Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN Salmonella spp PADA TELAPAK TANGAN PETUGAS PENGUMPUL SAMPAH DI KEDIRI Triffit Imasari; Binti Mu'arofah; Frieti Vega Nela; Sabilla Hanum Oktavianing Putri
Jenggala : Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan Vol 2 No 2 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Fakultas Teknologi dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Personal hygiene pada manusia tidak memandang usia, jenis kelamin namun dapat mengenai semua manusia yang tidak melakukan kebersihan secara personal, karena mikroorganisme dapat terkontaminasi pada bagian tubuh manusia yang kotor. Salah satu bagian tubuh kita yang paling sering terkontaminasi kotoran dan bakteri adakah telapak tangan. Bakteri yang terdapat di telapak tangan adalah bakteri Shigella sp, Salmonella sp, Escherichia coli, Pseudomonas sp. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisa hubungan personal hygiene dengan Salmonella spp pada telapak tangan petugas pengumpul sampah di Kediri. Metode penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel dengan total sampling yaitu 28 petugas pengumpul sampah. Seluruh sampel dibiakkan secara kultur dengan Salmonella Shigella Agar, pewarnaan Gram dan uji biokimia serta kuisioner untuk mengetahui tingkat personal hygiene petugas pengumpul sampah. Hasil penelitian dari 28 sampel yaitu 10 orang (36%) terdapat bakteri Salmonella spp, 13 orang (46%) bakteri lain, 5 orang (18%) koloni bakteri tidak ada. Untuk hasil kuisioner 100% personal hygienenya cukup. Kesimpulan pada penelitian ini sesuai analisa data SPSS dengan uji Chi-Square Test telapak tangan petugas pengumpul sampah tidak terdapat hubungan personal hygiene petugas pengumpul sampah dengan adanya Salmonella spp. Hal ini ditunjukkan selain Salmonella spp ada bakteri lain yang ditemukan pada telapak tangan petugas pengumpul sampah dan ada yang tidak mengalami pertumbuhan bakteri namun hasil kuisioner personal hygiene dari semua petugas pengumpul sampah dalam kategori cukup.
Pemeriksaan HBsAg Metode Imunokromatografi Pada Komunitas GAY Penderita HIV di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri vega nela, frieti; Erawati; Imasari, Triffit; Wardhani, Siska; Oktavia, Fryscilla
Jurnal Sintesis: Penelitian Sains, Terapan dan Analisisnya Vol 5 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Sains, Teknologi, dan Analsisi Institut ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56399/jst.v5i1.175

Abstract

Infeksi Human Imunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit yang disebabkan karena virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel T CD4. Human Imunodeficiency Virus (HIV) menyebabkan sistem kekebalan tubuh terus menurun yang dapat mengakibatkan koinfeksi salah satunya Hepatitis B. Ada beberapa faktor terjadinya infeksi HIV salah satunya melalui penularan kelompok homoseksual. Homoseksual dapat dibagi menjadi dua yaitu gay dan lesbian. Gay adalah laki-laki yang terlibat dalam aktivitas seksual dengan jenis kelamin yang sama. Hepatitis B penyakit akibat virus Hepatitis B yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis. HBsAg merupakan salah satu jenis antigen yang terdapat pada bagian pembungkus virus Hepatitis B yang dapat dideteksi melalui cairan tubuh. Koinfeksi Hepatitis B pada penderita HIV dapat dideteksi dengan pemeriksaan HBsAg. Pemeriksaan HBsAg menggunakan metode imunokromatografi karena memiliki kelebihan pemeriksaan mudah dilakukan, lebih praktis, dan sederhana. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu deteksi dini penyakit Hepatitis B pada gay penderita HIV di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei deskriptif dan teknik sampling accidental sampling dengan jumlah 24 sampel. Hasil penelitian HBsAg metode imunokromatografi pada gay penderita HIV didapatkan hasil positif sebanyak 0 sampel (0%) dan negatif sebanyak 24 sampel (100%). Penelitian ini menunjukan bahwa pemeriksaan HBsAg metode imunokromatografi dapat digunakan untuk deteksi dini adanya infeksi Hepatitis B pada gay penderita HIV di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri.
EDUKASI DAN DETEKSI DINI PENYAKIT ASAM URAT DAN RHEUMATOID ARTRITIS PADA GAPOKTAN DI KABUPATEN KEDIRI Erawati, Erawati; Nela, Frieti Vega; Wardani, Siska Kusuma; Imasari, Triffit; Kurniasari, Mia Ashari; Restuaji, Ibnu Muhariawan; Mulyati, Tri Ana; Pujiono, Fery Eko; Mu`arofah, Binti
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 7, No 1 (2025)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penduduk Indonesia terutama didaerah pedesaan sebagian besar berprofesi sebagai petani, Petani merupakan profesi seseorang dengan aktivitas cocok tanam pada tanah pertanian bertujuan memperoleh keuntungan. Pekerjaan sebagai petani yang berat dapat menimbulkan nyeri di persendian, punggung serta pegal di bagian kaki dan tangan, penyakit yang diakibatkan nyeri seperti Rheumatoid Arthritis (RA) dan asam urat. RA adalah penyakit sistemik kronik yang menyerang tulang sendi distruksi, asam urat adalah penyakit yang menyerang sendi dengan gejala penyakit mirip RA. Kegiatan petani yang cukup berat dirasakan memerlukan sosialisasi dan pemeriksaan bagi petani. Tujuan Pengmas memberikan edukasi dan mengetahui hasil pemeriksaan RA menggunakan  pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF) pada petani dan tergabung dalam Gapoktan di desa Bulu, Semen Kabupaten Kediri. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan pembagian Kuisoner mengenai RF dan asam urat, pemaparan materi dan pemeriksaan RF dan asam urat. Waktu pelaksanaan tanggal 28-30 April 2024. Hasil pemeriksaan pada 23 responden didapatkan hasil RF positif Rheumatoid Arthritis 1 orang, pemeriksaan Asam Urat didapatkan hasil tertinggi 12,5 mg/dL sedangkan hasil terendah 3,7 mg/dL dengan rincian kadar normal 8 orang dan tinggi 15 orang. Hasil Quisioner menunjukan bahwa pengetahuan gapoktan mengenai Rheumatoid Arthritis dan asam urat masih rendah.
UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK CIPROFLOXACIN DENGAN CEFIXIME PADA Escherichia coli : STUDI KASUS INFEKSI SALURAN KEMIH : ANTIBIOTIC SENSITIVITY TEST OF CIPROFLOXACIN AND CEFIXIME AGAINST Escherichia coli: A CASE STUDY OF URINARY TRACT INFECTION Imasari, Triffit; Ermawati, Nita; Nela, Frieti Vega; Senjani, Salwa Fitri
GEMA KESEHATAN Vol. 17 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v17i1.486

Abstract

Keberadaan mikroorganisme dalam urin menjadi indikator utama infeksi saluran kemih (ISK). ISK disebabkan oleh berbagai macam bakteri seperti Eschericia coli, Klebsiella sp, Proteus sp, Providensia, Citrobacter, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter, Enterococcus faecali, dan Staphylococcus saprophyticus. Lonjakan kasus resistensi antibiotik dan kemunculan patogen multidrug-resistant (MDR) pada ISK berkorelasi erat dengan tingginya insiden pemberian terapi antibiotik empiris yang kurang tepat. Praktik peresepan antibiotik tanpa diawali uji mengakibatkan  inefektivitas penanganan ISK. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bakteri E. coli sebagai penyebab ISK pada urin pasien penderita ISK serta membandingkan tingkat sensitivitas E. coli terhadap dua jenis antibiotik, yaitu Ciprofloxacin dan Cefixime.Metode yang digunakan adalah metode kultur dengan media Eosin Methilen Blue dan disk cakram. Sampel diperoleh sebanyak 13 sampel ISK dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada 9 sampel positif E. coli dan dengan tingkat sensitivitas pada antibiotik Ciprofloxacin sebanyak lima sampel (58%) sensitif, Intermediet satu sampel (11%), Resisten tiga sampel (33%) dan uji sensitivitas antibiotik Cefixime resisten sembilan sampel (100%). Penelitian ini disimpulkan pada penderita ISK ditemukan bakteri E. coli dan terdapatnya  perbandingan antara hasil uji sensitivitas antibiotik Ciprofloxacin dan antibiotik Cefixim terhadap bakteri E. coli. Kata kunci: Eschericia coli, Cefixime, Ciprofloxacin, Infeksi Saluran Kemih   The presence of microorganisms in urine is a primary indicator of a Urinary Tract Infection (UTI). UTIs are caused by various bacteria such as Escherichia coli, Klebsiella sp., Proteus sp., Providencia, Citrobacter, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter, Enterococcus faecalis, and Staphylococcus saprophyticus. The surge in antibiotic resistance cases and the emergence of multidrug-resistant (MDR) pathogens in UTIs are closely correlated with the high incidence of inappropriate empirical antibiotic therapy. The practice of prescribing antibiotics without prior testing leads to the ineffectiveness of UTI management. This research aimed to identify E. coli bacteria as a cause of UTIs in the urine of patients suffering from UTIs and to compare the sensitivity levels of E. coli to two types of antibiotics: Ciprofloxacin and Cefixime. The method was culture with Eosin Methylene Blue media and disk diffusion. A total of 13 UTI samples were obtained using an accidental sampling technique. The research results showed that nine samples were positive for E. coli. For Ciprofloxacin, five samples (58%) were sensitive, 1 sample (11%) was intermediate, and three samples (33%) were resistant. For Cefixime, all nine samples (100%) were resistant. This research concluded that E. coli bacteria were found in UTI patients, and there was a comparison between the sensitivity test results of Ciprofloxacin and Cefixime antibiotics against E. coli bacteria. Keywords : Eschericia coli, Cefixime, Ciprofloxacin, Urinary Tract Infection
KORELASI HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (hs-CRP) DENGAN MONOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS SETELAH PENGOBATAN: CORRELATION BETWEEN HIGH-SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (hs-CRP) AND MONOCYTES IN TUBERCULOSIS PATIENTS AFTER TREATMENT Vega Nela, Frieti; Erawati; Imasari, Triffit; Ningrum, Erlina Setia
GEMA KESEHATAN Vol. 17 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v17i1.488

Abstract

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksius yang berlangsung lama dan utamanya mempengaruhi organ paru. Kondisi ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya menyerang sistem pernapasan manusia. Pemeriksaan High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) dan monosit dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk mengetahui terjadinya inflamasi pasien tuberkulosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan hs-CRP dengan monosit pada pasien tuberkulosis setelah pengobatan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 sampel. Hasil pemeriksaan hs-CRP didapatkan nilai rata-rata 3,22 mg/L dan rata-rata monosit pada pasien tuberkulosis setelah pengobatan yaitu 540,80 mm3. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Shapiro-wilk dan uji korelasi menggunakan uji pearson product moment. Berdasarkan uji pearson product moment didapatkan nilai signifikasi 0,037 dengan nilai koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0,542. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara hs-CRP dengan monosit pada pasien tuberkulosis setelah pengobatan, dengan korelasi positif yang menandakan korelasi kuat antara hasil hs-CRP dengan monosit pada pasien tuberkulosis setelah pengobatan. Kata kunci: hs-CRP, Monosit, Tuberkulosis   Tuberculosis (TB) is a chronic infectious disease that primarily affects the lungs and is caused by Mycobacterium tuberculosis. This pathogen typically targets the human respiratory system. High-sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) and monocyte levels can serve as diagnostic indicators to assess inflammation in TB patients. This study examines the relationship between hs-CRP and monocyte levels in tuberculosis patients following treatment. A cross-sectional study design with accidental sampling was employed, involving 15 participants. The mean hs-CRP level was 3.22 mg/L, while the mean monocyte count was 540.80 cells/mm³. Data were analyzed using the Shapiro-Wilk normality test and Pearson product-moment correlation test. The Pearson test yielded a significance value of 0.037 and a correlation coefficient (r) of 0.542. The results indicate a statistically significant positive correlation between hs-CRP and monocyte levels in tuberculosis patients after treatment. This suggests a moderate to strong association between inflammatory response and monocyte activity post-therapy. Keywords : hs-CRP, Monocytes, Tuberculosis
EDUKASI DAN DETEKSI DINI PENYAKIT ASAM URAT DAN RHEUMATOID ARTRITIS PADA GAPOKTAN DI KABUPATEN KEDIRI Erawati, Erawati; Nela, Frieti Vega; Wardani, Siska Kusuma; Imasari, Triffit; Kurniasari, Mia Ashari; Restuaji, Ibnu Muhariawan; Mulyati, Tri Ana; Pujiono, Fery Eko; Mu`arofah, Binti
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penduduk Indonesia terutama didaerah pedesaan sebagian besar berprofesi sebagai petani, Petani merupakan profesi seseorang dengan aktivitas cocok tanam pada tanah pertanian bertujuan memperoleh keuntungan. Pekerjaan sebagai petani yang berat dapat menimbulkan nyeri di persendian, punggung serta pegal di bagian kaki dan tangan, penyakit yang diakibatkan nyeri seperti Rheumatoid Arthritis (RA) dan asam urat. RA adalah penyakit sistemik kronik yang menyerang tulang sendi distruksi, asam urat adalah penyakit yang menyerang sendi dengan gejala penyakit mirip RA. Kegiatan petani yang cukup berat dirasakan memerlukan sosialisasi dan pemeriksaan bagi petani. Tujuan Pengmas memberikan edukasi dan mengetahui hasil pemeriksaan RA menggunakan  pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF) pada petani dan tergabung dalam Gapoktan di desa Bulu, Semen Kabupaten Kediri. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan pembagian Kuisoner mengenai RF dan asam urat, pemaparan materi dan pemeriksaan RF dan asam urat. Waktu pelaksanaan tanggal 28-30 April 2024. Hasil pemeriksaan pada 23 responden didapatkan hasil RF positif Rheumatoid Arthritis 1 orang, pemeriksaan Asam Urat didapatkan hasil tertinggi 12,5 mg/dL sedangkan hasil terendah 3,7 mg/dL dengan rincian kadar normal 8 orang dan tinggi 15 orang. Hasil Quisioner menunjukan bahwa pengetahuan gapoktan mengenai Rheumatoid Arthritis dan asam urat masih rendah.