Prawitasari, Suci
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Laporan Kasus: TOPIKAL TAKROLIMUS 0,1% OINTMENT DALAM PENGOBATAN LIKEN AMILOIDOSIS Prawitasari, Suci; Pramita, Vina Listy
Majalah Kesehatan Vol. 11 No. 1 (2024): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2024.011.01.7

Abstract

Liken amiloidosis (LA) adalah penyakit yang jarang ditemukan dan etiologinya masih belum jelas, diduga berhubungannya dengan garukan dan gesekan berulang. Manajemennya merupakan tantangan karena berbagai modalitas terapi memberikan berbagai hasil. Takrolimus topikal adalah salah satu pilihan modalitas terapeutik yang dapat digunakan untuk kasus-kasus yang tidak responsif terhadap kortikosteroid. Tujuan dari pelaporan kasus ini adalah untuk mempresentasikan suatu kasus liken amyloidosis yang mengalami perbaikan dari lesi kulit dan pengurangan rasa gatal dengan penggunaan topikal takrolimus. Seorang wanita berusia 43 tahun mengeluhkan sejumlah besar benjolan hitam dan merasa gatal di daerah tulang kering di kedua tungkai bawah sejak 3 tahun lalu. Pemeriksaan visual analoque scale (VAS) rasa gatal bernilai 8. Pada pemeriksaan fisik didapatkan multipel papul hiperpigmentasi dan hiperkeratotik yang tersebar membentuk plak ireguler, batas tegas, nampak seperti rippled pattern. Pemeriksaan histopatologis menggunakan pewarnaan Congo red diperoleh badan amiloid pada papilari dermis. Pasien diterapi menggunakan topikal takrolimus 0,1% ointment. Setelah 6 minggu perawatan, terdapat penurunan VAS sebesar  5 poin dan perubahan ketebalan lesi menjadi lebih tipis. Manajemen liken amiloidosis sulit dan tidak selalu berhasil. Adanya faktor gesekan berulang diduga berperan dalam penyebab pembentukan deposit amiloid sehingga pengobatan LA juga harus diarahkan untuk mengurangi gatal dan menghentikan garukan. Kerusakan keratinosit pada LA dapat terjadi sebagai hasil awal apoptosis yang dapat menyebabkan terbentuknya deposit amyloid. Pada pasien ini penggunaan takrolimus terbukti efektif, hal ini dimungkinkan takrolimus bertindak sebagai anti apoptosis dalam patogenesis LA.
Tinjauan Literatur: BOTULINUM TOKSIN A DAN PERANNYA DALAM MANAJEMEN FOKAL HIPERHIDROSIS Prawitasari, Suci; Sariasmarina, Nooryuliana
Majalah Kesehatan Vol. 10 No. 4 (2023): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2023.010.04.8

Abstract

Fokal hiperhidrosis merupakan kondisi keringat berlebih, yang mengenai satu atau lebih area tubuh tertentu seperti telapak tangan, telapak kaki, ketiak, atau wajah. Kondisi ini dapat terjadi pada individu yang mengalami stres emosional, aktivitas fisik berlebihan, tanpa disertai dengan penyebab patogenik lain. Prevalensi fokal hiperhidrosis paling tinggi pada usia 25–64 tahun dengan onset paling dini pada usia 13–19 tahun serta lokasi tersering pada telapak tangan dan ketiak. Angka kejadian pada laki-laki sama dengan perempuan dan dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Injeksi botulinum toksin A saat ini telah dikembangkan sebagai modalitas terapi alternatif yang baik pada kasus hiperhidrosis primer. Terapi ini diketahui cukup aman, cepat, tahan lama, serta efektif dengan efek samping yang minimal untuk kasus fokal hiperhidrosis. Tinjauan  literatur  ini  bertujuan  untuk  membahas lebih lanjut peran injeksi botulinum toksin A pada fokal hiperhidrosis. Beberapa penelitian menyebutkan adanya peningkatan kualitas hidup serta kesejahteraan emosional dan fisik pada pasien fokal hiperhidrosis yang telah mendapatkan terapi injeksi botulinum toksin A.
Effect of adipose-derived stem cells-conditioned medium extracellular vesicles on senescent fibroblast and E2F1 expression Ayuningtyas, Vidya Hana Dwi; Prawitasari, Suci; Rofiq, Aunur; Murlistyarini, Sinta
Medical Journal of Indonesia Vol. 33 No. 3 (2024): September
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13181/mji.oa.247217

Abstract

BACKGROUND Adipose-derived stem cells (ADSCs) are well-known for their regenerative properties, especially towards senescent cells. Extracellular vesicles derived from ADSCs are believed to influence the expression level of the E2 promoter binding factor (E2F1) protein, one of the key proteins regulating the cell cycle. This study aimed to investigate the impact of extracellular vesicles from ADSC-conditioned medium (ADSC-CM) on E2F1 levels and their potential to improve aging cells. METHODS Extracellular vesicles from ADSC-CM were introduced into senescent fibroblasts through transfection. Then, the E2F1 protein levels were measured and compared between transfected and untransfected cells. A total of 18 samples were calculated based on Federer’s formulas. E2F1 protein levels were counted using a cell-based enzyme-linked immunosorbent assay. Senescence-associated beta-galactosidase staining was used to quantify the number of senescent cells in each group, and the microculture tetrazolium technique assay was used to assess cellular metabolic activity. RESULTS The number of senescent cells was lower in the transfected group compared to the untransfected group. ADSC-CM extracellular vesicles-transfected fibroblasts exhibited higher levels of E2F1 protein (0.19 [0.17] ng/ml) compared to untransfected fibroblast (0.06 [0.049] ng/ml; p = 0.048). Higher E2F1 protein levels were associated with reduced senescent fibroblasts and increased metabolic viable fibroblasts in the transfected group. CONCLUSIONS ADSC-CM extracellular vesicles positively affected senescent cells by enhancing the level of E2F1.
SCLERODERMA INDUCED BY PREGNANCY: A RARE CASE Prawitasari, Suci
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 3 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i3.381

Abstract

Pendahuluan: Skleroderma adalah penyakit autoimun langka yang melibatkan kulit dan organ viseral. Kehamilan merupakan salah satu hal yang diduga dapat mencetuskan munculnya penyakit autoimun karena terjadinya microchimerism. Kasus: Perempuan berusia 41 tahun datang dengan keluhan kulit terasa kaku dan gatal sejak 5 bulan yang lalu saat kehamilan usia 4 bulan. Riwayat keluhan seperti ini dirasakan pada saat kehamilan yang pertama. Dari pemeriksaan dermatologi didapatkan makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi membentuk gambaran salt and pepper di regio fasialis dan retroaurikular. Pada regio fasialis, antebrachii dekstra sinistra dan manus dekstra sinistra didapatkan sklerosis kutis. Skor mRSS didapatkan 21. Hasil histopatologi menunjukkan potongan jaringan kulit dengan epidermis tampak flat, jarak antar rete ridge memanjang. Dermis tampak hanya terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen luas, terdapat beberapa pembuluh darah dan infitrat sel radang limfosit disekitarnya, tampak setempat adneksa kulit. Kesimpulan didapatkan biopsi sesuai dengan gambaran skleroderma. Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia dan tes ANA positif. Didapatkan keterlibatan penyakit paru intersisial. Diskusi: Perlunya tata laksana yang tepat dan kewaspadaan karena pasien skleroderma dengan kehamilan memiliki risiko yang tinggi persalinan prematur, intrauterine growth restriction dan berat lahir yang sangat rendah. Kesimpulan: Kehamilan dengan skleroderma dapat memiliki prognosis yang baik bagi ibu dan janin jika ditangani dengan tepat oleh multidisiplin.
KEBERHASILAN KOMBINASI TERAPI MIKOFENOLAT SODIUM DAN AZATHIOPRINE PADA KOEKSISTENSI PEMFIGOID BULOSA DAN PSORIASIS VULGARIS Fitriana, Nadia Aprilia; Yuniaswan, Anggun Putri; Widiatmoko, Arif; Prawitasari, Suci
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 3 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i3.504

Abstract

Pendahuluan: Koeksistensi pemfigoid bulosa dan psoriasis vulgaris merupakan kasus yang jarang dijumpai dan hingga kini patogenesis keduanya belum dapat dijelaskan, sehingga tata laksana pada kasus tersebut masih menjadi tantangan. Pemberian kortikosteroid pada pemfigoid bulosa merupakan kontraindikasi bagi psoriasis vulgaris. Kasus: Pasien laki-laki berusia 47 tahun mengeluhkan bercak merah disertai sisik putih tebal pada area punggung, bokong, kedua tangan dan kaki. Pasien dengan riwayat pemfigoid bulosa dan rutin mendapatkan terapi metilprednisolon dan azatioprin. Pemeriksaan dermatologis menunjukkan multipel plak eritematosa, tertutup skuama putih tebal, Auspitz (+), Karsvlek (+), total Body Surface Area 22% dan Psoriasis Area Severity Index 5,3, serta multipel bula dinding tegang dengan dasar eritematosa. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan Munro’s microabscess yang menunjang gambaran psoriasis vulgaris. Pasien didiagnosis dengan pemfigoid bulosa dan psoriasis vulgaris, serta diberikan terapi mikofenolat sodium dan azatioprin. Diskusi: Kortikosteroid sebagai terapi lini pertama pemfigoid bulosa merupakan kontraindikasi bagi psoriasis. Monoterapi azatioprin pada kasus ini tidak memberikan perbaikan klinis, sehingga diberikan kombinasi azatioprin dengan metotreksat. Adanya kondisi anemia menjadi dasar pertimbangan untuk mengganti metotreksat dengan mikofenolat sodium. Kombinasi azatioprin dan mikofenolat sodium belum pernah dilaporkan sebelumnya. Kesimpulan: Kombinasi azatioprin dan mikofenolat sodium terbukti efektif dalam memberikan perbaikan klinis pada kasus koeksistensi ini.