Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Empowerment Education Programmed for Teenagers as Health Cadres On Reproductive Health Awareness in Bojonegoro, Indonesia Aris Handayani
Frontiers in Community Service and Empowerment Vol. 2 No. 1 (2023): March
Publisher : Forum Ilmiah Teknologi dan Ilmu Kesehatan (FORITIKES)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35882/ficse.v2i1.32

Abstract

Puberty makes adolescents aware of their potential and become more expressive in exploring their sexual organs and behaviour. The increasing number of adolescent reproductive health issues, especially those related to personal hygiene, the provision of information, services and health education to adolescents is very important. The solution to the problem of lack of knowledge about the function of reproductive organs is done by increasing counselling on the introduction of the reproductive system, female personal hygiene, male personal hygiene, unwanted pregnancy and understanding STIs & HIV/AIDS by using the concepts of input, process, outcome and impact. The method used in community empowerment activities is in the form of counselling activities for adolescent health cadres at Al Munawar Islamic Boarding School as many as 30 students. The purpose of this community service is to increase the knowledge and skills of adolescent cadres through training and the formation of adolescent cadres aware of reproductive health at Pondok Pesantran Al Munawar Kunci Village, Dander Kab. Bojonegoro. After the provision of Health Education, the results of activities in the form of Increased knowledge obtained Pre test and Post test scores obtained. The average value of the Pre Test is 51.75 and the average Post test is 82.88, there is an increase in knowledge of 31.13% trainees, on Skills in Counseling or IEC on Adolescent Reproductive Health obtained The average value of IEC is 84.38 and the results are 66.7% very good results. The implication of this research is the active role of adolescents and the community in increasing Adolescent Health Knowledge about reproductive health so as to produce a healthy young generation in preparing their reproduction
Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Kelengkapan Imunisasi Lanjutan Pada BADUTA Di Puskesmas Bubulan Kabupaten Bojonegoro Ida Fahriani; Esti Yuliani; Aris Handayani; Abdul Latip
Gema Bidan Indonesia Vol. 12 No. 2 (2023): Juni
Publisher : Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/gebindo.v12i2.107

Abstract

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak meninggal karena berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi.. Pemerintah telah menetapkan bahwa setiap anak harus mendapat imunisasi lanjutan untuk mempertahankan masa perlindungnya, jika salah satu jenis imunisasi lanjutan tidak di berikan maka anak tersebut termasuk dalam status imunisasi lanjutan tidak lengkap. Oleh karena itu, tujun dari penelitian ini ingin meneliti tentang adanya hubungan pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu berhubungan dengan perilaku kelengkapan imunisasi lanjutan pada Baduta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional. Sampel diambil dengan teknik Proportional Random Sampling sejumlah 127 responden. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bubulan Kabupaten Bojonegoro. Variabel independent adalah Pendidikan, Pengetahuan dan sikap sedangkan variabel dependent adalah Perilaku kelengkapan imunisasi lanjutan. Pengumpulan data menggunakan Kuesioner. Untuk menganalisis adanya hubungan digunakan uji Chi Square dengan taraf nyata 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk responden pendidikan dasar dengan perilaku imunisasi lanjutan tidak lengkap sebanyak 15 responden (68,2%),  responden berpengetahuan kurang dengan perilaku imunisasi lanjutan tidak lengkap sebanyak 16 responden (80,0%) dan Sikap ibu negatif dengan perilaku imunisasi lanjutan tidak lengkap sebanyak 19 responden (90.5%). Dari hasil analisis dengan uji chi square dapat disimpulkan ada hubungan pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku kelengkapan imunisasi lanjutan pada Baduta. Kesimpulan penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu berhubungan dengan Perilaku imuisasi lanjutan. Sehingga disarankan pada ibu baduta untuk melengkapi status imunisasi lanjutan.
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga Dengan Kelengkapan Imunisasi Lanjutan Pada Balita Di Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro Latifatul Kandini; Masfuah Ernawati; Lilik Triyawati; Aris Handayani
Gema Bidan Indonesia Vol. 12 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/gebindo.v12i1.108

Abstract

Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk mempertahankan masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan pada anak dibawah usia tiga tahun (batita), anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur. Cakupan imunisasi lanjutan di Puskesmas Tambakrejo tahun 2020 mengalami penurunan dibanding tahun 2021 sebesar 14% pada imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dan sebesar 7,3% pada imunisasi lanjutan campak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi lanjutan pada balita. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 25-30 bulan di wilayah Puskesmas Tambakrejo Bojonegoro sebanyak 179 anak pada bulan februari 2022. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Analisis data yang digunakan adalah chi square. Hasil penelitian didapatkan umur responden sebagian besar adalah berumur 20-30 tahun sebesar 75,6%. Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA sederajat sebesar 63,4%. Pekerjaan responden sebagain besar adalaah ibu rumah tangga sebesar 72,4%. Pengetahuan ibu tentang imunisasi lanjutan pada balita sebagian besar baik sebanyak 62,6%. Dukungan keluraga tentang imunisasi lanjutan pada balita sebagian besar baik yaitu sebanyak 53,7%. Hampir seluruhnya balita usia 25-30 bulan memiliki status imunisasi lanjutan lengkap yaitu sebanyak 91,9%. Sebagian besar ibu dengan pengetahuan baik dan imunisasi lanjutan lengkap sebanyak 57,7%, dan sebagian besar ibu yang memiliki dukungan keluarga baik dan memiliki imunisasi lanjutan lengkap adalah sebanyak 52%. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi lanjutan pada balita.  
Faktor Predisposisi Ibu Nifas Yang Berhubungan Dengan Perilaku Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) di Puskesmas Pungpungan Kabupaten Bojonegoro Ngasriyatun; Fitriah; Sri Anggraeni; Aris Handayani
Gema Bidan Indonesia Vol. 12 No. 2 (2023): Juni
Publisher : Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/gebindo.v12i2.120

Abstract

Capaian skrining hipotiroid kongenital yang masih sangat rendah bisa mengakibatkan terjadinya lonjakan kasus hipotiroid kongenital yang tidak terdeteksi sejak awal sehingga bisa mengakibatkan keterlambatan dalam penanganan sehingga bisa menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi serta bisa mengakibatkan terjadinya kecacatan pada bayi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor predisposisi ibu nifas yang berhubungan dengan perilaku skrining hipotiroid kongenital. Metode penelitian ini menggunakan analitik cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu nifas yang memiliki bayi usia 48-72 jam di Puskesmas Pungpungan Kabupaten Bojonegoro sejumlah 34 responden. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan accidental sampling. Analisa data yang digunakan bivariat dan dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian dalam penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang skrining hipotiroid kongenital sebesar 55,9% . Sebagian besar responden memiliki sikap yang negatif terhadap skrining hipotiroid kongenital sebesar 58,8%. Sebagian besar responden memiliki kepercayaan yang tidak sesuai tentang skrining hipotiroid kongenital sebesar 55,9%. Diperoleh hasil korelasi hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku skrining hipotiroid kongenital p=0,006< ɑ = 0,05. Diperoleh hasil korelasi hubungan sikap ibu dengan perilaku skrining hipotiroid kongenital p=0,000< ɑ = 0,05. Diperoleh hasil korelasi hubungan kepercayaan ibu dengan perilaku skrining hipotiroid kongenital p=0,001< ɑ = 0,05. Ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan kepercayaan ibu nifas terhadap perilaku skrining hipotiroid kongenital.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) di Puskesmas Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro Siti Aniatul Aliyah; Aris Handayani; Sutio Rahardjo
Gema Bidan Indonesia Vol. 12 No. 2 (2023): Juni
Publisher : Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/gebindo.v12i2.122

Abstract

Berdasarkan data WHO prevalensi anemia dan KEK pada kehamilan secara global 35-75%.Di Indonesia banyaknya terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronik) terutama disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Pengetahuan akan sangat berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil. Faktor prilaku ini lah yang membuat ibu hamil kurang memahami manfaat asupan makanan terutama gizi selama kehamilan, karena kurangnya pengetahuan berakibat terhadap prilaku seorang ibu hamil mengabaikan pemenuhan asupan makanan selama kehamilan. Faktor lain yang berpengaruh adalah sikap seorang ibu hamil.Begitu juga dengan seorang wanita dalam hal sikap terhadap kurangnya asupan nutrisi selama kehamilan.Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil resiko kurang energi kronik (KEK) di wilayah kerja Puskesmas Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro.Jenis penelitiaan Analitik dengan rancangan Cross Sectional.Metode pengambilan sampel dengan tehnik Propostional Random Sampling yang berjumlah 181 responden. Proses pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%.Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian KEK dengan nilai ρ=0,002. Ada hubungan sikap ibu hamil dengan kejadian KEK dengan nilai ρ=0,000.Terdapat hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian KEK pada ibu hamil.
Efektifitas Metode Ceramah Dan Small Group Discussion tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksual Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Aris Handayani; Abdul Latip; Kharisma Kusumaningtyas; Titi Maharrani; Ervi Husni; Domas Nurchandra Pramudianti
Gema Bidan Indonesia Vol. 13 No. 1 (2024): Maret
Publisher : Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/gebindo.v13i1.214

Abstract

Background: adolescents are in a phase of rapid growth and development both physically, psychologically, intellectually, socially and sexually, causing great curiosity and tend to take risky attitudes without adequate consideration, which can lead to various consequences including Sexually Transmitted Infections and unwanted pregnancies.This study aims to explain the effectiveness of sexual and reproductive health education with lecture and small group discussion methods on the level of knowledge, attitudes and behavior of adolescents.Method: this study is a Quasy -Experimental Research (pre-post test control group design) with two treatment groups and one control group. A total of 68 adolescents from 135 respondents were involved using proportional random sampling method. Each group was treated with different learning methods, namely lecture method and small group discussion consisting of 68 respondents. Data collection was carried out using pre and post questionnaires, then analyzed using the Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney Test with a significant level of P, 0.005. Results: This study shows that the effectiveness of the lecture and small discussion methods are: 1) knowledge about the small group discussion method and the lecture method have the same significant value P = 0.000 (<0.05). 2) attitudes and behaviors towards the lecture method are significantly different from the Small Group Discussion method p = 0.000 (<0.05). Conclusion: This study states that the small group discussion method is better used to improve knowledge and attitudes towards sexual and reproductive health behavior in adolescents than the lecture method because in this phase it is a phase of growth in adolescents so that adolescents want to know more about sexual and reproductive health material. Keywords: Reproductive health, knowledge, behavior, adolescent, attitude
Penyususan Draf Modul Kesiapsiagaan Bencana Melalui Pendekatan Focus Group Discussion Suparji Suparji; Nani Surtinah; Susi Milwati; Farida Halis; Emy Rianti; Heru Santoso Wahito Nugroho; Aris Handayani
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14, No 2 (2023): April 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf14209

Abstract

In an effort to increase community capacity, especially knowledge and attitudes about disaster preparedness, it is necessary to optimize. Therefore the development of teaching materials in the form of modules is a very urgent need. In order to develop good modules that are in accordance with the needs of the community, a needs analysis step is needed based on the real conditions that exist in the community. A good module is a module that can condition learning activities in the community to be more well-planned, independent, thorough and with clear results (outputs). The purpose of this research was to design a module through needs analysis in preparing a draft disaster preparedness module through a Focus Group Discussion approach, so that a good module is produced. The method used in this study was Research and Development with steps that had been implemented including analysis of the needs of teaching materials through Focus Group Discussion activities, and good module drafts are produced as a basis for preparing disaster preparedness modules. Participants in the FGD activities were representatives of members of the DESTANA DRR forum in four villages in the Poncol District area. 40 people, DESTANA forum facilitators 2 people and 2 disaster practitioners. The data collection method uses FGD activities. The FGD implementation process was designed through several stages, namely determining objectives, number of participants, implementation time, length of implementation, FGD topics and a list of questions that need to be discussed in FGD activities regarding the framework of the disaster preparedness module. The results of the FGD based on strategic issues as the basis for drafting the preparedness module draft agreed that there were 5 module chapters, namely integrated knowledge and attitude variables on disaster management concepts, policies and guidelines, emergency response plans, early warning systems, and human resource mobilization. The conclusion from the FGD results was the drafting of a community-based disaster preparedness module based on the development of the strategic issues discussed in the FGD activities. The strategic contents include integrated knowledge and attitude variables regarding the concept of disaster management, policies and guidelines, emergency response plans, early warning systems, and HR mobilization.Keywords: focus group discussion; module; disaster preparedness ABSTRAK Dalam upaya peningkatan kapasitas masyarakat terutama pengetahuan dan sikap tentang kesiapsiagaan bencana perlu untuk dioptimalkan. Oleh karena itu pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Untuk menyusun modul yang baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat diperlukan langkah analisis kebutuhan berasarkan kondisi riil yang ada di masyarakat. Modul yang baik adalah modul yang dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran dimasyarakat lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas. Tujuan penelitian ini adalah merancang modul melalui analisis kebutuhan dalam penyususan draf modul kesiapsiagaan bencana melalui pendekatan Focus Group Discussion, supaya dihasilkan modul yang baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengembangan (Research and Development) dengan langkah-langkah yang telah dilaksanakan meliputi analisis kebutuhan bahan ajar melalui kegiatan Focus Group Discussion, dan dihasilkan draf modul yang baik sebagai dasar penyusunan modul kesipsiagaan bencana. Partisipan dalam kegiatan FGD adalah perwakilan dari anggota forum PRB DESTANA di empat desa di wilayah Kecamatan Poncol. berjumlah 40 orang, fasilitator forum DESTANA sebanyak 2 orang dan praktisi  bencana sejumlah 2 orang. Metode pengumpulan data menggunakan melalui kegiatan FGD. Proses peelaksanaan FGD dirancang melalui beberapa tahapan yaitu menentukan tujuan, jumlah partisipan, waktu pelaksanaan, lama pelaksanaan, topic FGD serta daftar pertanyaan yang perlu dibahas dalam kegiatan FGD tentang kerangka modul kesiapsiagaan bencana. Hasil FGD berdasarkan isu strategis sebagai dasar penyusunan draf modul kesiapsiagaan disepakati ada 5 bab modul yaitu variabel pengetahuan dan sikap yang terintegrasi tentang konsep manajemen kebencanaa, kebijakan dan panduaan, Rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, dan mobilisasi SDM. Kesimpulan dari hasil FGD adalah tersusunya draf modul kesiapsiagaan bencana berbasis masrakat berdasarkan pengembangan dari issu strategis yang dibahas dalam kegiatan FGD. Issi strategis tersebut meliputi variabel pengetahuan dan sikap yang terintegrasi tentang konsep manajemen kebencanaa, kebijakan dan panduaan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, dan mobilisasi SDM.Kata kunci: focus group discussion; modul; kesiapsiagaan bencana