Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Promoting Wives’ Rights From a Hadith Perspective Anggraini, Rizki; ghifari, Muhammad; Ash, Abil
Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis Vol 7 No 1 (2024): Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : Program Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/al-bukhari.v7i1.8378

Abstract

In Islam, women have equal rights to those of men, albeit with certain differences in specific contexts. This research explores the impact of hadiths concerning women's rights as wives on the formation of contemporary Muslim identity. Employing a qualitative approach and library research methodology, this study collects and analyzes data from various secondary sources, including journals, tafsir (Quranic exegesis), and relevant hadiths. The analysis reveals several hadiths that has the matan that concerns to the rights of wives. Research findings indicate that these hadiths provide guidelines that support women's empowerment. The study emphasizes the significance of interpreting hadiths contextually to nurture dynamic and responsive female identities capable of addressing contemporary challenges.
REKONTRUKSI ḤADÎTS MAUḎHÛ’ (STUDI ḤADÎTS- ḤADÎTS ḌA‘ÎF) Ash, Abil; Choiriyah, Alya Mardiyatul
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 19 No 1 (2025): MARET
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56997/almabsut.v19i1.2068

Abstract

False hadiths (ḥadîts mauḏhû’) are those deliberately fabricated by liars (al-kadzâb) and falsely attributed to the Prophet Muhammad saw. These hadiths are created without a clear foundation and often accompanied by fabricated chains of transmission (sanad). Ibn Ṣalâh and Imam Jalâluddîn al-Suyûṭî classify false hadiths into two types: (1) those deliberately fabricated without a valid chain of transmission (lâ aşla lahu), and (2) those where the error in transmission occurs unintentionally, but with a clear sanad. This research employs a hadith criticism analysis approach by tracing the chain of transmission and examining the content (matan) of the relevant hadiths. The study is based on a literature review of classical works by hadith scholars and critics. The analysis focuses on hadiths categorized as false and applies established hadith criticism principles. The research findings show that the main issues of fabricated hadiths include the absence of a clear foundation (lâ aşla lahu), the lack of a valid chain of transmission (lâ isnâda lahu), and content that contradicts the principles of Shari’ah and logical reasoning. Additionally, false hadiths often lack asbâb al-wurûd (the reasons for the revelation of the hadith), possessing only a vague historical origin. Therefore, the narration of false hadiths must be stopped and should not be spread to the public. Keywords: False Hadiths, ḥadîts mauḏhû’, Fabrication of Hadith
Counter-Narrative of Radical Religious Beliefs of Jihadist Groups: A Study of the Kutb Sittah Hadith Books on Tolerance Auzan, Ahmad Isyraq Jamarul; Ash, Abil; Muzakki, Muhammad Asgar; Sahid, Mualimin Mochammad
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 5 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v5i2.276

Abstract

Understanding of tolerance in Islam often varies and becomes a subject of different interpretations. This can create the potential for misunderstanding or misuse of tolerance in everyday practice. The purpose of this article is to analyze the understanding of jihadist groups regarding the relevant hadiths in Kutb Sittah that pertain to the concept of tolerance. This article is qualitative, utilizing content analysis to collect, analyze, and interpret textual data related to the research topic, in this case, the concept of tolerance in hadiths. This article asserts that jihadist groups that adopt radical religious beliefs do not reflect the values of tolerance. In contrast, the hadiths in Kutb Sittah emphasize the principles of tolerance in Islam, including ease, non-compulsion in religious beliefs, and the importance of maintaining good relations with fellow human beings. Therefore, these counter-narratives are relevant in combating radical interpretations that do not align with the values of tolerance, as well as social theories of tolerance that strengthen the importance of understanding and applying the concept of tolerance in an increasingly complex and multicultural society. With a deeper understanding of the true meaning of tolerance in Islam, it is hoped that there will be a stronger foundation for promoting harmony among religious communities, respecting diversity, and avoiding religious conflicts. Pemahaman tentang toleransi dalam Islam seringkali dapat bervariasi dan menjadi subjek interpretasi yang berbeda. Hal ini dapat menciptakan potensi untuk pemahaman yang salah atau penyalahgunaan konsep toleransi dalam praktik sehari-hari. Tujuan artikel ini untuk menganalisis pemahaman kelompok jihadis terhadap hadis-hadis dalam Kutb Sittah yang relevan dengan konsep toleransi. Artikel ini bersifat kualitatif dengan menggunakan content analysis, yang bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data teks yang berkaitan dengan topik artikel, dalam hal ini, konsep toleransi dalam hadis. Artikel ini menegaskan bahwa kelompok jihadis yang mengadopsi paham keagamaan radikal tidak mencerminkan nilai-nilai toleransi, sementara hadis-hadis dalam Kutb Sittah menekankan prinsip-prinsip toleransi dalam Islam, yang mencakup kemudahan, ketidakpaksaaan keyakinan agama, dan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, sehingga kontra-narasi ini relevan dalam memerangi pemahaman radikal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai toleransi, serta teori toleransi dalam ilmu sosial yang memperkuat pentingnya memahami dan menerapkan konsep toleransi dalam konteks masyarakat yang semakin kompleks dan multikultural. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna sebenarnya dari toleransi dalam Islam, diharapkan dapat menjadi landasan yang lebih kuat untuk mempromosikan kerukunan antarumat beragama, menghormati keberagaman, dan menghindari konflik agama.
Analisis Hadis Prediktif Nabi Muhammad SAW. Tentang Memerangi Yahudi Hakiim, Ath Thaariq Al Furqaanul; Ash, Abil; Muzakki, Muhammad Asgar
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 14 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v14i2.725

Abstract

Penelitian ini membahas hadis prediktif Nabi Muhammad SAW. yang menyebutkan bahwa menjelang kiamat, umat Muslim akan memerangi Yahudi dan menemukan mereka bahkan di balik batu dan pohon. Hadis ini, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam kitab Bukhari dan Muslim, mengundang berbagai interpretasi dan perdebatan, terutama dalam konteks hubungan Muslim-Yahudi dan situasi geopolitik saat ini. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif dan historis-tekstual untuk mengeksplorasi pemahaman dan implikasi hadis tersebut terhadap hubungan antara umat Muslim dan Yahudi serta persepsi umat Muslim terhadap Yahudi dalam konteks sejarah dan masa depan. Dalam pembahasan, diteliti interaksi Nabi Muhammad SAW. dengan orang-orang Yahudi di Madinah, yang mencakup perjanjian damai dan persaingan politik-ekonomi. Analisis juga mencakup peran Yerusalem dalam agama-agama Samawi dan situasi geopolitik terkini terkait pemusnahan etnis dan konflik Israel-Palestina. Temuan menunjukkan bahwa hadis ini perlu dipahami dalam konteks sejarah dan tidak boleh dijadikan justifikasi untuk konflik kontemporer. Hadis ini lebih menekankan pada perjuangan dan ketahanan umat Islam terhadap musuh-musuhnya dalam skenario akhir zaman, dan pentingnya mengedepankan prinsip keadilan dan perdamaian dalam interaksi antar agama.
Hadis-Hadis Tentang Kritik Terhadap Perilaku Lebai Sari, Arvita Irvaning Puspita; Ghifari, Muhammad; Ash, Abil
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 14 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v14i2.933

Abstract

Fenomena lebai atau perilaku berlebihan sering kali muncul dalam kehidupan sosial, termasuk dalam praktik keagamaan. Dalam perspektif hadis, terdapat sejumlah petunjuk yang melarang segala bentuk tindakan berlebihan, baik dalam memuji orang lain maupun dalam menjalankan ajaran agama. Hadis-hadis Rasulullah menegaskan bahwa berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam ibadah dan interaksi sosial, dapat mengarah pada penyimpangan dari jalan yang benar. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna dan perspektif hadis mengenai larangan perilaku lebai, serta bagaimana ajaran Islam menekankan kesederhanaan dan keseimbangan dalam beragama. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi pustaka, mengumpulkan data dari Hadis sebagai data primer, serta dari berbagai artikel, buku dan jurnal,  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk menghindari sikap berlebihan, termasuk dalam memberikan pujian, beribadah, dan berinteraksi dengan sesama, dengan tujuan menjaga keharmonisan dan keseimbangan dalam kehidupan sosial. Implementasi larangan lebai dari penelitian ini adalah pentingnya menerapkan kesederhanaan dan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kehidupan yang lebih harmonis dan sesuai dengan ajaran agama.
ANALISIS PERBANDINGAN ‘IMĀMAH DALAM TRADISI MUSLIM DAN NONMUSLIM PERSPEKTIF HADIS Alya Mardiyatul Choeriyah; Ash, Abil
AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studies Vol. 5 No. 1 (2024): AL-ISNAD: Journal of Indonesian Hadist Studies
Publisher : Institut Daarul Qur'an Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51875/alisnad.v5i1.380

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan secara detail perbedaan tradisi pemakaian ‘imāmah antara kaum Muslim dan non-Muslim dari perspektif hadis, serta mengaitkannya dengan penggunaan ‘imāmah di masa kini. Tema ini diangkat karena adanya hadis yang membahas tentang ‘imāmah, namun kualitas hadis tersebut belum banyak dikaji. Selain itu, tradisi memakai ‘imāmah tidak hanya terdapat di kalangan Muslim, tetapi juga non-Muslim, dengan bentuk dan gulungan yang sering kali terlihat serupa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan maudhu’i serta jenis penelitian kepustakaan (library research). Data penelitian terdiri dari sumber primer dan sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam tradisi pemakaian ‘imāmah oleh Muslim dan non-Muslim, baik dari segi bentuk, fungsi, maupun warna. Dalam Islam, ‘imāmah berupa kain serban yang dililitkan di sekitar qalansuwa (peci bulat), sedangkan dalam tradisi agama Sikh, ‘imāmah berupa lilitan kain di atas kepala tanpa peci. Pemakaian ‘imāmah di masa kini juga menunjukkan variasi, seperti ‘imāmah Yaman yang dikenakan oleh tokoh seperti Habib Umar bin Hafidz. Penelitian ini menegaskan bahwa meskipun terdapat kemiripan secara visual, ‘imāmah memiliki perbedaan esensial yang mencerminkan identitas agama masing-masing.
Fenomena Brain Rot Dalam Perspektif Hadis: Analisis Dampaknya Terhadap Moralitas Remaja urwatulwutsqo, halwa; Ghifari, Muhammad; Ash, Abil
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 8 No 2 (2025): 2025
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v8i2.1305

Abstract

Istilah brain rot ini biasa digunakan ketika menggambarkan pada penurunannya kondisi fungsi otak yang diakibatkan karena kebiasaan mengkonsumsi konten dalam sosial media yang sifatnya instan dan dangkal.. Kondisi seperti ini jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak buruk sehingga mengakibatkan kerusakan otak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah fenomena brain rot yang terjadi diera sekarang ini dalam perspektif Nabi Muhammad SAW, dan akan berfokus pada nilai-nilai ajaran Islam terkait pentingnya untuk menjaga kesehatan akal dan menjaga waktu. Adapun metode yang akan digunakan pada artikel ini adalah menggunakan studi kepustakaan dengan pendekatan tematik, yaitu mengumpulkan serta menganasis hadis-hadis yang berkaitan pada kesehatan akal dan waktu. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan umatnya untuk senantiasa menjaga akal dan memanfaatkan waktu dengan baik. Kata Kunci: Brain rot, media sosial, hadis, akal, waktu.
Dialektika Pendekatan Normatif dan Kontekstual dalam Penafsiran Rezeki: Studi Komparatif Tafsir An-Nur dan Al-Misbah terhadap Surah Al-Baqarah Ayat 168 dan 172 Hasibuan, Siti Rokan; Ghianovan, Jaka; Ash, Abil
Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 27 No. 1 (2025)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/substantia.v27i1.29412

Abstract

This article explores the dialectic between normative and contextual approaches in interpreting the Qur’anic concept of sustenance (rizq) through a comparative thematic analysis of two influential Indonesian tafsir works: Tafsir An-Nur by Hasbi Ash-Shiddieqy and Tafsir Al-Misbah by M. Quraish Shihab. The study focuses on the interpretations of Surah Al-Baqarah verses 168 and 172, which articulate the principles of lawful (ḥalāl), wholesome (ṭayyib), and grateful consumption. Employing a qualitative library research method and thematic exegesis, this study examines the interpretive orientations, methodological frameworks, and the contemporary relevance of rizq. Tafsir An-Nur emphasizes legalistic dimensions within a fiqh-normative framework, prioritizing adherence to Islamic legal boundaries. In contrast, Tafsir Al-Misbah advances a contextual approach, foregrounding spirituality, ethical consumption, and social responsibility. The dialectical relationship between these approaches reveals the multidimensional nature of rizq and underscores their complementarity in addressing modern materialist challenges. This article contributes to the development of thematic Qur’anic interpretation in Indonesia and proposes a more holistic conceptualization of rizq as an ethical and spiritual guide in contemporary Muslim life. Abstrak: Artikel ini membahas dialektika pendekatan normatif dan kontekstual dalam penafsiran konsep rezeki melalui studi komparatif terhadap dua karya tafsir otoritatif di Indonesia: Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy dan Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Kajian ini difokuskan pada analisis tematik terhadap Surah Al-Baqarah ayat 168 dan 172, yang memuat prinsip konsumsi halal (ḥalāl), baik (ṭayyib), dan syukur. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif berbasis studi pustaka, artikel ini mengeksplorasi corak penafsiran, orientasi metodologis, serta konstruksi makna rezeki dalam kedua tafsir. Tafsir An-Nur menampilkan pendekatan fiqih-normatif yang menekankan kehalalan dan kepatuhan terhadap hukum syariat, sementara Tafsir Al-Misbah menghadirkan pendekatan kontekstual yang menyoroti etika konsumsi, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial. Dialektika antara dua pendekatan ini menunjukkan bahwa pemaknaan rezeki dalam Al-Qur’an bersifat multidimensional dan saling melengkapi. Artikel ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian tafsir tematik di Indonesia serta menawarkan kerangka konseptual rezeki yang lebih holistik dan aplikatif dalam menghadapi tantangan materialisme modern.
KESEHATAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF HADIS (Analisis Studi Hadis Tematik) Mulyani, Ira; Apriani, Cindi; Ash, Abil
AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studies Vol. 5 No. 2 (2024): AL-ISNAD: Journal of Indonesian Hadist Studies
Publisher : Institut Daarul Qur'an Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51875/alisnad.v5i2.515

Abstract

Penelitian ini membahas tentang kesehatan mental dalam perspektif Hadis, didasari oleh tingginya kasus kesehatan mental di Indonesia yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan mental sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Gangguan kesehatan mental memunculkan dampak negatif yang signifikan, seperti penurunan produktivitas, kurang fokus, mudah emosi, kecemasan, serta kekhawatiran terhadap masa depan. Selain memengaruhi kesehatan fisik, gangguan ini juga berdampak pada hubungan sosial. Penelitian ini bertujuan menjawab dua pertanyaan utama: bagaimana konsep kesehatan mental dalam Hadis Nabi Muhammad SAW, dan apa solusi serta pedoman dalam mengatasi masalah kesehatan mental menurut Hadis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis Hadis tematik (maudu’i) dan pendekatan kepustakaan (library research) berbasis data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hadis Nabi Muhammad SAW memberikan panduan praktis dalam menjaga kesehatan mental, seperti menjaga lisan, menjauhi penyakit hati seperti cinta dunia berlebihan dan putus asa, menjaga keseimbangan ibadah, serta menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Selain itu, Hadis juga menekankan pentingnya keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat sebagai landasan utama untuk mencegah gangguan mental. Ajaran-ajaran ini tidak hanya relevan tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memberikan solusi yang aplikatif bagi individu maupun masyarakat dalam menghadapi tantangan kesehatan mental.
Environmental Ethics in Tafsir of the Qur'an (Study of Surah Ar-Rum Verse 41 Quraish Shihab's perspective) Yayah*, Yayah; Ghianovan, Jaka; Ash, Abil
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities Vol 7, No 3 (2024): July, Educational and Social Issue
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jr.v7i3.40090

Abstract

This research explores the concept of environmental ethics in the Qur'an with a particular focus on the interpretation of Surah Ar-Rum verse 41, which contains an important message about the connection between the creation of the universe and human responsibility as caliphs on earth. The analytical approach is through the perspective of Quraish Shihab, a leading Muslim scholar, who has provided deep insight into the messages of the Qur'an in a contemporary context. This article explores Quraish Shihab's interpretation of verse 41 through descriptive-analytical research and connects it with the principles of environmental ethics in Islamic teachings. The results reveal a deep understanding of the harmonious relationship between humans, nature, and their creators, as well as the importance of protecting the environment as part of religious obligations so as not to cause damage and disasters on earth. Thus, this research contributes to understanding environmental ethics in Islam and offers valuable insights into how religious values can inspire positive action in environmental protection.