Transformasi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan ilmu pengetahuan, termasuk dalam kategori pendidikan agama. Lansia, sebagai generasi yang sering terpinggirkan dalam arus digitalisasi, memerlukan pendidikan khusus agar tetap terlibat dalam proses pembelajaran spiritual. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis urgensi dan pendekatan pendidikan yang membebaskan. Dengan menggunakan metode kajian pustaka, studi ini menelaah literatur tafsir Al-Qur’an dan pemikiran pedagogis kritis Paulo Freire. Hasil kajian menunjukan bahwa QS. An-Nahl: 70 mengandung pesan mendalam tentang kondisi lansia yang mengalami kemunduran fisik dan mental sebagai bagian sunnatullah, namun tetap memiliki potensi spiritual yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, pendidikan agama bagi lansia di era digital perlu dirancang dengan pendekatan interaktif, empatik, dan berbasis teknologi yang mudah diakses. Kajian ini menegaskan pentingnya merancang model pendidikan agama yang memadukan nilai-nilai Qur’ani dengan prinsip emansipatoris.