Husni Thamrin Sebayang
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 42 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH WAKTU DAN FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) Muchamad Arif Yahfi; Nur Edy Suminarti; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 7 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak tanaman berpotensi sebagai sumber karbohidrat, diantaranya ialah sorgum. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat menyebabkan sorgum dapat digunakan sebagai alternatif pangan karena dalam 100 g biji sorgum terkandung protein (10-17%), lemak (2,6-45%), abu (1,6-2,2%), serat (2,5-3,5%), serta mineral seperti kalsium (150 mg), magnesium (790 mg), dan fosfor (4.210 mg). Biji sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti sirup, alkohol, lilin, pati, minyak goreng, sedangkan batang dan daun sorgum digunakan sebagai pakan ternak. Banyaknya potensi sorgum menjadikan alasan untuk membudidayakan sorgum di Indonesia. Gulma menjadi salah satu kendala managemen yang dihadapi. gulma bisa menurunkan produksi sorgum sampai 20%, sehingga perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian yang dilakukan pada saat penelitian adalah pengendalian mekanik, karena efektif dilakukan pada luasan yang sempit. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2015 di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya Jatikerto, Malang. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 3 kali ulangan dengan 7 perlakuan, yaitu tanpa penyiangan (P1), penyiangan 10 hst (P2), penyiangan 10 hst + 20 hst (P3), penyiangan 10 hst + 20 hst + 30 hst (P4), penyiangan 15 hst (P5), penyiangan 15 hst + 30 hst (P6), dan penyiangan 15 hst + 30 hst + 45 hst (P7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 3 kali penyiangan pada umur 15 hst + 30 hst + 45 hst menunjukkan pertumbuhan dan hasil baik, karena dapat meningkatkan luas daun sebesar 12,53%, bobot basah 26,54%, bobot kering total tanaman 38,44%, bobot malai 45,92% dan hasil panen 43,59%.
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.) Mokhtar Effendi; Yogi Sugito; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 8 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknik pembibitan tebu yang dapat meng-hasilkan bibit yang berkualitas baik, serta tidak memerlukan penyiapan bibit melalui kebun berjenjang ialah dengan teknik pembibitan budchip. Budchip ialah sistem pemotongan tanaman tebu yang akan digunakan sebagai bahan bibit dengan cara mengebor secara melingkar disekitar mata tunas dan sebagian titik tumbuh akar sehingga membentuk chip. Penelitian telah dilakukan pada bulan April hingga Juli 2015 di Pusat Penelitian Gula Jengkol, PTPN X, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang terdiri dari dua faktor, yaitu frekuensi pem-berian air dan komposisi media tanam. Hasil penelitian menunjukkan adanya  interaksi antara komposisi media tanam dan frekuensi pemberian air pada pengamatan tinggi tanaman, panjang akar, luas daun, dan bobot kering total tanaman. Pada pengamatan bobot kering tanaman umur 84 hari setelah tanam, pemberian air 4 kali sehari menunjukkan nilai tertinggi pada komposisi media tanam tanah, pasir dan blotong (50% : 25% : 25%) dibanding dengan media tanam tanah, pasir, blotong (25% : 50% : 25%) dan media tanam tanam tanah, pasir, blotong (25% : 25% : 50%).
UPAYA EFISIENSI PEMANFAATAN LAHAN MELALUI SISTEM TANAM TUMPANGSARI SORGUM DENGAN KACANG-KACANGAN DI LAHAN KERING Tika Noviana Dewi; Husni Thamrin Sebayang; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 8 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kendala usahatani di lahan kering ialah rendahnya ketersediaan air pada musim kemarau dan tingginya tingkat erosi pada musim hujan. Strategi yang dapat diterapkan ialah melalui penanaman tumpangsari karena terdapat tanaman sela yang berperan sebagai cover crop sehingga dapat meminimalisir terjadinya evaporasi dan erosi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2015 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Desa Jatikerto, Kabupaten Malang, dengan perlakuan sebagai berikut: 1)monokultur sorgum; 2) monokultur kacang tanah; 3) monokultur kacang hijau; 4) monokultur kacang tunggak; 5) monokultur kacang kedelai; 6) tumpangsari sorgum + kacang tanah; 7) tumpangsari sorgum + kacang hijau; 8) tumpangsari sorgum + kacang tunggak; 9) tumpangsari sorgum + kacang kedelai. Data dianalisa menggunakan uji F, jika berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji T taraf 5%. Hasil uji T menunjukkan monokultur sorgum menghasilkan luas daun, bobot kering total tanaman, bobot malai per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji dan hasil panen per hektar yang tidak berbeda nyata dengan sorgum yang ditanam secara tumpangsari. Tanaman sela menunjukkan bahwa kacang tanah dan kacang hijau mengalami penurunan hasil pada semua parameter pengamatan pada saat sistem tanam diubah dari monokultur menjadi tumpangsari, sedangkan pada tanaman kacang tunggak dan kacang kedelai tidak menunjukkan perbedaan hasil pada semua parameter pengamatan. Hasil analisis R/C menunjukkan tumpangsari sorgum dengan kacang kedelai lebih menguntungkan karena memiliki nilai terbesar yaitu 1,79.
UPAYA EFISIENSI PEMANFAATAN LAHAN MELALUI PENANAMAN TANAMAN SELA DALAM SISTEM TANAM TUMPANGSARI DENGAN TANAMAN SORGUM DI LAHAN KERING Tri Ariska; Husni Thamrin Sebayang; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 8 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kendala utama dalam ekstensifikasi pertanian lahan keringadalah tingginya tingkat erosi saat musim hujan dan rendahnya ketersediaan air saat musim kemarau. Kegiatan yang dapat diaplikasikan adalah penanaman tumpangsari, karena tanaman sela yang tumbuh dapat berperan sebagai cover crop. Penelitian dilaksanakan bulan Februari hingga Juni 2015 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kabupaten Malang,dengan perlakuan: 1) Monokultur Sorgum; 2) Monokultur terung ungu; 3) Monokultur terung hijau; 4) Monokultur terung putih; 5) Tumpangsari sorgum + terung ungu; 6) Tumpangsari sorgum + terung hijau; 7) Tumpangsari sorgum + terung putih. Analisis data menggunakan uji F, jika beda nyata dilanjutkan dengan uji T 5%. Hasil Uji T menunjukkan monokultur sorgum pada parameter luas daun, bobot kering total tanaman, panjang malai, bobot malai per tanaman dan hasil panen per hektar nyata lebih tinggi dibandingkan tumpangsari sorgum + terung hijau. Tanaman sela menunjukkan terung ungu, terung hijau maupun terung putih tidak berbeda nyata pada parameter jumlah daun, jumlah cabang, panjang buah, jumlah buah per tanaman, maupun hasil panen per hektar saat sistem tanam diubah dari monokultur menjadi tumpangsari. Nilai Kesetaraan lahan menunjukkan semua sistem tumpangsari memiliki nilai >1 sehingga sistem tumpangsari mampu meningkatkan produktivitas lahan. Nilai R/C tertinggi didapatkan pada tumpangsari sorgum + terung putih dengan nilai 3,0 hal tersebut menyatakan bahwa tumpangasari dengan terung putih paling menguntungkan dibandingkan jenis terung yang lainnya.
PENGARUH PERENDAMAN AIR PANAS PADA BATANG ATAS, TENGAH DAN BAWAH TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) VARIETAS BULULAWANG Mia Rajib Wijayanti; Husni Thamrin Sebayang; Titin Sumarni
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 9 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bud chip adalah sistem pembibitan tebu dengan menggunakan satu mata tunas. Bahan tanam yang akan dijadikan bud chip dibagi menjadi 3 yaitu batang atas, tengah dan bawah, tetapi yang umum digunakan adalah batang tengah, sedangkan batang atas dan bawah kurang dimanfaatkan. Hal ini disebabkan ketiga bagian batang tidak mampu tumbuh dengan seragam. Upaya yang dapat dilakukan agar pertumbuhan dapat menjadi seragam adalah dengan perendaman air panas. Perlakuan tersebut mampu mempercepat imbibisi air pada mata tunas sehingga dapat mempengaruhi perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menentukan lama waktu perendaman yang tepat pada batang atas, tengah dan bawah agar pertumbuhan seragam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2015 di Pusat Penelitian Gula Jengkol, PTPN X, Kediri. Penelitian ini menggunakan metode RAK faktorial. Pengamatan dilakukan pada umur 1 hingga 15 HST untuk pengamatan fase perkecambahan serta 30, 45, 60, 75 dan 90 HST untuk fase pertunasan. Hasil penelitian menunjukkan perendaman air panas pada batang atas selama 15 menit, batang tengah 45 menit dan batang bawah 60 menit nyata mampu meningkatkan pada parameter persentase perkecambahan, saat berkecambah, jumlah daun, tinggi tanaman serta berat kering total tanaman dibanding dengan perlakuan kontrol (tanpa perendaman).
PENGARUH PENGURANGAN JUMLAH DAN POSISI DAUN PADA TANAMAN SORGUM Yoladeva Anneke Putri; Husni Thamrin Sebayang; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 10 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman sorgum ialah tipikal tanaman yang mempunyai susunan daun horizontal. Tanaman yang mempunyai susunan daun horizontal, cahaya hanya akan terkonsentrasi pada bagian daun paling atas, dan menunjukkan terjadinya pengurangan dengan semakin ke bawah letak suatu daun. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut dan dalam upaya untuk meningkatkan hasil tanaman sorgum, maka pengurangan daun ini perlu dilakukan. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh pengurangan daun ditentukan oleh banyak sedikitnya jumlah daun yang dikurangi dan posisi daun tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh jumlah dan posisi daun yang tepat pada tanaman sorgum, sehingga hasil dapat ditingkatkan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2015 di kebun percobaan Universitas Brawijaya di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 9 perlakuan yaitu: kontrol (Tanpa Defoliasi) (P0), pengurangan 1 daun bendera (P1), pengurangan 2 daun bendera (P2), pengurangan 1 daun bawah (P3), pengurangan 2 daun bawah (P4), pengurangan 1 daun bendera + 1 daun bawah (P5), pengurangan 1 daun bendera + 2 daun bawah (P6), pengurangan 2 daun bendera + 1 daun bawah (P7), pengurangan 2 daun bendera + 2 daun bawah (P8). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengurangan jumlah dan posisi daun menghasilkan biji per hektar yang tidak berbeda nyata, kecuali pada pengurangan 2 daun bawah terhadap pengurangan 1 maupun 2 daun bendera + 2 daun bawah. Namun demikian, berdasarkan hasil perhitungan R/C, perlakuan pengurangan 2 daun bawah menghasilkan R/C lebih tinggi yaitu 2,12 dengan hasil biji 3,55 ton ha-1.
PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA DAN DOSIS PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Fajar Budhi Prayitno; Agung Nugroho; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 11 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah pemupukan dan gulma merupakan faktor yang dapat menyebabkan hasil jagung di Indonesia tidak maksimal. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu pengendalian gulma dan dosis pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada bulan 21 Oktober 2014 sampai 6 Februari 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan 3 ulangan yaitu pemupukan N sebagai petak utama yang terdiri dari tiga level yang terdiri dari : N1 : 100 kg N ha-1, N2 : 150 kg N ha-1 dan N3 : 200 kg N ha-1. Sedangkan anak petaknya ialah penyiangan gulma yang terdiri dari empat level yaitu : P0 : Tanpa penyiangan, P1 : Penyiangan umur 21 hst, P2 : Penyiangan umur 21 dan 49 hst dan P3 : Penyiangan umur 21 hst, 35 hst dan 49 hst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan dosis 150 kg N ha-1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200 kg N ha-1 yang masing-masing dengan 3 kali penyiangan pada umur 21 hst, 35 hst dan 49 hst terhadap tinggi tanaman, luas daun dan hasil panen jagung.
PENGARUH PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK HIJAU (Crotalaria juncea) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum MILL) Alifah Dita Hasifah; Titin Sumarni; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 12 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produksi tanaman secara organik dikembangkan di Indonesia, salah satu cara untuk meningkatkan hasil tomat dengan pemberian pupuk organik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau pada pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai Desember 2014 di Ds. Cemorokandang, Kec. Kedung Kandang, Kab. Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 7 perlakuan dan diulang 4 kali. Perlakuan yang diuji: P0 : Tanpa pupuk kandang + tanpa pupuk hijau P1 : Pupuk kandang 5 t ha-1; P2 : Pupuk hijau 5 t ha-1; P3 : Pupuk kandang 10 t ha-1; P4 : Pupuk hijau  10 t ha-1; P5 : Pupuk kandang 5 t ha-1 + pupuk hijau 5 t ha-1; P6 : Pupuk kandang 10 t ha-1 + pupuk hijau 10 t ha-1. Hasil penelitian menunjukkan Pupuk kandang 5 t ha-1, pupuk kandang 10 t ha-1, pupuk hijau 5 t ha-1 dan pupuk hijau 10 t ha-1 belum meningkatkan hasil tomat. Hasil panen meningkat pada kombinasi pupuk kandang 5 t ha-1 dan pupuk hijau 5 t ha-1 sebesar 17,50 t ha-1 (meningkatkan 40% dibandingkan tanpa pupuk kandang dan pupuk hijau) serta kombinasi pupuk kandang 10 t ha-1 dan pupuk hijau 10 t ha-1 sebesar 19,06 t ha-1 (meningkat  53% dibandingkan tanpa pupuk kandang dan pupuk hijau). Hasil panen tomat sebesar 19,06 t ha-1 tidak sebanding dengan hasil produksi umum petani sebesar 30-40 t ha-1. Hal ini dikarenakan penelitian ini dilakukan secara organik, sedangkan yang dilakukan petani secara konvensional.
PENGARUH TANAMAN SELA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN TIGA TARAF DOSIS NITROGEN Nur Yuliani; Titin Sumarni; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 12 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tumpangsari jagung (Zea mays L), kedelai (Glycine max (L) Merill) dan kacang hijau (Vigna radiate L) merupakan model yang potensial untuk dikembangkan. Karena jagung, kedelai dan kacang hijau memiliki nilai ekonomis yang tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman sela pada pertumbuhan serta hasil tanaman jagung dan menentukan dosis nitrogen yang sesuai bagi jagung dengan sistem tumpangsari. Percobaan dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015  di kebun percobaan Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 7 perlakuan dengan 4 kali ulangan : T0 = Monokultur tanaman jagung + Nitrogen 150 kg ha-1, T1 = Jagung + Kedelai + Nitrogen 150 kg ha-1, T2 = Jagung + Kedelai + Nitrogen 200 kg ha-1, T3 = Jagung + Kedelai + Nitrogen 250 kg ha-1, T4 = Jagung+ Kacang Hijau + Nitrogen 150 kg ha-1, T5 = Jagung + Kacang Hijau + Nitrogen 200 kg ha-1, T6 = Jagung + Kacang Hijau + Nitrogen 250 kg ha-1.  Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan dan hasil monokultur  jagung tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tumpangsari jagung dan kedelai atau kacang hijau dengan dosis nitrogen yang sama. Hal ini membuktikan penyisipan tanaman sela tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Tumpangsari jagung dan kedelai atau kacang hijau dengan dosis nitrogen 250 kg ha-1 meningkatkan hasil sebesar 28,29% (6,689 t ha-1) dan 28,50% (6,700 t ha-1) dibandingkan perlakuan monokultur jagung. Hal ini menunjukkan penambahan dosis nitrogen meningkatkan hasil jagung tumpangsari kedelai dan kacang hijau.
PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA PADA MONOKULTUR DAN TUMPANG SARI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis Hypogea L.) Ghani Ilman Fadhillah; Medha Baskara; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman jagung manis (Zea mays L) dan kacang tanah (Arachis hypogaea L.) ialah tanaman pangan yang mempunyai peranan penting sebagai sumber karbohidrat dan protein. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman adalah dengan memilih sistem pola tanam yang tepat. Sistem pola tanam dilakukan dengan monokultur atau  polikultur. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu pengendalian gulma pada sistem pola tanam monokultur dan  tumpang sari tanaman jagung (Zea mays L.) dan kacang tanah (Arachis Hypogaea L.). Rancangan yang digunakan pada penelitian ini ialah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan yang diulang 3 kali. 9 perlakuan tersebut yaitu N0: Monokultur jagung + penyiangan 21 hst, N1: Monokultur jagung + penyiangan 42 hst, N2: Monokultur jagung + penyiangan 21 hst dan 42 hst, N3: Monokultur kacang tanah + penyiangan 21 hst, N4: Monokultur kacang tanah + penyiangan 42 hst, N5: Monokultur kacang tanah + penyiangan 21 hst dan 42 hst, N6      : Tumpang sari jagung dan kacang tanah + penyiangan 21 hst, N7: Tumpang sari jagung dan kacang tanah + penyiangan 42 hst, N8: Tumpang sari jagung dan kacang tanah + penyiangan 21 hst dan 42 hst.Perlakuan monokultur jagung dengan penyiangan 21 dan 42 hst (N2) menghasilkan pertumbuhan dan hasil produksi yang paling baik   pada tanaman jagung   diantara perlakuan lainnya. Perlakuan monokultur kacang tanah dengan penyiangan 21 hst dan 42 hst  (N5)  menghasilkan pertumbuhan dan hasil produksi yang paling baik   pada tanaman kacang tanah diantara perlakuan lainnya.