nilai Estetika Dalam Busana Payas Agung Ningrat Buleleng Di Puri Kanginan Singaraja Tri Ratih Aryaputri, Nyoman; Gede Arimbawa, I Made; Wimba Ruspawati, Ida Ayu
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 24 No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses akulturasi menghasilkan beberapa sistem dan seni yang sampai saat ini masih ada dan dilakukan oleh beberapa masyarakat Indonesia, salah satunya Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja. Busana Payas Agung Ningrat Buleleng memiliki nilai sejarah akulturasi dan nilai-nilai estetika yang membentuknya, sehingga busana ini mampu menunjukkan identitas budaya khas Kabupaten Buleleng. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses akulturasi, nilai-nilai estetika dan makna dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja. Adapun rumusan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana proses akulturasi dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja?; (2) Bagaimana nilai-nilai estetika dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja?; (3) Bagaimana makna dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja?. Penulisan ini menggunakan metode deskriptif kualiatif dengan teknik pengumpulan data berupa kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang mendukung penelitian ini yaitu teori akulturasi, estetika, dan semiotika. Hasil penelitian menunjukkan jawaban sebagai berikut : (1) Proses akulturasi terjadi karena adanya faktor pendorong yaitu kontak langsung (berupa perjalanan, penaklukan wilayah, pedagangan) dan perubahan; (2) Nilai-nilai estetika dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja tersusun dari garis-garis dan warna yang memiliki makna (bentuk bermakna), fungsi busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja yaitu sebagai alat penunjang komunikasi (menunjukkan identitas khas Buleleng) dan alat memperindah; (3) Makna dalam busana Payas Agung Ningrat Buleleng di Puri Kanginan Singaraja mengandung makna denotasi dan konotasi yang kemudian makna konotasi tersebut berkembang menjadi mitos di masyarakat Buleleng.
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Komputer Desain Bagi Disabilitas di Yayasan Bunga Bali I Made Gede Arimbawa; Mercu Mahadi; I Nyoman Dana
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 5 NOMOR 2 SEPTEMBER 2021 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1422.371 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v5i2.8911

Abstract

Para disabilitas dalam konteks sebagai warga negara Indonesia sudah sepantasnya mendapatkan perlakuan khusus, sehingga hak-haknya dapat dinikmati. Selaras dengan kesamaan hak untuk memperoleh pendidikan sebagai mana diamanatkan dalam amandeman kedua UUD 1945, maka pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk berkontribusi dengan memberi pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi kekinian, yakni berupa pelatihan implementasi pengetahuan komputer desain dan meracang produk kriya. Kegiatan ini dilakukan sebagai solusi dari salah satu masalah yang dihadapi oleh Yayasan Bunga Bali dalam membina para disabilitas, yakni masalah terkait teori merancang produk kriya dan komputer desain. Kompetensi para penyandang disabilitas dalam menggunakan komputer desain masih kurang. Selama ini mereka hanya membuat desain dengan mencontoh desain yang sudah ada dan menggambar secara manual dengan tangan. Metode pelatihan yang digunakan adalah: ceramah, demontrasi, dan partisipasi. Pelatihan tersebut menghasilkan peningkatan yang signifikan. Pada awalnya mereka hanya mengetahui komputer, namun belum bisa mengoperasikan komputer desain. Hal ini dapat diketahui dari nilai rerata hasil pre-test, yakni sebesar 6,3 termasuk predikat cukup. Setelah pelatihan mereka dapat mengtahui teori merancang dan dapat menghasilkan beberapa gambar AutoCAD dan CorelDraw. Simpulan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberi dampak positif bagi para disabilitas dan dapat dijadikan sebagai salah satu bekal pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat.
Amerta: Ucapan Syukur Suku Tengger Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Fesyen I Gusti Agung Ayu Diva Dinata; I Made Gede Arimbawa; Ni Kadek Yuni Diantari
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 1 (2023): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penciptaan karya fesyen merupakan suatu aktivitas kompleks yang di dalamnya melalui beberapa tahap, seperti eksplorasi ide untuk memperoleh sumber inspirasi dalam penciptaan karya. Kasada merupakan salah satu intangible heritage berupa tradisi melarungkan sesajen ke kawah Gunung Bromo yang dilakukan oleh masyarakat Suku Tengger. Kasada merupakan peristiwa unik yang masih eksis, dilakukan sebagai simbol rasa syukur dan doa agar Gunung Bromo selalu memberi kedamaian dan hasil bumi yang berlimpah. Kasada dipilih sebagai ide pemantik dalam penciptaan karya fesyen ready to wear, ready to wear deluxe, dan semi couture dengan menggunakan trend fesyen 2023/2024 Rural dan style quirky bohemian dalam gaya ungkap metafora yang didasari dengan kata kunci terpilih, didukung dengan metode penciptaan Frangipani dan konsep fesyen berkelanjutan. Koleksi busana ini diharapkan dapat menambah refrensi kepustakaan mengenai Kasada serta dapat memperkenalkan salah satu tradisi Nusantara kepada masyarakat sehingga budaya Nusantara tidak luput dari perhatian masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.
Eksagerasi animasi god toon dalam cerita Alkitab: Kisah Daniel dalam konteks historis dan kultural Andreas James Darmawan; I Made Gede Arimbawa; I Made Marajaya
KURIOS Vol. 9 No. 2: Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v9i2.729

Abstract

Exaggeration is a solution to attract attention again when conveying a message, especially when the message is an old, repeated message. This exaggeration is needed to provide novelty to the target's boredom with old, repetitive messages. This research examines a Bible story film with a bold novelty value with the scientific knife of romantic hermeneutics. The episode that is the scope of the research is the story of Daniel in the Lion's Cage, from a Korean animation studio called God Toon. This research uses a descriptive qualitative method, which describes historical and cultural contexts obtained from several literary sources, interviews, and researcher interpretations. The research results are a study of exaggeration in Biblical characterizations, which gives rise to reference implications for research that addresses similar topics. The impact of the research is to encourage similar efforts that try to make a breakthrough in the target's boredom of receiving Bible stories that are visually relatively the same, as well as trying to generate story messages so that they continue to gain interest and a place in the hearts of Christians. AbstrakEksagerasi merupakan solusi untuk menarik atensi kembali dalam menyampaikan sebuah pesan, apalagi pesan yang hendak disampaikan adalah pesan lama yang berulang; eksagerasi ini diperlukan sebagai solusi dalam upaya memberikan kebaruan pada kejenuhan target pada pesan lama yang berulang. Penelitian ini mengkaji sebuah film cerita Alkitab dengan nilai kebaruan yang berani dengan pisau keilmuan hermeneutik romantisme. Episode yang menjadi lingkup penelitian adalah cerita Daniel di Kandang Singa, dari studio animasi korea bernama God Toon. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yang menggambarkan kedua konteks baik historis maupun kultural, yang didapatkan dari beberapa sumber literatur, wawancara, dan tafsiran peneliti. Hasil penelitian berupa sebuah kajian tentang eksagerasi pada penokohan Alkitab, yang melahirkan implikasi acuan bagi penelitian yang mengangkat topik yang serupa. Dampak penelitian adalah mendorong upaya serupa yang mencoba melakukan terobosan bagi kejenuhan target menerima cerita Alkitab yang secara visual relatif sama, serta berupaya mengenerasi pesan cerita agar tetap mendapatkan minat dan tempat dalam hati umat Kristiani.
P Karakter Topeng Manis Sebagai Inspirasi Penciptaan Produk Kriya Kebutuhan Ruang Pertemuan Formal I Wayan Wijaya Kusuma; I Made Gede Arimbawa; I Made Sumantra
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 02 (2021): Hastagina : Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i02.543

Abstract

Mask are one of the cultural heritages of people in various part of the world who have a mask culture that use different methods and functions according to local custom. In society, various mask are used, such as being used to support a scared belief or spirituality and used as a support for a theatrical performance as well as commodity goods that are profane. Like wish, there are various types of mask with various characters. Such as hard characters of fierce, sweet, cute and so on, this condition is very interesting to be explore and used as a source of inspiration in the creation of craft products. Condisering the mask that are starting to get less attention by the younger generation at this time so that these mask are not eroded by the current technology, in addition, he also wants to preserve the existence of mask so that in the future that arts will be more awake than these mask. This became the basic idea in creating works for the needs of formal meeting room that apply topeng manis as decorations. The creation process has gone through various stages which can describe an ordely and well structured creation process. That are three stage that are carried out, namely : 1. Exploration here is through the exploration stage to find ideas, observations, interviews, surveys, data colletion and references that will be used as the basis for designing or making desaign; 2. The desaign is made from the result of data acquisition and is formulated in a single unit in the form of a sketch; 3. The embodiment is carried out from the result of the selected sketches and will be transferred to the media so that works that have gone through various processes and techniques such as assembly formation and finishing are realized The creation of this works is used as a product for the needs of a formal meeting room by applying a topeng manis as the creation of the works. Meeting room as a place to accommodate meeting activities that discuss general problems or inspiration about something interesting.
BHUMI IRIGASI KUNO SEBAGAI IDE PENCIPTAAN POT KERAMIK DENGAN SELF WATERING SYSTEM DI UD. TRI SURYA KERAMIK I Gusti Ngurah Diva Ismayana Tjahjadi; I Made Gede Arimbawa; Ida Ayu Gede Artayani; Rai Gede Wahyudi Putra
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 2 No 02 (2022): Hastagina : Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v2i02.1009

Abstract

Preservation and protection require real action from all of us, therefore the author chooses the general concept carried by the Terramic Bali company, namely the Bhumi concept. By studying from upstream to downstream in running a company, the author hopes to be able to replicate it as a form of independent work opportunity. Every design that carries the Bhumi concept is accompanied by a design lighter idea. The starting idea for the founding of the Terramic Bali company was ancient irrigation. Adopting the creation method from Gustami Sp, namely: 1) Exploration, 2) Design, and 3) Embodiment, it can be seen that the result of the creation is a company engaged in ceramic crafts with distinctive branding. The Business Model Canvas (BMC) of the Terramic Bali company is a simulation of the author's company in an internship program at the Tri Surya Keramik company. The Tri Surya Keramik company is concerned with a digital marketing system as a surefire solution to the Covid-19 pandemic, one of which is Instagram. The company Terramic Bali produces products based on the Bhumi concept, as a design concept to product embodiment and the concept of Earth Tones color which refers to the company's goal, namely: the Environmental Awareness Movement. The products are named Pengalapan, Jelinjing, Cakangan, and Aungan. Storytelling is a strong asset that is used as a means of promotion and education to customers.
Pengayaan Penerapan Ornamen Pada Usaha Arsitektur Bali di PT. Sraya Bali Style Batubulan, Sukawati, Gianyar Abdul Manan; I Made Gede Arimbawa; I Wayan Suardana
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 3 No 02 (2023): Hastagina : Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v3i02.2913

Abstract

Seni kriya merupakan sebuah karya yang menekankan keterampilan tangan dalam proses berkarya dan mengutamakan bentuk-bentuk dan kerajinan yang diciptakan dengan fungsi tertentu, persoalan magang/praktik kerja mbkm ini, bertujuan ingin mengetahui keberadaan eksistensi perusahaan yang ada di PT. sraya bali style. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu observasi, wawancara, partisipasi, dokumentasi. Dalam pengumpulan data ini berharap mendapatkan pengetahuan adapun gambaran terkait pengolahan bahan, proses pembuatan, dan perwujudan. Hasil dari kegiatan magang/praktik kerja di PT. Sraya Bali Style dapat menjadi sebuah metode dalam berkarya dengan penerapan alih pengetahuan, alih keterampilan, dan alih teknologi. Kesimpulan dalam Pengayaan dilakukan di perusahaan PT. Sraya Bali Style sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan magang/praktik kerja dengan ini penulis mandalami semua pengatahuan yang ada terutama pada tehnik ukir tradisional yang ada di perusahaan tersebut sehingga penulis bisa menciptakan sebuah karya yang diterapkan pada hiasan dinding dengan motif ornamen madura.
Transformasi gebyok Kudus dengan pendekatan hermeneutika dan intertekstualitas Titihan Sarihati; I Made Gede Arimbawa; Rexha Septine Faril Nanda
ARSNET Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Department of Architecture Faculty of Engineering Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/arsnet.v3i2.83

Abstract

Artikel ini membahas tentang proses transformasi gebyok Kudus sebagai elemen tradisi dan penerapannya pada berbagai konteks. Gebyok Kudus merupakan elemen tradisi Indonesia yang kerap dijumpai pada hunian maupun ruang publik dan telah mengalami penyesuaian dari masa ke masa. Penelitian terdahulu terkait gebyok membahas mengenai ragam hias dan makna, namun kajian mengenai proses transformasi gebyok pada masa lalu dan masa kini belum banyak dibahas. Studi ini menggunakan pendekatan hermeneutika dan intertekstualitas untuk memersepsikan objek kajian dan mengkaji transformasi yang terjadi. Telaah lebih lanjut dilakukan terhadap data objek gebyok Kudus lama maupun baru melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara terhadap pemilik rumah, tokoh budaya setempat, dan pelaku industri ukir kayu untuk mengetahui latar belakang sosial budaya perubahan gebyok. Penelitian ini mengidentifikasi proses transformasi dan transposisi gebyok Kudus yang ditunjukkan dengan adanya perubahan wujud, fungsi, makna, dan penempatan. Gebyok Kudus sebagai elemen tradisi yang sarat dengan simbolisme menjadi objek dengan makna yang berbeda secara estetika dan fungsi. Pemahaman ini memperlihatkan evolusi elemen tradisi arsitektur berdasarkan perubahan kebutuhan perancangan dari masa ke masa.   This article explores the transformation process of Kudus gebyok as a traditional element based on hermeneutic and intertextuality. Kudus gebyok is an Indonesian traditional element that commonly found in domestic or public space which have adapted from time to time. Previous studies about gebyok have discussed about the various aesthetic and meanings of gebyok, but there is limited discussion on the transformation of gebyok from the past to the present. This study employs hermeneutics and an intertextual approach to explore gebyok as the object of study and its transformation process. Further exploration is done to new and older gebyok through observation, documentation, and interviews with house owners, local cultural figures, and local wood carving craftsmen to understand about the socio-cultural background of gebyok and its changes. This study identifies the transformation and transposition of Kudus gebyok that is demonstrated through changes in its form, function, meaning, and placements. Kudus gebyok as a traditional element is imbued with symbolism into objects with different meanings in terms of aesthetics and usage. Such understanding demonstrates the evolution of traditional architecture based on changes in design needs from time to time.
Paul Ricoeur's Hermeneutic Analysis on User Interface Design for Augmented Reality Baleganjur Applications I Komang Try Adi Stanaya; I Made Gede Arimbawa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 39 No 1 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v39i1.2410

Abstract

Augmented reality technology or more popularly known as AR is a technology that implements interactive multimedia concepts. Augmented reality technology is a technology that combines the virtual world with the real world in real-time, through electronic devices such as cameras, sensors and software, augmented reality is able to display virtual objects in both 2D and 3D form in the real world. In this study, it focuses on analyzing the appearance of the interface design or the main menu application user interface by implementing augmented reality technology, with the name of the application, Augmented Reality Baleganjur. The user interface display on the main menu of the Baleganjur Augmented Reality application has design elements that can be translated with different meanings and understandings, depending on the user's point of view. This is the basis of this research, where the appearance of the user interface design on the main menu of the Baleganjur Augmented Reality application has design elements that can lead to different interpretations of meaning and understanding. The purpose of this study is of course to reveal the meaning and understanding of the design elements in the user interface design display of the Baleganjur Augmented Reality application, by conducting an in-depth analysis using Paul Ricoeur's Hermeneutics. As for the results of this study, it can be concluded that researchers as hermeneutics have an important role in interpreting and offering solutions, which can later be used as a reference for repairing or perfecting design elements in the application user interface, so that these design elements can convey meaning and understanding in a comprehensive and detailed manner to users.
HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR: MENGGALI MAKNA PADA IKLAN MOMS DEMAND ACTION FOR GUN SENSE IN AMERICA Muhdaliha, Benny; Gede Arimbawa, I Made
Kartala Vol 3 No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Budi Luhur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36080/kvs.v3i2.152

Abstract

The research examines three print advertisements released by the non-governmental organization from the United States, "Mom Demand Action for Gun Sense in America," using a qualitative descriptive analysis method through Paul Ricoeur's hermeneutic approach. This study reveals the complexity of the messages contained within, particularly related to the historical context that underpins the creation of these advertisements. Through an understanding of visual structure and cultural context, the research demonstrates how visual symbols such as firearms, books, balls, and toys can be used to convey a strong anti-violence message aimed at garnering public support to advocate for changes in gun policy in the United States. By delving deeper into the intended audience, researchers gain insights into the social and political impact of these advertisements. Through Ricoeur's hermeneutic approach, this study not only unpacks the implicit messages within the advertisements but also explores deeper and contextual meanings, making it a relevant study in the fields of marketing communication and social movement in society.