Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Kinetika Leaching Ni dan Fe dari Bijih Laterit Tipe Limonite Morowali Gyan Prameswara; Flaviana Yohanala Prista Tyassena; Monita Pasaribu; Indhyca Novitha Febryanzha
REACTOR: Journal of Research on Chemistry and Engineering Vol 3, No 2 (2022): Published in December 2022
Publisher : Politeknik ATI Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52759/reactor.v3i2.57

Abstract

Nickel (Ni) deposits are depleting, while demand for the metal is increasing. To address this problem, valuable metals such as Ni and Fe can be extracted from secondary sources such as limonite-type laterite ores. The goal of this study was to investigate the influence of leaching temperature on Ni and Fe recovery, as well as the best kinetic model to represent the leaching process of these metals. Temperature has a considerable impact on the leaching process of Ni and Fe. Increasing the temperature from 30 to 90 oC can increase the recovery of Ni by 50% and Fe by 70 %. Ni and Fe recoveries were highest at 93.21 % and 95 %, respectively. Kinetic analysis of the two metals' leaching processes was also performed. It was discovered that the diffusion process controls Ni leaching, which can be represented using the Zhuravlev kinetic model, whereas chemical reactions on the surface of the unreacted core controls Fe leaching. The activation energies for leaching Ni and Fe are 36.53 and 40.32 kJ/mol, respectively. 1930 exp ((-36.53 kJ/mol)/(R.T))t=[(1-X)-1/3)-1]2 is the kinetic equation for Ni leaching. The kinetic equation for Fe leaching is 3903 exp ((- 40.32 kJ/mol)/(R.T)t=1-(1-X)1/3.
Potensi Selulosa Pelepah Pisang Sebagai Kemosensor Kation Flaviana Yohanala Prista Tyassena
Majalah Teknik Industri Vol 26 No 2 (2018): Majalah Teknik Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2018
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik ATI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan sektor industri mineral khususnya di Sulawesi semakin hari semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya industri mineral di Sulawesi, berbagai masalah mengenai pencemaran lingkungan juga semakin meningkat pula. Pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah industri mineral pada umumnya berupa logam berat. Logam berat dapat mengaktifkan sel kanker di dalam tubuh. Berbagai metode dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi logam berat yang terdapat dalam perairan diantaranya adalah adsorpsi.Selulosa merupakan senyawa organik yang memiliki gugus OH- sehingga berpotensi besar untuk dijadikan media penyerap logam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi selulosa dari batang pisang dari berbagai ion logam melalui metode kualitatif, dengan cara solvatochromic dan ionochromic. Dari penelitian yang didapatkan melalui uji solvatochromic didapatkan bahwa aquades adalah pelarut yang paling baik untuk digunakan, karena memiliki sifat polar yang setingkat dengan kepolaran selulosa pada pelepah pisang. Sedangkan melalui uji ionochromic didapatkan bahwa kation logam yang berinteraksi paling baik dengan pelepah pisang adalah kation Ag+. Ekstrak aquades dari pelepah pisang kemungkinan dapat digunakan sebagai indikator logam perak (Ag) dalam limbah industri.
Studi Pengaruh Konsentrasi Solvent Dan Kondisi Operasi Terhadap Persen (%) Recovery Nikel Pada Proses Atmospheric Leaching Ore Laterite Asal Morowali Dengan Asam Sulfat Flaviana Yohanala Prista Tyassena; Gyan Prameswara; Ahmad Faqih Suherman
Journal of Chemical Process Engineering Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jcpe.v8i1.1761

Abstract

Permintaan nikel di dunia meningkat seiring dengan perkembangan teknologi baterai. Penggunaan nikel sebagai bahan baku baterai dikarenakan kemampuannya dalam menghantarkan energi listrik. Bijih nikel laterit jenis limonit merupakan bijih yang keberadaannya paling banyak namun belum dimanfaatkan dengan baik. Metode yang sesuai untuk mengolah bijih nikel limonit kadar rendah adalah dengan menggunakan proses hidrometalurgi, dimana Atmospheric Acid Leaching (AAL) dianggap paling efektif dari segi energi dan recovery nikel. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi solvent asam sulfat (0,5-2M), rasio solid (bijih nikel laterit) terhadap liquid solvent (5%-25%), dan durasi leaching (0-240 menit) terhadap recovery nikel pada proses atmospheric leaching. Hasil yang didapatkan pada penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi solvent dan durasi leaching akan meningkatkan recovery nikel yang didapatkan. Sedangkan perbandingan jumlah solid (bijih laterit) terhadap liquid (solvent asam sulfat) akan menurunkan nilai recovery nikel. Hasil terbaik yang didapatkan pada penelitian ini diperoleh pada konsentrasi asam sulfat 2M, dengan rasio S/L 5%, dan durasi leaching 250 menit. Persen recovery nikel terbaik yang didapatkan pada penelitian ini mencapai nilai 63%.
SOSIALISASI PENGEMBANGAN PROSES KOMINUSI KALKOPIRIT PADA PRODUKSI CUSO4 UNTUK INDUSTRI KECIL MENENGAH DI YOGYAKARTA Prameswara, Gyan; Tyassena, Flaviana Yohanala Prista; Perkasa, Pandu Dwi Cahya
ABDIMAS ALTRUIS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/aa.v7i1.6899

Abstract

The development of the mineral processing industry, especially chalcopyrite minerals, is increasing not only in large industries but also in small industries. Limited processing equipment and access to research and development results are still major obstacles for small industries to develop mineral processing businesses. This community service program (PKM) aims to be a bridge for the development of the chalcopyrite mineral processing business process (comminution process) in small industries to access related technology and knowledge. The optimum chalcopyrite comminution process to obtain a particle size of 180 μm was obtained using a 1-cycle jaw crusher (60% amplitude for 30 minutes) followed by grinding using a ball mill (25 rpm, 60 minutes using 20 balls). From the socialization results, it was also found that there was an increase in knowledge and capacity of PKM participants after socialization. The PKM participants' satisfaction with this program was also evaluated using a questionnaire, the survey results proved that this PKM had a positive impact on business processes in small industries.
EVALUASI SISTEM KOMINUSI PRIMER PADA BENEFISIASI COPPER-BEARING-MINERAL Prameswara, Gyan; Tyassena, Flaviana Yohanala Prista; Perkasa, Pandu Dwi Cahya
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL Vol 1 No 1 (2022): JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL
Publisher : Politeknik ATI Makassaar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.972 KB) | DOI: 10.61844/jtkm.v1i1.16

Abstract

Proses kominusi merupakan langkah awal dalam pengolahan mineral. Efisiensi dan keberhasilan memetakan atau untuk karakterisasi material pada proses ini akan membantu pembangunan strategi pengolahan yang paling tepat untuk pemurnian Cu dari bijih kalkopirit. Sistem kominusi yang dipakai pada penelitian ini terdiri dari 2 proses grinding (jaw crusher dan ball mill). Proses grinding pertama menggunakan jaw crusher belum efektif untuk menggerus bijih kalkopirit. Masih terdapat frekuensi massa yang tinggi pada rentang ukuran lebih besar dari 600 µm. Oleh karena itu, dilakukan penggerusan kedua menggunakan ball mill dengan rasio berat umpan:bola baja = 1:10, kecepatan putar 25 rpm selama 60 menit. Produk grinding kedua memiliki frekuensi massa lebih dari 60% pada rentang ukuran lebih kecil dari 180 µm. Nilai ukuran pada 80% kumulatif massa lolos (P80) pada produk grinding kedua juga berkurang secara signifikan yaitu berada pada rentang ukuran 212-355 µm. Karakterisasi mineral juga telah dilakukan untuk mengetahui konsentrasi elemen dan mineral pada sampel. Cu sebagai target mineral memiliki konsentrasi sebesar 7.57% sedangkan Si sebagai major elemen memiliki konsentrasi sebesar 35.5%. Mineral paling dominan pada sampel adalah kuarsa, kalkopirit, kalkosit dan kovelit dengan konsentrasi masing-masing secara berurutan adalah sebesar 81.10%, 2.76%, 13.28 dan 2.86%.
PENGARUH KOMINUSI DENGAN MENGGUNAKAN BALL MILL TERHADAP KARAKTERISTIK ORE NIKEL DARI MOROWALI Hatimah, Husnul; Amin, Idi; Tyassena, Flaviana Yohanala Prista; Prameswara, Gyan
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL Vol 1 No 1 (2022): JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL
Publisher : Politeknik ATI Makassaar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.102 KB) | DOI: 10.61844/jtkm.v1i1.19

Abstract

Nikel merupakan salah satu barang tambang yang sangat berharga dan memiliki yang tinggi di pasaran dunia. Untuk memanfaatkan nikel yang terdapat di wilayah Indonesia agar memiliki nilai ekonomis yang tinggi maka dilakukan pengolahan mineral dengan menggunakan alat ball mill yang digunakan untuk pengecilan ukuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mineral laterite Morowali serta pengaruh banyak bola dan variasi waktu terhadap karakteristik mineral laterite Morowali. Variasi bola yang digunakan yaitu 5 bola, 10 bola, dan 15 bola dan untuk variasi yaitu 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Penelitian ini mempelajari tentang bagaimana Particle Size Distribution sampel ore nikel dari Morowali, karakteristik sampel ore nikel dari Morowali, kadar Ni dalam sampel, serta fase-fase yang terdapat pada sampel. Hasil analisa elemen menggunakan XRF didapatkan mineral laterit dari Morowali termasuk jenis limonit karena kandungan besi (Fe) yang didapatkan sebanyak 13,8255 % yang lebih tinggi dari kandungan magnesium (Mg) didapatkan 5,1324% dan hasil XRD didapatkan fasa yang dominan fasa lizardite dan fasa clinoclore. Pada pengaruh variasi bola, semakin banyak bola yang digunakan maka semakin banyak kandungan Nikel (Ni) yang terekspos. Didapatkan kandungan nikel sebanyak 1,93%. Pada variasi waktu, semakin lama waktu yang digunakan untuk ball mill bahwa semakin banyak kandungan nikel (Ni) yang terlepas dari pengotornya dan didapatkan kandungan nikel sebanyak 1,91%.
PERBANDINGAN BATUBARA DAN CaSO4 SEBAGAI REDUKTOR DALAM PROSES REDUKSI BIJIH NIKEL LATERIT Tyassena, Flaviana Yohanala Prista; Agus, Tri Gustiany; Nur, Muhammad Aslam; Prameswara, Gyan; Amin, Idi
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL Vol 1 No 1 (2022): JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL
Publisher : Politeknik ATI Makassaar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.255 KB) | DOI: 10.61844/jtkm.v1i1.25

Abstract

Berdasarkan data ESDM pada Tahun 2020 Indonesia memiliki 52% cadangan nikel yang ada di dunia. Cadangan nikel di Indonesia ini sebagian besar (90%) tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Pirometalurgi konvensional merupakan metode pengkayaan mineral yang sering digunakan namun memiliki kelemahan dimana dibutuhkan energi yang besar dan berakibat pada biaya yang besar. Oleh karena itu saat ini banyak dilakukan penelitian untuk mengembangkan proses pirometalurgi suhu rendah dengan memanfaatkan reduktor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan dua jenis reduktor, yaitu batubara dan CaSO4 serta melihat peranannya dalam proses reduksi selektif. Dua jenis reduktor, yaitu batu bara dan CaSO4, masing-maing dicampur dengan ore nikel dengan perbandingan berat 1:4 dan 1:10. Proses reduksi selektif dilakukan dengan kalsinasi menggunakan furnace pada variasi suhu 800oC, 900oC, dan 1000oC selama 120 menit. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa reduktor CaSO4 pada suhu 1000oC menghasilkan % recovery yang lebih tinggi mencapai 36% dibandingkan dengan batubara yang hanya mencapai 17%. Kandungan Sulfur pada CaSO4 akan berikatan dengan besi membentuk FeS dan kalsium akan berikatan dengan silikat. Proses pemisahan secara magnetik lebih lanjut diperlukan untuk memisahkan pengotor-pengotor non-magnetik yang terbentuk, yaitu FeS dan CaSi2O5 sehingga akan didapatkan % recovery nikel yang lebih tinggi. Sedangkan hasil yang tidak optimal pada batubara disebabkan karena rendahanya kandungan karbon, serta tingginya kandungan zat pengotor dan air.
PENGARUH LAMA WAKTU TINGGAL TANAMAN ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DAN KAYU APU (PISTIA STRATIOTES) PADA AIR LIMBAH DI LOKASI TITIK PANTAU PT. KIMA PERSERO MENGGUNAKAN PROTOTYPE BIOFILTER Arninda, Andi; Tyassena, Flaviana Yohanala Prista; Adriana, Aldina
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL Vol 2 No 2 (2023): JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL
Publisher : Politeknik ATI Makassaar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61844/jtkm.v2i2.530

Abstract

Air limbah industri menjadi salah satu perhatian utama di Indonesia karena munculnya zat yang berbahaya seperti tingginya kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biologycal Oxygen Demand (BOD). Salah satu cara pengolahan limbah cair untuk mengurangi tingkat pencemaran secara sederhana ialah dengan sistem biofilter. Media biofilter yang digunakan ialah tanaman eceng gondok dan kayu apu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu tinggal, serta persentase pengaruh  tanaman eceng gondok dan kayu apu untuk menurunkan kadar COD, BOD, dan pH pada air limbah di lokasi titik pantau PT.KIMA Persero menggunakan prototype biofilter. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental melalui tahap pembuatan prototype biofilter dan penanaman eceng gondok dan kayu apu pada air limbah kemudian dilakukan analisa uji kadar COD, BOD dan pH. Pengujian kadar COD dan pH dilakukan dalam waktu tinggal  1, 3, 5, 7 dan 9 sedangkan pengujian kadar BOD dilakukan selama 15 hari. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dengan parameter COD, BOD dan pH, diperoleh hasil bahwa semakin lama waktu tinggal tanaman eceng gondok dan kayu apu maka kadar COD dan BOD menurun. Persentase pengaruh tanaman enceng gondok  terhadap penurunan COD sebesar 68,50% dan kayu apu 61,99% terjadi pada waktu tinggal 9 hari, sedangkan persentase penurunan kadar BOD pada tanaman enceng gondok sebesar 63,44% dan kayu apu 45,41% terjadi pada waktu tinggal 5 hari. Perubahan pH air limbah pada tanaman eceng gondok dari 4 menjadi 7 sedangkan pada kayu apu dari 4 menjadi 5 di hari ke 9.
PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBAHAN BAKU KARAGENAN DENGAN VARIASI SUHU PEMANASAN DAN KONSENTRASI GLISEROL Wahab, Nur Iswanti Fadillah; Tyassena, Flaviana Yohanala Prista; Junianti, Fitri
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL Vol 2 No 2 (2023): JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL
Publisher : Politeknik ATI Makassaar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61844/jtkm.v2i2.676

Abstract

Plastik banyak digunakan sebagai pembungkus makanan namun jika digunakan secara terus menerus akan berdampak buruk bagi kesehatan maupun lingkungan sehingga perlu diganti dengan bahan yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan seperti edible film. Edible film dapat dibuat menggunakan karagenan karena jumlahnya yang melimpah dan kaya akan vitamin serta mineral. Dalam pembuatan edible film diperlukan penambahan plasticizer agar menghasilkan edible film yang tidak rapuh dan kaku. Salah satu plasticizer yang dapat digunakan adalah gliserol. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pemanasan larutan edible film dan konsentrasi gliserol terhadap karakteristik edible film berbahan baku karagenan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT. Biota Laut Ganggang pada 23 Desember 2022 – 27 Februari 2023 dengan metode eksperimental laboratorium dengan membuat edible film berbahan baku karagenan dan plasticizer gliserol. Suhu pemanasan yang digunakan yaitu 50°C, 60°C, 70°C dan 80°C hasil dari suhu pemanasan terbaik akan digunakan untuk pembuatan edible film dengan konsentrasi gliserol 8%, 10% dan 12%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan variasi suhu pemanasan didapatkan hasil terbaik pada suhu 70°C dan konsentrasi gliserol 8 % dengan nilai kuat tarik tertinggi yaitu 0,8048 N/mm2 dan nilai parameter yang lain telah memenuhi Jappanese Industrial Standart (JIS) 1975 seperti nilai ketebalan 0,174 mm, elongasi 27,57%, dan kelarutan 76,68%.
PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BATUBARA DAN CANGKANG KELAPA SAWIT TERHADAP KUALITAS BIOBRIKET Arninda, Andi; Saqina, Nur Aflan Farah; Tyassena, Flaviana Yohanala Prista
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL Vol 3 No 2 (2024): JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL
Publisher : Politeknik ATI Makassaar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61844/jtkm.v3i2.939

Abstract

Biobriket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari campuran biomassa dan dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Komposisi cangkang kelapa sawit yang dianalisis menunjukkan nilai energi yang tinggi dibandingkan limbah kelapa sawit lainnya. Cangkangnya mengandung komponen organik yang dapat diubah menjadi bahan bakar melalui proses pengarangan. Namun tingginya kandungan abu dan mineral pada cangkang kelapa sawit dapat mempengaruhi kualitas biobriket. Untuk meningkatkan kualitasnya, batu bara dicampur dengan cangkang kelapa sawit selama proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi perbandingan batubara dan cangkang kelapa sawit terhadap kualitas biobriket. Percobaan yang dilakukan meliputi pembuatan arang cangkang kelapa sawit, penggilingan menjadi arang, pencampuran dengan batubara dengan arang cangkang kelapa sawit, penambahan larutan sagu 2% sebagai bahan pengikat, dan pencetakan biobriket. Biobriket diuji kualitasnya, meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, dan nilai kalor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor tertinggi terdapat pada biobriket batubara 100%:0%, sedangkan kadar air terendah terdapat pada biobriket cangkang sawit 100%. Namun, tidak ada satu pun biobriket yang memenuhi persyaratan kadar abu standar. Studi tersebut menyimpulkan bahwa perbandingan batu bara dan cangkang kelapa sawit mempengaruhi kualitas biobriket, dengan pengaruh yang bervariasi terhadap kadar air, kadar abu, bahan mudah menguap, dan nilai kalor, dimana nilai kalor tertinggi pada variasi perbandingan 100%:0% sebesar 5894,28 kal/g,. nilai kadar air terendah pada variasi perbandingan 100%:0% sebesar 2,69%, nilai kadar abu yang terendah pada variasi perbandingan 60%:40% sebesar 8,96%, dan nilai zat terbang terendah pada variasi perbandingan 100%:0% sebesar 20,18%.