Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mengembangkan Rasa Nasionalisme melalui Puisi “Sengsara dalam Negeri” Karya Grace Tampubolon bagi Kalangan Pelajar Grace Tampubolon; Eny Sihite; Hanna Sianturi; Hikmah Sidabutar; Rotua Lumban Toruan; Yesika Simbolon; Rosmawaty Harahap
Journal of Management Education Social Sciences Information and Religion Vol 1, No 2 (2024): September 2024
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/mesir.v1i2.3095

Abstract

Salah satu jenis sastra, puisi, juga membahas masalah sosial. Puisi tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial. Penulis atau pencipta puisi  menanggapi realitas sosial yang terdiri dari ketidakadilan, ketimpangan, dan masalah yang dihadapi masyarakat dalam karya-karyanya. Puisi menunjukkan kritik sosial yang secara tidak langsung mengandung nasionalisme. Puisi dapat digunakan untuk mengajar, terutama untuk menyebarkan semangat nasionalisme. Peningkatan rasa nasionalisme dapat disampaikan melalui penulisan puisi yang kemudian disebarkan kepada pembacanya melalui setiap pemenggalan kata dan pemaknaannya secara mendalam agar semakin mudah untuk memahami bagaimana perjuangan mencapai kemerdekaan sesungguhnya yang dilakukan oleh para pahlawan.Metode yang dipergunakan dalam kajian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosio-pragmatik. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa puisi sebagai karya sastra juga turut berperan dalam menciptakan dan meningkatan rasa nasionalisme di kalangan masyarakat khusunya para pelajar. Terutama di era modern saat ini yang para para pelajar lebih fokus pada perkembangan teknologi dan mengesampingkan sejarah masa lalu perjungan kemerdekaan dan rasa nasionalisme yang kian menipis dari waktu ke waktu. Dan penulisan puisi ini membuktikan bahwa rasa nasionalisme dapat ditumbuhkan melalui karya sastra, khususnya dalam bentuk puisi.
Pergeseran Makna Bȯẇo pada Pesta Pernikahan Adat Suku Nias di Era Modern Saat Ini Grace Tampubolon; Hasea Simanjuntak; Juli Arihta; Lusinda Sigiro; Fitriani Lubis
AR-RUMMAN: Journal of Education and Learning Evaluation Vol 1, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/arrumman.v1i2.3974

Abstract

Penelitian ini membahas pergeseran makna Bowo dalam pernikahan adat suku Nias di era modern. Bowo, yang secara tradisional merupakan mahar atau mas kawin, memiliki makna simbolis yang mendalam dalam prosesi pernikahan adat Nias. Namun, dengan pengaruh modernisasi yang terus berkembang, terjadi perubahan makna Bowo, dari simbol penghormatan dan kasih sayang menjadi lebih berorientasi pada aspek ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan, status sosial, dan kondisi ekonomi menjadi penentu utama dalam penentuan Bowo di era modern. Meskipun demikian, terdapat upaya-upaya untuk melestarikan esensi Bowo, seperti dengan mereinterpretasi maknanya agar tetap relevan dengan konteks modern. Kesimpulannya, modernisasi membawa pergeseran makna Bowo, namun nilai-nilai tradisional masih dapat dipertahankan melalui fleksibilitas dalam praktiknya.