Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Isolation of Secondary Metabolite A. niger “In-Habiting” Queen M. gilvus Hagen.’s Nest Alen, Yohannes; Melati, Atika; Sarina, Gemmy; Djamaan, Akmal
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.816 KB) | DOI: 10.15416/ijpst.v5i2.15364

Abstract

Aspergillus niger is pathogen fungi that can live in various locations and can live contiguous with many hosts, one of them is queen termite’s nest. The aims of the study were to isolated the secondary metabilite of A.niger. Extraction proccess of secondary metabolite compounds was carried out by maceration method using methanol solvent. Based on that proccess, methanol extract was be yield 4,32% sample weight. Fractination proccess was carried out in the separating funnel using ethyl acetate solvent, which ethyl acetate fraction was be yield 14.39% methanol extract. Separation of the compounds was carried out by column chromatography method using n-hexane and ethyl asetate eluents. Purification of the compounds were done by recrystallization method using n-hexane and ethyl asetate. Two secondary metabolite compounds were successfully isolated from ethyl acetate fraction of the methanolic extract of fungus A. niger “In-Habiting” queen termite’s nest M. gilvus Hagen. Based on organoleptic examination, the compound signed AM-12-22-01 is 35 mg, white needle crystals, melting point 151-153 oC. While, the AM-12-60-01* is 15 mg, white needle crystals, melting point 91-93 oC. Based on the chemical analysis, thin layer chromatography, ultraviolet and infrared spectra data it was identified that AM-12-22-01 and AM-12-60-01 were a phenolic compounds.Key words: isolation, A. niger, In-Habiting, M. gilvus Hagen.
Isolation of Secondary Metabolite A. niger “In-Habiting” Queen M. gilvus Hagen.’s Nest Yohannes Alen; Atika Melati; Gemmy Sarina; Akmal Djamaan
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.816 KB) | DOI: 10.24198/ijpst.v5i2.15364

Abstract

Aspergillus niger is pathogen fungi that can live in various locations and can live contiguous with many hosts, one of them is queen termite’s nest. The aims of the study were to isolated the secondary metabilite of A.niger. Extraction proccess of secondary metabolite compounds was carried out by maceration method using methanol solvent. Based on that proccess, methanol extract was be yield 4,32% sample weight. Fractination proccess was carried out in the separating funnel using ethyl acetate solvent, which ethyl acetate fraction was be yield 14.39% methanol extract. Separation of the compounds was carried out by column chromatography method using n-hexane and ethyl asetate eluents. Purification of the compounds were done by recrystallization method using n-hexane and ethyl asetate. Two secondary metabolite compounds were successfully isolated from ethyl acetate fraction of the methanolic extract of fungus A. niger “In-Habiting” queen termite’s nest M. gilvus Hagen. Based on organoleptic examination, the compound signed AM-12-22-01 is 35 mg, white needle crystals, melting point 151-153 oC. While, the AM-12-60-01* is 15 mg, white needle crystals, melting point 91-93 oC. Based on the chemical analysis, thin layer chromatography, ultraviolet and infrared spectra data it was identified that AM-12-22-01 and AM-12-60-01 were a phenolic compounds.Key words: isolation, A. niger, In-Habiting, M. gilvus Hagen.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Cabai Rawit Merah (Capsicum Annuum Var.Frutescens (L.) Kuntze) Menggunakan Metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) Sestry Misfadhila; Novita Wulandari; Rina Desni Yetti; Gemmy Sarina; Muhammad Haris
Jurnal Farmasi Higea Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : STIFARM Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52689/higea.v14i1.440

Abstract

Cabai rawit merah (Capsicum annuum var.frutescens (L) Kuntze) telah banyak diteliti dan diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian tentang pengujian aktivitas antioksidan ekstrak cabai rawit merah telah dilakukan beberapa peneliti terdahulu dengan metode DPPH dan Microwave Assisted Extraction (MAE). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabai rawit merah dengan metode ferric reducing antioxidant power (FRAP), menggunakan asam askorbat sebagai senyawa pembanding. FRAP merupakan salah satu metode uji aktivitas antioksidan dengan mekanisme kemampuan senyawa uji untuk mereduksi ion besi (III) menjadi ion besi (II). Cabai rawit merah dimaserasi dengan etanol 70 % dan diperoleh rendemen ekstrak 65,6142 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang diperoleh dari ekstrak etanol cabai rawit merah dan asam askorbat sebagai pembanding ditunjukkan dengan nilai 1,4438 mmol Fe2+/100 g dan 7,8290 mmol Fe2+/100 g.
Seduhan Kombinasi Daun Tin (Ficus carica L.) dan Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Antioksidan Alami yang Potensial Mustika, Meilinda; Nurjana, Fadila Niki; Sarina, Gemmy
Jurnal Farmasi Higea Vol 15, No 2 (2023)
Publisher : STIFARM Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52689/higea.v15i2.559

Abstract

Daun tin (Ficus carica L.) dan bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Flos.) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sinergisme antioksidan seduhan kombinasi daun tin dan bunga rosela dengan variasi perbandingan bobot. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan penetapan kadar fenol total dengan metoda Folin ciocalteu dan penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (2,2 diphenyl-1-pycrylhydrazyl) menggunakan spektrofotometri UV-Vis double beam. Dari hasil penelitian diperoleh golongan senyawa metabolit sekunder pada seduhan daun tin dan bunga rosela yaitu flavonoid, fenol, tanin dan saponin. Kadar fenol dari seduhan daun tin dan bunga rosela dengan variasi perbandingan bobot (1:0), (2:1), (1:1), (1:2), dan (0:1) berturut-turut adalah 2,23; 2,29; 1,72; 1,36 dan 0,84 % dan nilai IC50 nya sebesar 20,28; 41,74; 17,87; 26,18 dan 30,46 μg/mL yang menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan berada pada kategori sangat kuat. Kadar fenol dan aktivitas antioksidan tertinggi didapat pada kombinasi (2:1). Berdasarkan uji ANOVA satu arah, perbandingan kombinasi seduhan daun tin dan bunga rosela berpengaruh signifikan terhadap aktivitas antioksidan (p˂0,05). Dapat disimpulkan bahwa seduhan kombinasi daun tin dan bunga rosela memiliki efek sinergis dan berpotensi sebagai antioksidan alami. 
Pengaruh Penambahan Asam Kandis (Garcinia xanthochymus) terhadap Kadar Asam Oksalat pada Air Rebusan Daun Bayam (Amaranthus hybridus L.) Sarina, Gemmy; Chandra, Boy; Delvyani, Delvyani
Archives Pharmacia Vol 7, No 1 (2025): ARCHIVES PHARMACIA
Publisher : Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/ap.v7i1.9109

Abstract

Bayam hijau (Amaranthus hybridus L.) merupakan sayuran yang mengandung asam oksalat, yaitu senyawa yang dapat berikatan dengan kalsium dalam tubuh dan membentuk kristal kalsium oksalat yang berpotensi mengganggu fungsi ginjal. Penelitian ini menganalisis perbedaan kadar asam oksalat dalam air rebusan daun bayam yang didiamkan pada suhu ruang dengan variasi durasi serta mengkaji pengaruh penambahan asam kandis (Garcinia xanthochymus) menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan kadar asam oksalat dalam air rebusan daun bayam tanpa asam kandis meningkat seiring waktu: 9,87 mg/kg (0 jam); 15,05 mg/kg (1 jam); 21,15 mg/kg (2 jam); 26,45 mg/kg (3 jam); dan 30,03 mg/kg (4 jam). Pada air rebusan dengan asam kandis, kadar asam oksalat juga meningkat, yaitu: 20,17 mg/kg (0 jam); 25,30 mg/kg (1 jam); 30,54 mg/kg (2 jam); 35,49 mg/kg (3 jam); dan 39,00 mg/kg (4 jam). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kadar asam oksalat pada air rebusan daun bayam meningkat seiring waktu pendiaman, baik pada sampel tanpa maupun dengan asam kandis. Selain itu, penambahan asam kandis justru menghasilkan kadar asam oksalat yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel tanpa asam kandis pada setiap variasi durasi pendiaman.