Wajidi
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Kearifan Lokal Di Kalimantan Selatan M. Arief Anwar; Gusti Syahrani Noor; Ahmad Zaky Maulana; Yudhi Putryanda; Wajidi
Jurnal Kebijakan Pembangunan Vol 13 No 2 (2018): JURNAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Based on the Regulation Number 10 of 2009 concerning Tourism, tourism development is needed to encourage equal opportunityfor business, earn the benefit and be able toface the challenges of the dynamic changing of the system. One of the objectives of tourism development is to increase economic growth; improve community welfare; eradicatingpoverty; overcome unemployment;preserve nature, environment and resources; andpreserving and advancing culture. The development of natural attractions willprovide benefits in boostingpeople's welfare through the development of tourismpotential by elevating the local wisdom of the community. This is in line with one of South Kalimantan's developmentpriorities, which is to realize South Kalimantan as one of the national tourist destinations. To realize this, it is deemed necessary to conduct a study related to the development of tourism based on local wisdom. Thepurpose of this study is to analyze the distribution of natural tourism objects based on local wisdom that can be developed as a leading tourist attraction in South Kalimantan, as well as an overview of existing local community and marketing access,facilities, environment, social culture and local wisdom. In addition, this study also analyzed the problems and constraints of developing local wisdom-based tourism in South Kalimantan. The analytical method used is a descriptive qualitative approach by describing and interpreting all data and information obtained in thefield in accordance with theproblem and research objectives. In general, the results of the study show that local wisdom-based natural tourism can be developed in South Kalimantan, namely Banjarmasin and Batola river cruise, Rutas river cruise, Lok Baintan Floating Market, Gedambaan Beach, Rindu Alam Beach, Takisung Beach, Timan's Hot Water Tourism,, Swamp Buffalo Nature Tourism,Lake Abstrak Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Salah satu tujuan dari pembangunan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; menghapus kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya; serta melestarikan dan memajukan kebudayaan. Pengembangan objek wisata alam akan memberikan keuntungan dalam mendongkrak kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi wisata dengan mengangkat kearifan lokal masyarakat. Hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan Kalimantan Selatan adalah mewujudkan Kalsel sebagai salah satu destinasi wisata nasional. Untuk mewujudkan hal itu dipandang perlu melakukan suatu kajian terkait pengembangan wisata berbasis kearifan lokal. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisis sebaran objek wisata alam berbasis kearifan lokal yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata unggulan di Kalimantan Selatan, serta gambaran akses, sarana prasarana, lingkungan, sosial budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat dan pemasaran yang telah ada. Selain itu kajian inijuga menganalisis permasalahan dan kendala pengembangan wisata berbasis kearifan lokal di Kalsel. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan memaparkan dan menginterpretasikan semua data dan informasi yang diperoleh di lapangan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.Secara umum hasil penelitian menunjukan wisata alam berbasis kearifan lokal yang dapat dikembangkan di Kalimantan Selatan yaitu Susur Sungai Banjarmasin dan Batola, Susur sungai Rutas ,Pasar Terapung Lok Baintan, Pantai Gedambaan, Pantai Rindu Alam, Pantai Takisung, Wisata Air Panas Desa Timan Kec. Hantakan, Wisata Alam Kerbau Rawa, Destinasi Wisata Danau Baruh Bahinu, Air Terjun Lano, dan Pendulangan Intan Pumpung. Permasalahan utama dalam pengembangan Wisata Alam Berbasis Kerifan local di Kalsel antara lain dari sisi lunturnya nilai kearifan lokal masyarakat setempat akibat tergerus arus modernisasi ,masalahpengelolaan, SDM, maupun kesadaran masyarakat terkait sapta pesona.
Potensi Dan Analisis Pengembangan Wisata Religi Kabupaten Tapin Wajidi; M. Arief Anwar
Jurnal Kebijakan Pembangunan Vol 13 No 2 (2018): JURNAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tapin Regency has religious tourism potential, especially tourist attractions in the form of tombs of datu, including the tombs of Datu Sanggul, Datu Nuraya, Datu Gadung and Datu Qabul.This study aims to (1) explore tourism potentials and constraints related to the historical aspects, physical environment, and sociocultural life of the people around the tombs of Datu Sanggul, Datu Nuraya, Datu Gadung and Datu Qabul, (2) analyze development of the Tomb Datu Sanggul, Makam Datu Nuraya, Datu Gadung, and Datu Qabul. Methodologically, this research is a qualitative descriptive study by describing tomb objects in Tapin Regency along with their potential and constraints that are expected to be developed as religious tourism objects in Tapin Regency. The results showed that viewed from the historical, environmental, and sociocultural aspects of the Datu Sanggul tomb community, Datu Nuraya, Datu Gadung and Datu Qabul, can be further developed as a religious tourism destination that is integrated with other religious attractions in Tapin Regency. In general, the constraints that exist in tomb objects are related to facilities and infrastructure, still weak local resources to support tourism objects, and weak tourism marketing. The development that can be done is the creation of the Tapin Regency pilgrimage tourism tagline, the development of tomb objects, infrastructure and local resources, involvement of government and stakeholder participation, community participation and managers, and marketing. Abstrak Kabupaten Tapin mempunyai potensi wisata religi, khususnya objek wisata berupa makam para datu, di antaranya makam Datu Sanggul, Datu Nuraya, Datu Gadung dan Datu Qabul. Kajian ini bertujuan untuk (menggali potensi dan kendala wisata y ang terkait dengan aspek historis, lingkungan fisik, dan kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar makam Datu Sanggul, Datu Nuraya, Datu Gadung dan Datu Qabul, (melakukan analisis pengembangan terhadap objek wisata Makam Datu Sanggul, Makam Datu Nuraya Datu Gadung, dan Datu Qabul. Secara metodologis, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif denganmenggambarkan objek makam di Kabupaten Tapin beserta potensi dan kendalanya yang diharapkan dapat dikembangkan sebagai objek wisa ta religi di Kabupaten Tapin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari aspek historis, lingkungan, dan sosial budaya masyarakat sekitar makam Datu Sanggul, Datu Nuraya,Datu Gadung dan Datu Qabul, dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai destinasi ob jek wisata religi wisata ziarah yang terintegrasi dengan objek wisata religi lainnya di Kabupaten Tapin. Secara umum kendala yang ada pada objek makam adalah berkaitan dengan sarana dan prasarana, masih lemahnya sumber daya lokal untuk mendukung objek wisa ta, dan lemahnya pemasaran pariwisata. Pengembangan yang dapat dilakukan adalah penciptaan tagline wisata ziarah Kabupaten Tapin, pengembangan objek makam, infrastruktur dan sumber daya lokal, pelibatan peran serta pemerintah dan pemangku kep entingan, partisipasi masyarakat dan pengelola, serta pemasaran.
Kajian Pegunungan Meratus Sebagai Geopark Nasional M. Arief Anwar; Gusti Syahrani Noor; Wajidi; Ahmad Zaky Maulana; Yudhi Putryanda; Dewi Siska
Jurnal Kebijakan Pembangunan Vol 13 No 1 (2018): JURNAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of South Kalimantan's development priorities is South Kalimantan to one of the national tourism destinations, and in an effort to glorify the earth's heritage for the welfare of the people, the Provincial Government of South Kalimantan plans to make the meratus mountains become national geopark. Therefore it is deemed necessary to conduct a study related to the Geopark development plan. As a first step to realize this, an initial study of the development of mountains meratus as a national geopark was carried out. The objectives of this study are (1) Identifying the mountainous area (Geosite) which has the potential to be developed by national geopark, (2) Analyzing the location conditions of the area (Geosite) referred to in relation to be developed as a national geopark and (3) Establishing policy recommendations / strategies what needs to be taken in the development of the national geo park of the Meratus mountain region.The analytical method used is (1) descriptive qualitative analysis to describe the mountainous Meratus area that will be used as a geopark (2) a spatial analysis to map which meratus mountain area will be used as a geopark area. The results show that in general there are 57 geosite points that have the potential to be developed as part of the Meratus mountain geopark. The theme that can be raised in this geopark meratus is the meratus geopark as the ofiolite Mountains, considering that in the Meratus mountain range it is composed of the oldest rocks which form the depositional base of all rocks in the South Kalimantan region and also one of the oldest rocks exposed in Indonesia. Abstrak Salah satu prioritas pembangunan Kalimantan Selatan adalah mewujudkan Kalsel sebagai salah satu destinasi wisata nasional, dan dalam upaya memuliakan warisan bumi untuk kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berencana menjadikan pegunungan meratus sebagai Geopark Nasional. Oleh karena itu dipandang perlu melakukan suatu kajian terkait rencana pengembangan Geopark tersebut. Sebagai langkah awal untuk merealisasikan hal tersebut maka penting dilakukan studi awal pengembanganpegunungan meratus sebagai geopark nasional. Tujuan dari kajian ini adalah (Mengidentifikasi kawasan Geosite pegunungan meratus yang memiliki potensi untuk dikembangkan geopark nasional, ( Menganalisis kondisi lokasi kawasan Geosite dimaksud dalam kaitannya untukdikembangkan sebagai geopark nasional dan ( Menetapkan rekomendasi/strategi kebijakan yang perlu diambil dalam pengembangan geopark nasional kawasan Pegunungan Meratus. Metode analisis yang digunakan adalah ( analisis kualitatif deskriptif untuk menggambarkan kawasan pegunungan meratus yang akan dijadikan geopark ( analisis spasial untuk menentukan titik titik lokasi kawasan pegununganmeratus yang akan dijadikan kawasan geopark Hasil kajian menunjukan secara umum terdapat 57 titik geosite yang berpotensi dikembangkan sebagai bagian dari geopark pegunungan meratus. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep tematik yang diangkat adalah geopark Meratus sebagai Pegunungan ofiolit mengingat pada pegunungan Meratus tersusun oleh batuan tertua yang menjadi dasar pengendapan dari semua batuan yang ada di wilayah Kalimantan Selatan dan juga menjadi salah sat u batuan tertua yang ada di Indonesia.
Pemetaan Fasilitas Kesehatan Pada Puskesmas di Kalimantan Selatan Latifa Suhada Nisa; Dewi Siska; Maliani; Gusti Syahrani Noor; Yudhi Putryanda; Wajidi
Jurnal Kebijakan Pembangunan Vol 12 No 2 (2017): JURNAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Puskesmas is one type of health care facilities set by the government to conduct public health efforts so as to achieve the highest level of health. The minimum standard of facilities and infrastructure of Puskesmas are arranged in Permenkes RI No. 75 year 2014 about Community Health Centers. Medical devices is one of aspect that supports the implementation of prevention of disease (preventive) and disease cure (curative). Data about the availability and condition of existing health equipment in each Puskesmas are still not available. The availability of data is needed as the basis for planning and development of Health Center by the Government of South Kalimantan Province. This study aims to: (1) analyzing the suitability of geographic location of Puskesmas, accessibility and availability of public utilities also environmental health management, and (2) mapping the availability of rooms and health equipment at Puskesmas. The analytical methods used are (1) qualitative descriptive analysis to describe suitability of location of Puskesmas and availability of room and health equipment; and (2) spatial analysis for mapping the availability of space and health equipment regionally. Percentage of availability of health equipment in ccordance with the Minister of Health Decree No. 75 of 2014 are still below 50%. Based on their compliance with site requirements, Puskesmas in South Kalimantan are known to be mostly in safe zone, accessible to the public, have adequate public utilities, but do not yet have adequate environmental management facilities. The percentage of the availability of administrative room, service, and supporting puskesmas above 50%.The recommendation of this study is to fulfill the equipment and the room gradually, continuously and based on priority scale. Abstrak Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah untukmelakukan upaya kesehatan masyarakat sehingga terwujud peningkatan derajat kesehatan yang setinggitingginya.Standar sarana dan prasarana minimal Puskemas diatur dalam Permenkes RI No. 75 tahun 2014tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Alat kesehatan merupakan salah satu aspek yang mendukungterselenggaranya upaya pencegahan penyakit (preventif) dan penyembuhan penyakit (kuratif). Data tentangketersediaan dan kondisi alat kesehatan yang ada di masing-masing Puskesmas hingga saat ini masih belumtersedia. Ketersediaan data sangat dibutuhkan sebagai dasar perencanaan dan pengembangan Puskesmasoleh Pemerintah Provinsi Kalsel. Kajian ini bertujuan untuk: (1) menganalisa kesesuaian persyaratan lokasiPuskesmas secara geografis, aksesibilitas dan ketersediaan utilitas pubik serta pengelolaan kesehatanlingkungan, dan (2) memetakan ketersediaan ruangan dan peralatan kesehatan pada Puskesmas. Metodeanalisis yang digunakan adalah (1) analisis kualitatif deskriptif untuk menggambarkan kesesuaianpersyaratan lokasi Puskesmas dan ketersediaan ruangan dan peralatan kesehatan, dan (2) analisis spasialuntuk memetakan ketersediaan ruangan dan peralatan kesehatan secara kewilayahan. Persentase ketersedianperalatan kesehatan yang sesuai dengan standar Permenkes No. 75 tahun 2014 sebagian besar masih dibawah50%. Berdasarkan kesesuaiannya dengan persyaratan lokasi, Puskesmas di Kalsel diketahui sebagian besarberada pada zona aman, mudah diakses masyarakat, memiliki utilitas publik yang memadai, tetapi belummemiliki fasilitas pengelolaan lingkungan yang memadai. Rekomendasi kajian ini adalah melakukanpemenuhan peralatan dan ruangan secara bertahap, berkesinambungan dan berdasarkan skala prioritas.
Ragam Arsitektur Masjid Tradisional Banjar Kalimantan Selatan dan Makna Simbolisnya Wajidi
Jurnal Kebijakan Pembangunan Vol 12 No 2 (2017): JURNAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The traditional Banjar mosque in South Kalimantan is interesting to study because in addition to having diversity in architectural model that is relatively the same, it also contains a symbolic meaning as a reflection of the influence of pre-Islamic culture in the construction and the decoration. This study aims to: (1) find out the Banjar traditional mosque construction; (2) find out the effect of pre-Islamic ornamentation that reflects the relationship between Islam and the culture of Banjar traditional mosque architecture. The location of research is in Banjarmasin, Tapin regency, Hulu Sungai Selatan regency, and Tabalong regency in which the mosques are categorized as the traditional Banjar mosque. This study is a qualitative descriptive study with an anthropological, historical, cultural and, religious approach method. The results showed that even though all mosques in Banjar have the same roof overlapping, the traditional Banjar mosques have differences from the other Indonesian traditional mosques. The difference is mainly in the form of variations roof, floor construction stage, carving or decoration (ornaments) that each is influenced by the local culture and environment. Abstrak Masjid tradisional Banjar Kalimantan Selatan menarik untuk dikaji karena selain memiliki keragaman modelarsitektur yang relatif sama, juga mengandung makna simbolis sebagai cerminan adanya pengaruh budayapra-Islam dalam konstruksi dan ragam hiasnya. Kajian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui gambarankonstruksi masjid tradisonal Banjar; (2) Mengetahui pengaruh ragam hias pra-Islam yang mencerminkanhubungan antara Islam dan budaya pada arsitektur masjid tradisional Banjar. Penelitian ini mengambiltempat di Kota Banjarmasin, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Tabalongyaitu di tempat masjid tradisional Banjar berada. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatifdengan metode pendekatan antropologis, sejarah, budaya dan keagamaan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa meski sama-sama beratap tumpang (bertingkat), masjid tradisional Banjar di Kalimantan Selatanmempunyai perbedaan dengan masjid tradisional Indonesia lainnya. Perbedaan tersebut terutama dalamvariasi bentuk atap, kontruksi lantai panggung, ukiran atau ragam hias (ornamen) yang masing-masingdipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat.