Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Pola Menyusui Terjadwal Terhadap Peningkatan BB Bayi Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Sulupadang, Prishilla; Samsuddin; Dali
Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 12 No 1 (2024): Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jdk.v12i1.549

Abstract

Bayi yang tidak mendapat cukup ASI pada awal kehidupan sangat berisiko mengalami masalah kekurangan zat gizi seperti stunting yang dapat mempengaruhi produktivitas dan gangguan pada pertumbuhan dimasa yang akan datang. Salah satu tanda objektif dari kecukupan ASI yaitu peningkatan BB yang adekuat. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh pola menyusui terjadwal terhadap peningkatan BB bayi sebagai upaya pencegahan stunting di wilayah kerja puskesmas motui dan sawa Kabupaten Konawe utara. Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan mengambil seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan belum mendapat MP-ASI berjumlah. 40 responden (20 intervensi dan 20 kontrol). Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre post test with control group. Hasil penelitian secara statistik terdapat perbedaan BB yang bermakna antara sebelum dan setelah menyusui sesuai jadwal (nilai p < 0,05). Penerapan pola menyusui terjadwal dapat diterapkan kepada Ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk mengoptimalkan peningkatan BB bayi  
Aplikasi e-PTM sebagai Media Skrining Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Pada Remaja Misbah, Sitti Rachmi; Tahir, Rusna; Sulupadang, Prishilla
Health Information : Jurnal Penelitian Vol 15 No 3 (2023): September-Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36990/hijp.v15i3.1143

Abstract

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah salah satu masalah kesehatan dari 8 jenis masalah  kesehatan yang dialami oleh remaja,  dan ada empat penyakit yang utama yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan penyakit pernafasan kronis yang menjadi penyebab 70 % kematian terbanyak di Indonesia. Penyebab utama PTM pada remaja adalah pola hidup yang tidak sehat, yaitu konsumsi makanan yang tidak seimbang, tidak beraktivitas fisik, merokok, dan mengonsumsi alkohol.Tujuan penelitian ini adalah sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular pada remaja dengan skrining menggunakan aplikasi e-PTM. Metode penelitian ini berupa penelitian Research and Development, dengan mengembangkan  aplikasi e-PTM sebagai aplikasi untuk skrining PTM pada remaja. Hasil penelitian berupa aplikasi e-PTM telah diuji cobakan pada 30 remaja di Desa Poni Poniki Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara. Skrining dapat dilakukan oleh remaja secara mandiri dengan mengakses website menggunakan computer, tablet atau smartphone. Keseluruhan hasil skrining dapat terlihat pada sistem aplikasi e-PTM yang hanya dapat diakses oleh admin dalam hal ini peneliti, keseluruhan data hasil skrining tersedia dalam bentuk PDF dan excel dan ditampilkan dalam bentuk grafik.  Kesimpulan bahwa remaja dapat melakukan skrining secara mandiri dan mengetahui hasil apakah berisiko atau tidak beriso terhadap penyakit tidak menular.
dukasi dan Skrining Resiko Penularan TB Paru pada Anak di wilayah Pesisir: Edukasi dan Skrining Resiko Penularan TB Paru pada Anak di wilayah Pesisir Rini, Dewi Sartiya; Tahir, Rusna; Sulupadang, Prishilla
Jurnal Inovasi, Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 1 (2025): Januari-Juni
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36990/jippm.v5i1.1638

Abstract

Salah satu penyebab penularan TB pada anak juga disebabkan karena keterlambatan diagnostik dan juga kesulitan mendiagnosis TB. Melakukan skrining pada anak yang mempunyai kontak dengan TB Paru penting sebagai deteksi awal infeksi TB Anak. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan melakukan edukasi dan skrining risiko penularan TB pada anak di wilayah pesisir. Kegiatan ini melibatkan aparat desa, puskesmas dan anggota masyarakat yang sedang menjalani atau terdeteksi positif TB paru. Dari hasil evaluasi kegiatan diketahui bahwa rerata terjadi peningkatan tingkat pengetahuan tentang TB paru  (80%) dan ditemukan 7 orang peserta berisiko tinggi menularkan TB pada anak dari 25 orang peserta pengabdian masyarakat. Diharapkan instrument skrining ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dalam melakukan deteksi dini risiko penularan TB paru pada anak yang serumah dengan penderita atau riwayat TB paru.
Analisis Pengembangan Instrumen Skrining Resiko Penularan TB Pada Anak Di Wilayah Pesisir: Analysis of the Development of Screening Instruments for the Risk of TB Transmission in Children in Coastal Areas Rini, Dewi Sartiya; Sulupadang, Prishilla; Syukur Bau, Abdul
Health Information : Jurnal Penelitian Vol 17 No 2 (2025): Mei-Agustus
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36990/hijp.v17i2.1684

Abstract

Ringkasan: Latar belakang: Skrining TB anak menggunakan sistem skoring yang direkomendasikan sejak 2005, namun tidak semua fasilitas kesehatan memiliki fasilitas uji tuberkulosis dan foto thoraks yang merupakan parameter skoring TB anak, menyebabkan underdiagnosis TB anak. Diperlukan inovasi instrumen skrining penularan TB pada anak. Tujuan: Menganalisis pengembangan instrumen skrining risiko penularan TB paru pada anak di wilayah pesisir. Metode: Penelitian Research and Development (R&D) yang diuji kelayakan oleh pakar bahasa, pakar keperawatan anak, dan 25 perawat pengguna instrumen di PKM Motui yang dipilih menggunakan total sampling. Hasil: Uji kelayakan instrumen menunjukkan validasi pakar bahasa 93%, pakar spesialis keperawatan anak 85%, dan pengguna 95%. Semua aspek penilaian menunjukkan kategori layak dengan predikat baik hingga sangat baik untuk implementasi skrining TB anak. Simpulan: Instrumen skrining risiko penularan TB pada anak telah valid dan layak digunakan untuk mendeteksi TB pada anak dengan anggota keluarga terdiagnosis TB paru berdasarkan validasi multistakeholder. Saran: Instrumen dapat diimplementasikan sebagai skrining awal TB anak namun memerlukan pemeriksaan lanjutan di fasilitas kesehatan untuk konfirmasi diagnosis definitif.
Screening Status Mental Emosional dan Edukasi Keterampilan Koping Pada Remaja di SMPN Satap 6 Motui Wijayati, Fitri; Misbah, Sitti Rachmi; Sulupadang, Prishilla
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 8 (2025): Volume 8 No 8 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i8.13963

Abstract

ABSTRAK Kesehatan mental emosional merupakan kemampuan untuk mengatasi stress dan mengelola emosi dimana seseorang mampu berpikir jernih dan membuat keputusan yang baik. Screening status mental emosional adalah langkah awal untuk membantu mitra menekan angka kenakalan remaja di wilayah tersebut serta untuk mewujudkan generasi yang sehat secara mental emosional. Metode pengabdian ini berupa screening, penyuluhan, dan demonstrasi/modelling.  Screening status mental emosional dan implementasi edukasi keterampilan koping bertujuan sebagai salah satu upaya menyehatkan jiwa secara emosional. Sasaran program adalah Remaja di SMP Negeri Satap 6 Kecamatan Motui.  Kegiatan pengabdian dilakukan 2 hari yang mana hari ke-1 dilakukan screening dengan menggunakan skrining pengukuran status mental emosional dengan menggunakan instrument Adolescent Emotion Regulation Strategies Questionnaire (AERS) dan hari ke-2 dilakukan edukasi dan demonstrasi.dan 1 hari. Jumlah siswa yang terlibat sebanyak 30 orang. Pengukuran keberhasilan    program berdasarkan peningkatan signifikan pengetahuan tentang kesehatan.  Hasil kegiatan menunjukkan screening pengukuran status mental emosional siswa SMPN Satap 6 Kecamatan Motui sebagian besar (18 siswa) menunjukkan emosi adaptif (60,0%), dan terdapat 12 siswa dengan emosi maladaptif (40,0%). Program Kemitraan Masyarakat yang akan dilakukan yaitu screening status mental emosional, lalu mengimplementasikan edukasi keterampilan koping sebagai salah satu upaya menyehatkan jiwa secara emosional. Kata Kunci: Screening Status Mental Emosional, Edukasi Keterampilan Koping, Remaja.  ABSTRACT Mental emotional health is the ability to cope with stress and manage emotions where a person can think clearly and make good decisions. Screening mental emotional status is the first step to help partners reduce the number of juvenile delinquency in the area and to realize a mentally emotionally healthy generation. This service method is in the form of screening, counseling, and demonstration/modeling.  Screening of mental emotional status and implementation of coping skills education aims as an effort to nourish the soul emotionally. The program targets are adolescents at SMP Negeri Satap 6 Motui District.  The service activities were carried out for 2 days, of which the 1st day was carried out screening using the screening measurement of emotional mental status using the Adolescent Emotion Regulation Strategies Questionnaire (AERS) instrument and the 2nd day was carried out education and demonstration. and 1 day. The number of students involved was 30 people.    Measurement of program success is based on a significant increase in knowledge about health.  The results of the activity showed screening measurements of the mental emotional status of students of SMPN Satap 6 Motui District mostly showed adaptive emotions (60.0%), and there were 12 people with maladaptive emotions (40.0%). The Community Partnership Program that will be carried out is screening emotional mental status, then implementing coping skills education as an effort to nourish the soul emotionally. Keywords: Emotional Mental Status Screening, Coping Skills Education, Adolescents.
A SCREENING OF KNOWLEDGE AND EDUCATION ON THE SIGNS AND SYMPTOMS OF CARDIAC ARREST AMONG THE GENERAL PUBLIC IN COASTAL AREAS: SKRINING PENGETAHUAN SERTA EDUKASI TANDA DAN GEJALA HENTI JANTUNG PADA MASYARAKAT AWAM DI WILAYAH PESISIR Sulupadang, Prishilla; Tahir, Rusna; Rini, Dewi Sartiya
Jurnal Inovasi, Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 2 (2025): Juli-Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36990/jippm.v5i2.1716

Abstract

Background: Most cardiac arrests occur outside of hospitals. Cardiac arrest occurs when the heart suddenly and unexpectedly stops pumping, and hypertension is one of the causes. It is essential to have sufficient knowledge about the various adverse effects that can be caused by hypertension, often referred to as the “silent killer” because it often does not show symptoms but can have serious consequences if not managed properly, one of which is the risk of sudden cardiac arrest. The purpose of this knowledge screening is to [FW1] increase public awareness of the signs and symptoms of cardiac arrest as a preventive measure and to improve the quality of life of the community. The methods used include effective communication through pre- and post-knowledge screening, as well as education through counseling [FW2] [FW3] and demonstrations. The results of the knowledge screening from 25 respondents showed that the pre-test knowledge of the Bajo Indah village community regarding the signs and symptoms of cardiac arrest was still insufficient, with 16 respondents (64%) scoring below average. However, after receiving education, the post-test scores showed an increase in knowledge, with 22 respondents (88%) scoring above average. Conclusion: The implementation of this activity was able to increase the knowledge of the public in Bajo Indah Village regarding the signs and symptoms of cardiac arrest, which will serve as the basis for preventive efforts against cardiac arrest and improve the quality of life of the community.
Stres Mempengaruhi Efikasi Diri Ibu Menyusui Neonatus Sakit yang Dirawat di Ruang Perawatan Neonatus Sulupadang, Prishilla; Waluyanti, Fajar Tri; Allenidekania, Allenidekania
Health Information : Jurnal Penelitian Vol 14 No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36990/hijp.v14i2.477

Abstract

Breastfeeding is still an obstacle for some mothers who have sick neonates who are receiving treatment at the hospital. Breastfeeding self-efficacy is related to the duration of breastfeeding which has an impact on the mother's success in breastfeeding at least exclusively. The purpose of this study was to identify factors related to breastfeeding self-efficacy in mothers of sick neonatal care room. This study used a cross-sectional design, 88 respondents were recruited using a consecutive sampling method, using a questionnaire that had been tested for validity first, namely the Breastfeeding self-efficacy scale short form (BSE-SF) and Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) questionnaires, husband's support, family support, and friend support. The results of the Chi square analysis showed that there was no relationship between breastfeeding self-efficacy in mothers with maternal age, mother's education, family income, experience of breastfeeding mothers, experiences of others breastfeeding their babies, health education support, husband support, family support, and friend support with p value > 0.05, but it was found that stress factors were associated with breastfeeding self-efficacy in mothers with sick neonates (p=<0.01). Stress is a factor associated with breastfeeding self-efficacy in mothers with sick neonates.
Sosialisasi Family Partisipation Dalam Pencegahan Stunting Pada Balita Desa Puwonggia Wilayah Kerja Puskesmas Motui Kabupaten Konawe Utara Dali, Dali; Samsuddin, Samsuddin; Sulupadang, Prishilla; Mashar, Harlyanti Muthma'innah
Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat
Publisher : Progran Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpm.v5i1.370

Abstract

Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan status kesehatan dan status nutrisi balita umur 2-5 tahun. Hal ini sangat berpotensi dalam meningkatkan Upaya pencegahan stunting yaitu melalui peningkatan pengetahuan ibu tentang stunting, dampak stunting, dan Upaya penanggulangan stunting. Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi keluarga dalam Upaya pencegaran stunting pada balita di Desa Puwonggia Wilayah Kerja Puskesmas Motui Kabupaten Konawe Utara. Khalayak sasaran adalah kader posyandu dan ibu balita yang memiliki balita 0-5 tahun. Metode pelaksaan yaitu dengan pemberian sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan peserta. Evaluasi ketercapaian kegiatan dilaksanakan dengan memberikan posttest dan pretest kepada peserta terhadap materi yang disampaikan dengan indikator keberhasilannya yaitu lebih dari 75% peserta memiliki Tingkat pengetahuan baik. Tingkat pengetahuan peserta meningkat setelah diberikan sosialisasi ditunjukkan dengan sebanyak 83,33% (25 orang) memiliki pengetahuan yang baik, 10% (3 orang) memiliki pengetahuan yang cukup dan 6,67% (2 orang) yang memiliki pengetahuan kurang.
Analysing the Relationship between Knowledge, Education Level and Economic Status with Early Marriage in Married Couples in Sindangheula Village, Serang Regency Pusporini, Lenny Stia; Putri, Elsya Novia Ramadhani; Sulupadang, Prishilla
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 4 (2024): February
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i4.3580

Abstract

Early marriage is a social issue that affects various aspects of community life, including individual and family welfare. Knowledge, education level, and economic status have been identified as factors that may influence of early marriage in the region. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge, education level, and economic status with early marriage in married couples in Sindangheula Village, Serang Regency in 2023. This study used a correlational method with a cross-sectional approach. The sample was 79 respondents selected using a random generator system where all names within the population were included in the system and then randomly chosen according to a predetermined quantity. Findings indicated a minority (20.3%) reported early marriage, while a significant proportion exhibited poor knowledge (35.4%) and low education levels (41.8%). Moreover, a minority (29.1%) reported poor economic status. Statistical analysis revealed significant relationships between knowledge (pv = .025), education level (pv = .001), economic status (pv = .002), and early marriage. Multivariate analysis further confirmed these associations (R2 = .154, adjusted R2 = .120, F = 4.540, Pv < 0.05), with a positive β value (0.263). The research results also revealed a positive β value (0.263). It is recommended that village officials can provide information and health education to adolescents and parents about marriage as well as provide motivation and beneficial activities for the development of the Sindangheula Village, Serang Regency.
Application of Mirror Therapy to Muscle Strength in Non-Hemorrhagic Stroke Patients: A Case Study Sartiya Rini, Dewi; Sulupadang, Prishilla; Saranani, Muhaimin; Mudin, Abu Iqra
Madago Nursing Journal Vol. 6 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/mnj.v6i2.4258

Abstract

Background: One of the therapies that can be used in non-hemorrhagic stroke patients to increase muscle strength is mirror therapy. Mirror therapy is a form of rehabilitation or distance exercise that relies on the patient's motor imagination and imagination using a mirror as a visual stimulation that can be imitated by the part of the body that is disturbed. The mirror stimulates cortical and spinal motors. The parts of the body that are affected tend to mimic mirror reflections, which aids in the recovery process of the extremities.  This study aims to apply mirror therapy to physical mobility in non-hemorrhagic stroke patients. Methods: A descriptive case study on one subject, namely Mrs. S who was diagnosed with a non-hemorrhagic stroke with major nursing problems of physical mobility disorders and was given mirror therapy. The mirror used is 35x30x20 cm for the upper extremities and 30x55x30 cm for the lower extremities. This therapy is carried out for 8 days with a frequency of 1x a day which is done in the afternoon for 30 minutes every day. The ethical approval was issued by the Ethics Commission of the Kendari Ministry of Health's Polytechnics. Results: After being given mirror therapy to Mrs. S for 8 days, physical mobility increased with the value of the muscle strength of the lower left extremity from 2 to 4 while the upper left extremity did not experience an increase due to more severe nerve damage in the upper left extremity Conclusion: Physical mobility improved in Mrs. S with the administration of mirror therapy for 8 days. This therapy can be applied in health services, especially in stroke patients with limb weakness.