La Ode Dirman
Dosen pada Jurusan Tradisi Lisan, FIB, UHO

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TRADISI PENGOBATAN PAMOLE PADA SUKU MUNA DESA WAKONTU KEC. WADAGA KABUPATEN MUNA BARAT Jamilah Harwati; La Ode Dirman; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.475

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses pelaksanaan tradisi pengobatan pamolepada suku Muna Desa Wakontu Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat, dan (2) bagaimana makna tuturan yang terkandung dalam pengobatan pamole pada Suku Muna Desa Wakontu Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh adalah data primer yang berupa catatan observasi, hasil wawancara dengan informan, serta dokumentasi berupa rekaman video, foto dan data sekunder berupa buku-buku, artikel, jurnal dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposivesampling dengan 5 orang informan adalah 1 orang dukun, 1 orang tokoh agama, 1 aparatur desa (kepala Desa Wakontu), dan 2 orang masyarakat yang salah satunya adalah pasien dalam pengobatan pamole. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi pengobatan pamole masih dipercaya dan dilakukan oleh masyarakat Muna sebagai alternatif pengobatan tradisional. Penelitian ini meliputi sejarah pengobatan pamole, proses pelaksanaan pengobatan pamole dan makna tuturan yang terkandung dalam tradisi pengobatan pamole. Adapun proses pelaksanaan pengobatan pamole yaitu (1) menentukan waktu dan tempat; (2) pihak yang terlibat dalam pengobatan; (3) alat dan bahan dalam pengobatan; dan (4) prosesi pelaksanaan pengobatan pamole. Prosesi pengobatan pamole diantaranya adalah (1) Tahap persiapan dan (2) Tahap pelaksanaan pengobatan. Pengobatanpamole mengandung dua makna tuturan yaitu makna religius dan makna penyembuhan. Makna religius dalam pengobatan pamole mengandung makna yang berkaitan dengan nilai ketuhanan karena dalam mantra pengobatan pamole didasari dengan ucapan basmalah artinya hanya kepada Allah SWT meminta kesembuhan. Sedangkan makna penyembuhan maksudnya atas izin Allah SWT penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan hanya dengan menggunakan telur ayam kampung.
UPACARA POMALOANA MATE BAGI ORANG BUTON (STUDI DI KELURAHAN KADOLOKATAPI KECAMATAN WOLIO KOTA BAU-BAU) Siti Sahrani; La Ode Dirman; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.609

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses upacara pomaloana mate bagi orang Buton khususnya di Kelurahan Kadolokatapi, (2) nilai- nilai apa yang terkandung dalam upacara pomaloana mate, (3) apa makna simbolik yang terkandung dalam sesajen upacara pomaloana mate bagi orang Buton di Kelurahan Kadolokatapi Kota Bau-Bau. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penentuan informan dilakukan melalui purposive sampling. Informan penelitian ini terdiri dari tiga orang yaitu satu orang kepala adat sebagai informan kunci, satu orang imam mesjid, satu orang tokoh masyarakat. Selanjutnya teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan menarik kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal. Pertama adalah proses upacara pomaloana mate bagi orang Buton khususnya di Kelurahan Kadolokatapi. Upacara ini merupakan penghantar untuk seseorang yang masuk dalam siklus hidup terakhir, yaitu kematian. Upacara ini meliputi dua tahap, yaitu persiapan dan pelaksanaan. Beberapa hal yang harus disiapkan dalam pomaloa, yaitu dupa, Al-Quran, dan sesajian yang berupa waje, onde-onde, sanggarana hole, sanggarana kauwi-uwi, baruasa, bolu yang dipersiapkan dalam talang. Sesajian ini dipersembahkan sebagai syarat untuk melaksanakan sebuah hajat bagi keluarga yang berduka maupun kelompok masyarakat Buton Wolio. Kedua adalah nilai yang terkandung dalam upacara ini yaitu nilai etika, yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam perbuatan seseorang dalam berkomunikasi, serta tokoh agama dan masyarakat dan hubungan antar sesama manusia dalam lingkungan masyarakat sesuai dengan aturan adat dan budaya yang berlaku dalam upacara pomaloana mate tersebut seperti menghargai orang tua, dan nilai religi mempercayai Al-Quran karena mereka mengetahui adanya kepercayaan agama karena di Kelurahan Kadolokatapi dominan agama Islam, tapi Islamnya beradat dalam artian dia masih mempertahankan adat . Hasil penelitian yang kedua adalah makna ritual Pomaloana Mate yang disimbolkan dari sesajen dalam upacara Pomaloana. Seperti nasi simbolnya adalah usus, onde-onde simbolnya adalah mata, waje simbolnya adalah alat vital, pisang simbolnya adalah lidah, dan ubi simbolnya adalah bibir.
MAKNA SIMBOLIK TRADISI PENGOBATAN PEDOLE-DOLE PADA SIKLUS HIDUP MASA ANAK-ANAK DI KELURAHAN WATOLO KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH Weni Mane; La Ode Dirman; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.610

Abstract

Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui bentuk tradisi pengobatan pada siklus hidup masa anak-anak (2) untuk menjelaskan makna simbolik tradisi pengobatan pedole-dole dalam siklus hidup masa anak-anak di Kelurahan Watolo Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi (pengamatan) secara pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu secara sengaja. Dengan informan penelitian terdiri dari dukun (bhisa), orang tua anak dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses tradisi pengobatan pada siklus hidup masa anak-anak (pedole-dole) melalui proses pelaksanaan tradisi pengobatan pedole-dole terdapat lima tahapan. Pertama, yaitu penyiapan sesajen yakni nasi, umbi-umbian, ikan katamba, pisang, daun sirih, kapur sirih, gambir, pinang, rokok, pisau, dan uang. Tahap kedua, penyiapan tempat pengalas bayi yang akan diobati pedole-dole. Tahap ketiga, persiapan air mandi. Tahap keempat, singku (membuka kunci). Tahap kelima, penutupan dengan menyiapkan makanan yang ada di tala untuk dimakan oleh delapan pembantu bhisa atau kerabat yang tidak melaksanakan tradisi pengobatan pedole-dole, sedangkan setiap simbol memiliki makna khusus sebagai pengharapan terhadap barakatina tanah wolio keberkahan tanah wolio, tergantung pada Tuhan fo tulungi Allah Taala berharap dengan adanya pertolongan Allah SWT.
EKSISTENSI NILAI TOLONG MENOLONG (ASSITULU-TULUNGENG) PADA PROSES PERNIKAHAN ETNIS BUGIS: (Studi Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana) Muhammad Sabri; La Ode Dirman; Salniwati Salniwati
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 2 (2019): Volume 2 Nomor 2, Juli-Desember 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i2.736

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk memahami bentuk-bentuk tolong menolong pada proses pernikahan Etnis Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. (2) Untuk mengetahui Implikasi Tolong menolong pada proses pernikahan Etnis Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. (3) Untuk mengetahui Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam proses pernikahan Etnis Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleng Kabupaten Bombana. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penelitian lapangan (Field work) dengan tujuan untuk memperoleh data secara langsung dilapangan dengan menggunakan teknik pengamatan dan wawancara mendalam serta diperkuat dengan dokumentasi. Hasil penelitian megenai Eksistensi Nilai Tolong Menolong (Assitulu-Tulungeng) Pada Proses Pernikahan Etnis Bugis (Studi Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana) menunjukkan bahwa bentuk tolong menolong nampak terlihat mulai dari pembuatan pelaminan, namun tolong menolong tersebut sudah mulai memudar. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk menyewa tenda pelaminan atau yang disebut dengan tenda jadi. Adapun implikasi dari adanya penyedia jasa pelaminan tersebut berakibat pada tolong menolong yang mulai memudar. Selain itu, penulis menemukan adanya nilai tolong menolong dalam proses pernikahan etnis bugis. Adapun nilai tersebut meliputi (1) Nilai kekerabatan, (2) Status Sosial, (3) Penghargaan terhadap perempuan. Namun secara umum nilai tolong menolong dalam pernikahan etnis bugis mengandung nilai selaras (orientasi horizontal), nilai loyalitas (orientasi vertikal), nilai konformitas (sama rata sama rasa), dan nilai kebersamaan (saling tergantung) tradisi dalam proses pernikahan masih di pertahankan oleh masyarakat bugis di Kelurahan Boepinag Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana.
RITUAL MEWUHIHA LIMANO BHISA DALAM MENYAMBUT PESTA PANEN PADA MASYARAKAT DESA MORINDINO KECAMATAN KAMBOWA KABUPATEN BUTON UTARA Ilwan Ilwan; La Ode Dirman; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 2 (2019): Volume 2 Nomor 2, Juli-Desember 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i2.741

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk, (1) mendeskripsikan proses ritual mewuhiha limano bhisa dalam menyambut pesta panen pada masyarakat Desa Morindino Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara, (2) menguraikan makna simbolik yang terkandung dalam ritual mewuhiha limano bhisa dalam menyambut pesta panen pada masyarakat Desa Morindino Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara, dan (3) mengetahui fungsi ritual mewuhiha limano bhisa dan implikasinya dalam penyambutan pesta panen pada masyarakat Desa Morindino Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data, dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Data dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan ritual mewuhiha limano bhisa terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yaitu tahap persiapan diantaranya pengambilan seserahan (kaweti), memasak (mendambai), tahap pelaksanaan yaitu mewuhiha limano bhisa, haroa dan tahap akhir. Adapun setiap simbol memiliki makna khusus sebagai wujud ucapan rasa syukur kepada Allah SWT dan para roh-roh leluhur atas hasil panen pertanian yang didapatkan. Sedangkan fungsi ritual mewuhiha limano bhisa yaitu sebagai ajang silaturahmi dan perlindungan diri dari marabahaya.
PENGETAHUAN TRADISIONAL KAFOERENO LAMBU DI DESA LAPODIDI KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA Ine Sarline; La Ode Dirman; Samsul Samsul
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.771

Abstract

Tradisi kafoereno lambu merupakan tradisi suku Muna yang menjadi pengalaman suatu masyarakat dalam membangun rumah baru yang berasal dari nilai luhur orang tua terdahulu yang bertujuan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Tujuan dalampenelitianadalah untukmenggambarkan bentuk, fungsi, dan nilai pengetahuanlokal yang ada dalam tradisi kafoereno lambu pada masyarakat Desa Lapodidi,Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna. Metodepenelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.Pengumpulan data dilakukanmelaluiobservasi (pengamatan) secarapasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisisdilakukanmelaluitigatahapyaitureduksi data, display data, dan menarik kesimpulan/verifikasi.Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitumenetapkaninformankunci.Informanpenelitianterdiriatas imam (kepaladesa), tokoh masyarakat yang mengetahui tentang tradisi kafoerenolambu, dan warga desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi kafoereno lambu ini merupakan salah satu tradisi suku Muna yang masih dilakukan dari dulu sampai sekarang. Dalam tradisi ini memiliki beberapa tahap yang memilikifungsi dan nilai dalam kehidupan warga/masyarakat etnis Muna, adapun tahap-tahap dalam prosespelaksanaan tradisi ini anatara lain: tahap pertama kasolonowite(memeriksa atau mengecek keadaan tanah), tahap kedua kaghondonogholeometaa (mencariatau melihat haribaik),tahap ketiga kafoereno katumbulao(mendirikantiang-tiangrumah), tahap keempat, tahap penutupan, tuan rumah menyiapkan makanan (nasi, ikan, sayur, dan yang lainnya) sebanyak mungkin untuk dimakan oleh warga/masyarakat yang datang turut membantu dalam mendirikan rumaht ersebut. Sebagai bentuk rasa syukur pemilik rumah atas bantuan dari warga masyarakat. Selain itu, dalam tradisi ini terdapat beberapa nilai yang terkandung di dalamnya yaitu: nilai religi, nilai gotong-royong, dan nilai budaya.