Sirajun Nasihin, Sirajun
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Implementasi Kurikulum 2013 Di MTs Yaqin 1 Kwang Rundun Kecamatan Jerowaru ( Masalah dan Solusinya ) Nasihin, Sirajun
PALAPA: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Vol 4 No 1 (2016): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIT Palapa Nusantara Lombok NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.214 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja masalah yang dihadapi oleh MTs Yaqin 1 Kwang Rundun dalam upaya Implementasi Kurikulum 2013 beserta solusi yang dikembangkan untuk memecahkan masalahnya. Untuk menghimpun data penelitian, penulis mempergunakan tiga tehnik pengumpulan data yakni; observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti secara langsung menuju lokasi penelitian dimana penulis merupakan bagian integral dari yayasan penyelenggara pendidikan ini sehingga dapat dengan mudah mendapatkan akses informasi ke dalamnya. Dari penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan bahwa masalah yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013 di MTs Yaqin 1 Kwang Rundun adalah antara lain ; terbatasnya informasi mengenai sistem kurikulum 2013, minimnya fasilitas pembelajaran yang menjadi unsur vital yaitu buku-buku siswa, tidak tersedia sarana prasarana belajar yang utama untuk mendukung penerapannya seperti; laboratorium, alat-alat peraga, media pembelajaran dan kompetensi profesionalisme guru belum memadai”. Sedangkan solusi pemecahannya adalah membangun kerjasama dengan wali murid, komite madrasah dan stake holders sebagai bagian dari pengelolan humas sekolah untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa sekolah mempunyai kebutuhan vital yang belum dijangkau, guru-guru memiliki kemauan yang kuat untuk belajar sehingga diupayakan oftimalisasi MGMP, dan kepala madrasah memiliki tekad yang kuat untuk maju sehingga dapat menyisihkan anggaran untuk pengadaan kebutuhan.
Reformasi Pendidikan Islam Berbasis Pesantren Modern Nasihin, Sirajun
PALAPA: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Vol 5 No 02 (2017): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIT Palapa Nusantara Lombok NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.214 KB)

Abstract

Makalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan konsep-konsep tentang reformasi pendidikan Islam berbasis pesantren modern baik dari perspektif para ahli maupun mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalamnya penulis menyajikan; pengertian, pola, dan urgensi reformasi pendidikan Islam berbasis pesantren modern dengan dukungan data yang dikumpulkan menggunakan metode kajian pustaka baik berupa buku maupun makalah dan jurnal yang diunduh melalui internet. Dari beberapa pandangan yang telah dihimpun, penulis melakukan analisis data secara kualitatif dan menarik kesimpulan bahwa reformasi pendidikan Islam berbasis pesantren modern dalam konteks zaman ini mutlak diperlukan karena system pendidikan seperti inilah yang dapat mengelaborasi antara kecerdasan rasional, emosional dan spiritual secara integral sehingga dapat melahirkan output pendidikan yang berilmu, bermoral, kreatif dan selalu mampu menempatkan diri dalam semua situasi bangsa tanpa harus merubah jatidirinya sebagai muslim Indonesia yang berpancasila yang dapat mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
MENEJEMEN SHALAT MENUJU HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA Nasihin, Sirajun
PALAPA: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Vol 1 No 2 (2013): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIT Palapa Nusantara Lombok NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.214 KB)

Abstract

Shalat sebagai ibadah fardlu bagi semua muslim, merupakan sarana komunikasi antara hamba dengan Allah sebagai Sang Pencipta. Di dalam komunikasi ini harus terjalin keseimbangan antara zahir dan bathin dengan memadukan keduanya sehingga focus shalat yang dilaksanakan tetap dalam koridor Zikrullah (mengingat Allah) secara penuh. Agar tetap terjaga keseimbangannya, maka menjalankan shalat membutuhkan suatu tata laksana yang dalam tulisan ini disebut menejemen shalat. Menejemen Shalat bukan berarti melakukan penataan ulang mengenai pelaksanaan shalat, karena hal itu sudah ditetapkan secara baku dalam syari’at Islam. Akan tetapi ia adalah rangkaian aktivitas untuk mengelola shalat dengan segala sendi dan aspek yang sudah ada di dalam sistemnya agar dapat mencapai tujuannya yakni mengingat Allah secara penuh. Menejemen shalat terdiri dari aktivitas planning, organizing, leading/actuating, dan controlling. Fungsi-fungsi ini akan diaplikasikan sejak sebelum mulai melakukan shalat sampai shalat itu sendiri selesai dilaksanakan secara sempurna syarat dan rukunnya. Tulisan ini hadir untuk memberikan sekilas gambaran tentang bagaimana melaksanakan shalat secara khusyu’ dengan mengacu pada konsep menejemen shalat. Yang simpulannya adalah bahwa fungsi vital untuk menuju kekhusyu’an itu terdapat pada aspek control yang merupakan komando tertinggi yang dipegang oleh hati (bathin). Kata kunci : Menejemen, Shalat, Hakikat Penciptaan Manusia
Menata Ibadah Meniti Shirotal Mustaqiem Nasihin, Sirajun
PALAPA: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Vol 3 No 1 (2015): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIT Palapa Nusantara Lombok NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.214 KB)

Abstract

Ibadah adalah hak Allah atas hambaNya dan sekaligus merupakan kewajiban hamba kepada Tuhannya. Sesungguhnya ibadah bukan sekedar ritual yang berisi kewajiban-kewajiban dengan segala sistem yang ada di dalamnya, akan tetapi ia merupakan strategi pendekatan menuju ke suatu dimensi kehidupan sejati di sisi Allah SWT, kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan abadi (surga) di akhirat. Untuk mencapai surga itu, dibutuhkan keseimbangan lahir dan bathin agar tidak terpeleset pada saat melintasi titian di atas Jahannam. Titian itu, disebut shirot yang di dalam al-Qur’an diperkenalkan dengan istilah shirotal mustaqiem. Shirotal mustaqiem sesungguhnya adalah agama Islam yang ajarannya meliputi beberapa dimensi peribadatan; syari’at, thoriqat, hakikat, dan ma’rifat. Untuk dapat melintas dengan selamat di atas shirotal mustaqiem sampai ke surga, maka seorang hamba harus tetap konsisten melaksanakan tugas kehambaannya kepada Allah swt dengan menjalankan ibadah secara sempurna syarat, rukun, sunnah dan hal lain yang dapat menambah kebaikan ibadahnya. Allah SWT berfirman yang artinya : “ Dan sembahlah aku ! Inilah Shirotal Mustaqiem”. (Qs. Yāsiin: 61 ).
DIMENSI LAIN ILMU NAHWU (Kajian Tasawuf Terhadap Matan Al-Ajurumiyyah) Nasihin, Sirajun
PALAPA: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2015): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIT Palapa Nusantara Lombok NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.214 KB)

Abstract

Tulisan ini berjudul “Dimensi Lain Ilmu Nahwu (Kajian Tasawuf Terhadap Matan Al-Ajurumiyyah)” merupakan sebuah kajian tasawuf terhadap kitab nahwu dasar Matan alAjurumiyyah yang memuat dasar-dasar ilmu nahwu (linguistic bahasa Arab). Kajian ini merupakan kajian pustaka yang bertujuan untuk menemukan pesan-pesan tasawuf yang -menurut hemat penulis - terdapat di dalamnya, baik dari urutan penyajian bab demi bab maupun penggunaan istilah-istilah. Adapun metode pengkajian yang digunakan adalah analisis kata-kata ditinjau dari sisi makna yang kemudian dirangkaikan dengan lainnya yang tentu sekali bersandar pada apa yang telah dilakukan banyak ulama meskipun metode ini jarang sekali ditemukan. Bahkan cara ini ditemukan dalam Sunnah Rasulullah saw. Hasil daripada kajian ini adalah menemukan pesan-pesan tasawuf terutama sekali mengenai perilaku makhluk terhadap sesama maupun terhadap Sang Khaliq yang berawal dari urutan kejadian alam semesta di alam perintah (‘alam al-amri) yang dimulai dengan ucapan atau kalam sampai dunia terendah di alam perilaku/ciptaan (‘alam alkhalqi). Kehidupan dimulai dari “kun” yang berupa perintah “jadilah” dimana perintah ini adalah ucapan/kalam, kemudian terjadilah perubahan/i’rab dengan semua tanda-tandanya yang harus dikenal/ma’rifat. Penyajian ditutup dengan membuka pintu “nama-nama yang rendah” atau “al-makhfuudlatil asma’i”. Seluruh penyajian dalam kitab ini memberikan kesimpulan bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt pada posisi tertinggi/terbaik (ahsani Taqwiim) kemudian dihempaskan ke posisi terendah (asfala saafiliin) kecuali orang-orang yang percaya dan melakukan tindakan positif.
Development of Islamic Character Education Through The Naqsyabandiyah Qadiriyah Order Among The Sasak Wetu Telu Community Nasihin, Sirajun; Rasyidi, Abdul Haris; Nasri, Ulyan
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 9 No. 3 (2024): Agustus
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v9i3.2827

Abstract

This study aims to analyze the development of Islamic character education through the Naqsyabandiyah Qadiriyah Order among the Sasak Wetu Telu community. As part of the local Islamic tradition, the Wetu Telu community has a unique approach to religious practice and social life. The approach of this order is not only aimed at strengthening spiritual understanding, but also at shaping the moral character of the community through Islamic values, such as honesty, patience, and discipline. The study used a qualitative approach with a field study method involving observation and in-depth interviews with order leaders and the local community. The results of the study indicate that the teachings of the Naqsyabandiyah Qadiriyah Order play a significant role in shaping adaptive Islamic character among the Sasak Wetu Telu such as strengthening Islamic identity, impacts on personal and social life, the role of exemplary tarekat figures, character formation through spiritual discipline, integration of Islam with local culture especially in terms of developing spirituality integrated with local socio-cultural values. These findings confirm that the integration between the order and character education can be a contextual and relevant model of Islamic character development for communities with local Islamic traditions.
The Role and Influence of Tuan Guru on The Development of Islamic Education in Lombok: An Ethnographic Study of Islamic Education of The Sasak Tribe in The 19th Century Murdianto, Murdianto; Nasihin, Sirajun
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 7 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v7i1.2858

Abstract

This study explores the role and influence of Tuan Guru in the development of Islamic education in Lombok, especially among the Sasak community in the 19th century. With an ethnographic approach, this study explores how Tuan Guru, as a religious figure and educator, shaped the map of Islamic education in the Sasak community. This study uses an ethnographic approach with data collection methods, namely participant observation, semi-structured in-depth interviews. While the data analysis technique used is constructivist grounded theory developed by Charmaz. This process involves (1) coding, namely data is coded openly, axially, and selectively to identify main themes and patterns. (2) Constant comparison, namely themes and categories that emerge will continue to be compared and integrated to develop a data-based theory. (3) Memo-writing, researchers will make analytical memos throughout the research process to facilitate theory development. The results of the study show that Tuan Guru plays an important role in introducing and expanding Islamic education, both formal and non-formal, in the Sasak environment, which was previously dominated by animist and Hindu-Buddhist practices. Through the establishment of Islamic boarding schools and madrasahs, Tuan Guru not only spread Islamic teachings, but also introduced literacy and modern education to the community. This finding confirms that the implications of Tuan Guru's presence in Sasak society go beyond the religious dimension and bring about significant socio-cultural transformation in Sasak society.
“Makrifat Sasak” Memahami Konsep Mengenal Diri dalam Simbol Budaya Sasak Nasihin, Sirajun
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 14, No 2 (2018): JURNAL STUDI AGAMA DAN MASYARAKAT
Publisher : IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/jsam.v14i2.755

Abstract

This study is aimed at describing the philosophical meaning of advice of Sasak parents from the perspective of Sufism. The advice reads: mbe mbe laine lampaq dendeq lupaq jauq gaman mane manen besi polka”. This study is a literature study attempting to investigate the concept of Sasak Makrifat theoretically and philosophically. The researcher believes that the advice besides having an outward meaning also holds a very depth spiritual meaning in which gaman is not only a weapon as is generally, but also, gaman is another term for religion. After describing the meaning behind the term of the gaman, it can be concluded that the meaning of the advice is: "wherever you go, do not forget your religious teachings. Please continue to repent so that the door of the search will open that will bring you to the climax point to meet the Lord. Then, you express your thanks. If you are not able to walk through these stages, it is enough to understand the meaning of His name from the initial letter of ba ' from the piece of bismillah word which means the beginning of everything ".
DULANG PENAMAT IN SOCIO-RELIGIOUS PRACTICE: INTEGRATION OF ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION, MULTICULTURAL AND LOCAL DEMOCRACY IN THE SASAK COMMUNITY Nasihin, Sirajun; Hakim, Abdul Azizul; Haris, Abdul; Rasyidi, Abdul Haris; Nasri, Ulyan
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 13 No. 01 (2024): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v13i01.8363

Abstract

This study focuses on the dulang penamat tradition carried out by the Sasak community in Pene and Batu Nampar Villages, with an approach from the perspective of Islamic religious education, multiculturalism, and local democracy. The main objective of this study is to analyze and interpret the meaning of the tradition, not only as a form of cultural preservation, but also as a form of integration of Islamic and multicultural values ​​in the practice of Islamic religious education. This study uses a qualitative method with an field research approach, involving community leaders, families of the deceased and local residents as research subjects. Data were obtained through observation, in-depth interviews, source reviews, documentation analysis and qualitative descriptive analysis. Data analysis techniques were carried out by applying triangulation of sources and methods, which included cross-verification between the results of observations, interviews, and documentation. While descriptive analysis was carried out based on data findings and empirical facts in the field. In addition, interpretations were made of the symbols in the dulang penamat tradition by identifying patterns and meanings related to the integration of tradition with Islamic religious education, multiculturalism and Islamic democracy. The results of the study explain that the dulang penamat tradition that is carried out not only functions as a post-death perfection ritual, but also becomes a means of preserving spiritual values, social interactions and community culture. These existing values ​​then become the basis for the community to maintain this tradition from generation to generation until now. In the process of its implementation, there are values ​​of charity, prayer, and togetherness in tradition. In addition, the values ​​of Islamic democracy such as deliberation and mutual cooperation are reflected in the collective participation of the community. Islamic religious education learning that emerges through this tradition includes the formation of morals, honesty, and responsibility. This study concludes that dulang penamat is a real manifestation of the harmonization between Islamic values ​​and local traditions, which contributes to the preservation of culture and the strengthening of Islamic values ​​and Islamic religious education in a multicultural society