Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Program belajar bersama maestro dalam pengembangan pendidikan seni di SMA Sugiarto, Mellany Octa Salsabila; Handayaningrum, Warih; Suryandoko, Welly
Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Vol. 22 No. 1 (2024): April
Publisher : FBSB UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/imaji.v22i1.62192

Abstract

Belajar Bersama Maestro (BBM) merupakan wahana belajar di mana peserta didik terlibat dalam proses kreatif yang dilakukan para maestro. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana program Belajar Bersama Maestro menjadi wadah pengembangan seni untuk siswa siswi tingkat SMA. Metode penelitian ini secara deskriptif dengan sumber data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam program Belajar Bersama Maestro pada sanggar Padnecwara pimpinan ibu Retno Maruti terdapat beberapa program untuk mengembangkan potensi pendidikan seni secara non formal pada siswa siswi tingkat SMA yaitu: pelatihan tari Rantaya dan Kumolo Bumi, pelatihan tata rias, pelatihan tata busana, serta pelatihan tata panggung dan artistik. Melalui program-program ini, siswa-siswi dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka di berbagai bidang seni, serta mengasah kemampuan mereka dalam hal tata rias, tata busana, dan tata panggung. Program Belajar Bersama Maestro ini memberikan kesempatan bagi siswa-siswi untuk belajar dari para ahli di bidang seni dan memperluas wawasan mereka dalam dunia seni secara keseluruhan. Kata kunci: Belajar bersama maestro, program, pendidikan seni, SMA Learning with the Maestro (BBM) program in the development of art education in high schools AbstractLearning with the Maestro (BBM) is a learning platform where students engage in the creative processes conducted by maestros. The aim of this study is to describe how the Learning with the Maestro program serves as a medium for the development of art for high school students. This descriptive study uses data from observations, interviews, and documentation. The results show that within the Learning with the Maestro program at the Padnecwara studio, led by Mrs. Retno Maruti, several programs exist to develop the potential of non-formal art education for high school students. These programs include training in Rantaya and Kumolo Bumi dance, makeup training, costume design training, and stage and artistic training. Through these programs, students can develop their skills and knowledge in various arts fields, as well as hone their abilities in makeup, costume design, and stage management. The Learning with the Maestro program provides students the opportunity to learn from experts in the arts and to broaden their horizons in the art world overall. Keywords: Learning with the Maestro, program, art education, high school
Ruwat dalam Cerita Pendek Ruwat: “Pembersihan Negara” dan Konstruksi Sosial Masyarakat Jawa Riswari, Aninditya Ardhana; Sugiarto, Mellany Octa Salsabila
Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Vol. 7 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jabi.v7i2.96008

Abstract

Tradisi ruwat dalam budaya Jawa bukan hanya berlaku bagi individu atau komunitas kecil, tetapi juga dapat dimaknai sebagai upaya pembersihan secara kolektif, termasuk dalam konteks negara yang kemudian dikenal sebagai ruwatan massal. Sebuah karya bertajuk Ruwat ditulis oleh Katarina Retno di tahun 2024 memunculkan tradisi ruwat dalam kisah pergolakan sosial politik Indonesia di tahun 1998. Karya tersebut memberikan gambaran mengenai seruan untuk melakukan ruwatan pada negara, dengan harapan negara dapat kembali “suci”. Untuk itu penelitian ini disusun untuk menganalisis tradisi ruwatan yang dikonstruksikan dalam teks sastra dan menganalisis perkembangan makna mengenai tradisi tersebut dalam ranah kritik sosial. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Penelitian ini menelaah teks Ruwat dan relevansinya dengan struktur sosial masyarakat Jawa yang dipadu dengan penggunaan pendekatan konstruksi sosial Berger dan Luckmann. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, ruwatan dalam Ruwat tidak hanya merepresentasikan ritual adat, tetapi juga menjadi strategi simbolik yang menggugah kesadaran kolektif terhadap ketimpangan struktural. Kedua, ruwatan yang dalam budaya Jawa berfungsi sebagai ritual penyucian dari sukerta dan kesialan, dalam Ruwat justru mengalami pergeseran makna menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan sosial, khususnya dalam konteks tragedi 1998. Simpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa kebudayaan bersifat dinamis dan dapat digunakan sebagai alat untuk menyuarakan kritik serta mendorong transformasi sosial dalam masyarakat.
Aesthetic criticism of dancers' costumes at Jaranan Pegon's performance in Trenggalek Sugiarto, Mellany Octa Salsabila; Mariasa, I Nengah; Yanuartuti, Setyo
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 18 No. 2 (2023)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/dewaruci.v18i2.5191

Abstract

Aesthetic criticism serves as an evaluation of diverse forms of beauty perceived differently by individuals. Costumes worn by Jaranan Pegon dancers adhere to specific standards and regulations during performances, with the dancers donning Wayang Wong attire. This research aims to assess aesthetic criticism by investigating absolutism, anarchy, and relativism in the costumes of Jaranan Pegon dancers. The study employed a descriptive approach with a phenomenological method. The findings revealed that, in accordance with absolutism, Jaranan Pegon dancers' costumes must adhere to established standards or guidelines. From the perspective of anarchy, there is freedom in costume choices, allowing deviation from traditional rules. Relativism permits flexibility in attire, considering various presentation factors while still allowing departures from established guidelines. The significance of this research lies in exploring aesthetic criticism through the lenses of absolutism, anarchy, and relativism in the context of Jaranan Pegon dancers' costumes, shedding light on the varying standards and freedoms associated with costume choices in performances.