Wirawan, Nur Surya
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PERAN RASIO NEUTROFIL – LIMFOSIT PRA BEDAH SEBAGAI PREDIKTOR NYERI PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI DEKOMPRESI DAN STABILISASI POSTERIOR (TINJAUAN TERHADAP INTENSITAS NYERI) Rahim, Octaviana Indri Sakti; Ratnawati, .; Ala Husain, Alamsyah Ambo; Ahmad, Muh. Ramli; Wirawan, Nur Surya; Wijaya Tan, Charles
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 6 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i06.P14

Abstract

Background: Posterior decompression and stabilization on the vertebrae is a surgical procedure performed to treat the main cause of low back pain. NLR perioperative examination is very rarely used in determining the level of postoperative pain and can help in planning of postoperative analgesic drugs, even though this examination is certainly available as a perioperative assessment. Purpose: This study aims to assess the relationship between NLR preoperative as a predictor of pain with pain intensity and IL-6 levels postoperative in patients undergoing posterior decompression and stabilization surgery. Methods: This research is an analytical observational study with a prospective cohort design, which was carried out at Wahidin Sudirohusodo Hospital. The sample for this study was all patients who underwent elective surgical procedures for Decompression and Posterior Stabilization of the Lumbar Region at Dr. RSUP. Wahidin Sudirohusodo Makassar with 30 samples. Results: There was a strong, significant correlation between the average NRS at rest and the NLR group, as well as the average NRS with movement, p value < 0.05, r > 0.7. In IL-6 postoperative and delta-IL-6 levels, there was a statistically significant difference in IL-6 levels between the two groups with a p value <0.05. There is a significant difference in the need for the opioid Fentanyl in the two groups with a p value <0.05. Conclusion: There was an increase in the pain intensity and IL-6 levels postoperative, as well as an increase in total opioids consumptions in patients undergoing decompression and posterior stabilization of the lumbar region with NLR preoperative ? 2 compared to NLR < 2. NLR can be used as a predictor of postoperative pain which is good, therefore it can be used as a reference for appropriate postoperative pain management. Keywords: posterior decompression and stabilization, pain intensity, interleukin-6, numeric rating scale, neutrophil lymphocyte ratio
Neural Proloterapi Edlin, Edlin; Wirawan, Nur Surya
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 4 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v4i2.3162

Abstract

Terapi nyeri dengan injeksi regeneratif merupakan terapi yang mulai berkembang dengan pesat dalam kurun waktu ini. Ilmu pengetahuan dasar dan penelitian klinis terbaru menunjukkan kalau injeksi larutan dekstrosa dapat mengurangi rasa sakit, meningkatkan fungsi keseluruhan dan mengembalikan fungsi jaringan ikat yang rusak kembali menjadi normal. Walaupun mekanisme aksi dekstrosa belum dipahami dengan baik pada tingkat sel, uji klinis telah melaporkan efek klinis positif dibandingkan dengan kontrol injeksi buta. Salah satu teknik regenerasi aktif injeksi yang mulai dilirik para peneliti adalah neural proloterapi (NP). Berbagai penelitian dan laporan kasus mulai bermunculan dan menunjukkan bahwa NP dapat dilakukan baik sebagai penanganan alternatif maupun penanganan utama dalam berbagai kasus penyakit dan berbagai kondisi yang disertai nyeri kronik. Keuntungan utama pendekatan teknik NP selain memerlukan biaya yang murah, tingkat keamanan yang tinggi dan kemudahan teknik juga dapat dipertimbangkan.
Pengaruh Pemberian Lidokain Intravena Terhadap Perubahan Hemodinamik dan Kadar Norepinefrin Pada Prosedur Laringoskopi dan Intubasi Faqri; Musba, A.M. Takdir; Amin, Hisbullah; Arif, Syafri Kamsul; Salahuddin, Andi; Wirawan, Nur Surya
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 41 No 2 (2023): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v41i2.282

Abstract

Latar Belakang: Komplikasi utama dari manajemen jalan napas di ruang operasi sangat jarang tetapi dapat mengancam jiwa. Telah dilaporkan bahwa pemberian lidokain intravena dapat secara efektif menekan respons hemodinamik terhadap laringoskopi dan intubasi endotrakeal. Tujuan: untuk mengetahui efek pemberian lidokain intravena terhadap perubahan respons hemodinamik dan kadar norepinefrin pada prosedur laringoskopi dan intubasi. Metode dan Subjek: Penelitian ini menggunakan desain penelitian uji acak tersamar ganda (Randomized double blind clinical trial). Secara acak, pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A (lidokain intravena) dan kelompok B (plasebo) dengan jumlah sampel masing-masing 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan pengukuran dan pencatatan hemodinamik (Tekanan darah Sistolik, Diastolik dan laju nadi) dan kadar norepinefrin 5 menit sebelum dilakukan intubasi, menit ke-1, dan ke-5 setelah tindakan intubasi. Hasil: Terdapat perbedaan tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) pada kelompok A dan B antar waktu, di mana terjadi penurunan TDS dan TDD pada saat sebelum dilakukan tindakan dibandingkan setelah tindakan (p<0,05). Ditemukan penurunan laju nadi yang tidak signifikan pada kelompok A, di mana hasil sebaliknya ditemukan pada kelompok B (p<0,05). Perbandingan signifikan ditemukan pada perubahan semua indikator hemodinamik antar kelompok (p<0.05). Untuk kadar norepinefrin, tidak ditemukan perubahan signifikan pada kelompok A, sementara pada kelompok B perubahannya signifikan. Perubahan kadar norepinefrin berbeda secara signifikan jika dibandingkan antar kelompok (p=0,007). Kesimpulan: Pemberian lidokain intravena sebelum prosedur laringoskopi dan intubasi dapat mencegah peningkatan hemodinamik dan peningkatan kadar norepinefrin.
THE APPLICATION OF LEAN HOSPITAL IN ANALYZING THE WAITING TIME OF INPATIENT PATIENTS AT THE EMERGENCY ROOM OF UNHAS HOSPITAL Wirawan, Nur Surya
Jurnal Kesehatan Vol 17 No 2 (2024): JURNAL KESEHATAN
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/kesehatan.v17i2.52031

Abstract

The purpose of this study was to examine the variables that affect the length of waiting time for inpatients in the UNHAS Hospital Makassar emergency room when using the Lean Hospital strategy. This study employed a qualitative methodology that included in-depth interviews with 36 patients and emergency room staff in addition to real-time observation. Descriptive interpretation of the data was carried out, along with value stream mapping to illustrate waiting times and fishbone problem analysis According to the findings, patients at emergency rooms had to wait six hours and six minutes. During patient surveillance, non-value-adding activities predominate, with the main ones being waiting time waste, human talent, flaws, overprocessing, motion, overproducing, and transportation. The resources analysis reveals that more personnel, specifically admissions and registration officials, are required.
A Critical Appraisal of Global Guidelines on Obturator Nerve Block in TURP: Urological and Anesthetic Collaboration: Penilaian Kritis terhadap Pedoman Global tentang Blok Saraf Obturator pada TURP: Kolaborasi Urologi dan Anestesi Supardi, Alif Zulfikar; Reza, Muhammad Alfi; Krisna, Muhammad Sidharta; Wirawan, Nur Surya
Journal of Aafiyah Health Research (JAHR) Vol. 6 No. 1 (2025): JANUARY-JUNE
Publisher : Postgraduate Program in Public Health, Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jahr.v6i1.2010

Abstract

ABSTRACT Background: Obturator nerve block (ONB) is increasingly recognized as a crucial component in transurethral resection of the prostate (TURP) to prevent complications such as the obturator reflex, which can lead to intraoperative risks including bladder perforation. While ONB has been incorporated into various global clinical guidelines, its implementation remains inconsistent. Objective: This study critically examines the role of ONB in TURP by analyzing global guidelines, comparing different ONB techniques, and evaluating the integration of ONB with other surgical modalities to improve patient safety and procedural outcomes. Method: A comprehensive review of literature and clinical guidelines was conducted to assess the effectiveness, safety, and best practices related to ONB in TURP. Key parameters examined include the efficacy of ultrasound-guided ONB, multimodal approaches combining ONB with bipolar energy or laser techniques, and the impact of training programs for anesthesiologists. Results: Global guidelines from major urological and anesthesiology associations recommend ONB as a beneficial but non-mandatory procedure in TURP, particularly for high-risk patients. Evidence suggests that ultrasound-guided ONB improves procedural success rates and reduces complications. The combination of ONB with newer surgical modalities offers enhanced safety, and structured training programs can further facilitate its adoption in clinical practice. Conclusion: Although ONB is not universally required for TURP, its application significantly improves intraoperative safety. Standardizing protocols, expanding training programs, and integrating ONB with advanced surgical techniques can enhance the efficacy and reliability of TURP globally. Future research should focus on long-term outcomes and cost-effectiveness to refine clinical recommendations.
Perbandingan Efek Antinosiseptif Isoflurane dan Sevoflurane Berdasarkan Refleks Dilatasi Pupil dan Kadar Norepinefrin dengan Menggunakan Konsentrasi Minimum Alveolar 1.0 Albab, Ahmad Ulil; Wirawan, Nur Surya; Ratnawati; Arif, Syafri Kamsul; Husain, Alamsyah Ambo Ala; Adil, Andi
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 1 (2025): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i1.369

Abstract

Latar Belakang: Tantangan yang dihadapi berkaitan dengan penggunaan anestesi umum adalah dalam melakukan penilaian nyeri pada pasien yang tidak sadar. Refleks dilatasi pupil merupakan penilaian stimulasi berbahaya dan efek analgesik di bawah anestesi inhalasi. Diameter pupil juga dinyatakan sebagai ukuran kadar norepinefrin. Belum ada penelitian yang mengkaji perbandingan efek antinosiseptif antara isoflurane dan sevoflurane yang diukur dengan refleks dilatasi pupil dan kadar norepinefrin di bawah konsentrasi minimum alveolar yang ekuivalen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek antinosiseptif isoflurane dan sevoflurane berdasarkan refleks dilatasi pupil dan kadar norepinefrin dengan menggunakan konsentrasi minimum alveolar 1.0. Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar tunggal. Populasi penelitian yaitu seluruh pasien yang menjalani pembedahan dengan anestesi umum menggunakan Laryngeal Mask Airway (LMA). Sampel dibagi menjadi dua kelompok secara acak yaitu kelompok I (isoflurane) dan kelompok II (sevoflurane). Dilakukan preoksigenasi dengan menggunakan 1.0 MAC. Setelah target bispectral index score (BIS) 40-65 tercapai, dilakukan insersi LMA. Setelah tercapai MAC 1.0, dilakukan pengambilan sampel darah pertama untuk pemeriksaan kadar norepinefrin. Dilakukan pupilometri dan stimulasi tetanik, dicatat skor pupillary pain index (PPI) yang didapatkan, kemudian dilakukan pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan kadar norepinefrin. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbandingan skor PPI antara kelompok isoflurane dan sevoflurane. Kadar norepinefrin setelah stimulasi lebih tinggi secara signifikan pada kelompok sevoflurane. Simpulan: Efek antinosiseptif isoflurane setara dengan sevoflurane berdasarkan refleks dilatasi pupil. Efek antinosiseptif sevoflurane lebih baik dibandingkan isoflurane berdasarkan kadar norepinefrin. Isoflurane mungkin memiliki mekanisme antinosiseptif lain selain jalur norepinefrin.
Pengaruh Amlodipin sebagai Adjuvan Analgetik terhadap Kadar IL-6, Konsumsi Opioid, dan Skor Nyeri Pascabedah pada Operasi Timpanomastoidektomi Hasmirah; Wirawan, Nur Surya; Datu, Madonna D.; Bahar, Burhanuddin; Tanra, Andi Husni; Nurdin, Haizah; Irwan, Andi Alamsyah
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 2 (2025): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i2.383

Abstract

Latar Belakang: Opioid merupakan agen antinosiseptif yang paling efektif untuk mengatasi nyeri pascabedah, tetatpi penggunaannya dapat menimbulkan efek samping. Adjuvan diberikan untuk meningkatkan efek analgetik dan meminimalkan konsumsi opioid sehingga mengurangi efek samping opioid. Penghambat kanal kalsium (CCB) seperti amlodipin dapat digunakan sebagai adjuvan karena dapat mengurangi sinyal nyeri dengan cara yang berbeda dari opioid. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh amlodipin terhadap kadar IL-6, konsumsi opioid, dan skor nyeri setelah operasi timpanomastoidektomi. Metode: Penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar tunggal yang dilakukan di RSUP Wahidin Sudirohusodo, RS Universitas Hasanuddin, dan rumah sakit jejaringnya. Sampel terdiri dari pasien yang menjalani operasi timpanomastoidektomi, yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok I (amlodipin) dan kelompok II (plasebo). Data yang dicatat meliputi konsumsi opioid, efek samping pascaoperasi, kadar IL-6, tekanan darah, denyut nadi, dan nyeri. Hasil: TTerdapat perbedaan signifikan pada skor VAS 6 jam setelah operasi, dengan skor lebih rendah di kelompok I. Tidak ada pasien yang membutuhkan opioid tambahan. Rerata tekanan arteri juga berbeda bermakna, lebih rendah pada kelompok I selama periode pengamatan. Kadar IL-6 lebih tinggi di kelompok II pada 6 dan 24 jam pascaoperasi. Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok pada perubahan kadar IL-6 dari T6 ke T24 dan dari T0 ke T24. Ditemukan korelasi lemah antara kadar IL-6 dan skor VAS pada 6 dan 24 jam, dengan nilai r masing-masing 0,373 dan 0,401. Simpulan: Amlodipin dapat digunakan sebagai adjuvan analgetik karena dapat menurunkan skor nyeri pascabedah dan konsumsi opioid.