WELLY SURYANDOKO
Jurnal Online Program Studi S-1 Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik - Fakultas Bahasa dan Seni UNESA

Published : 28 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

TEKNIK PENCIPTAAN TATA ARTISTIK PADA FOLKLOR JAKA TARUB SUTRADARA MAYA ROSALINDA KRISHADIANTI SUTAHAM, ALI; SURYANDOKO, WELLY
Solah Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian Kekaryaan Tata Artistik Folklor Jaka Tarub dengan Sutradara Maya Rosalinda Krishadianti ini hendak mendeskripsikan teknik Tata Artistik dalam menghidupkan dan memberikan kesan kepada penonton ketika menyaksikan pertunjukan. Artistik memiliki beberapa bagian, antara lain tata panggung, busana, cahaya, suara, rias dan musik yang dapat membantu suatu pementasan menjadi sempurna. Pementasan Jaka Tarub dikemas dengan pendekatan teater lingkungan. Folklor Jaka Tarub menceritakan tentang tujuh bidadari yang turun ke bumi. Salah satu selendang dari bidadari tersebut diambil oleh Jaka tarub, kemudian Nawangwulan, bidadari yang kehilangan selendang berjanji bahwa siapa yang menolong menemukan selendangnya, maka kalau perempuan ia jadikan saudara dan laki-laki akan ia jadikan suami. Akhirnya Jaka tarub menolong dan membawanya pulang. Beberapa bulan mereka menikah dan dianugrahi anak yang diberi nama Nawangsih. Saat Nawangwulan memasak nasi ditemukan selendangnya di lumbung padi, Nawangwulan marah kepada Jaka Tarub karena merasa dibohongi, dan kembali ke kayangan. Ia turun ke bumi hanya pada saat bulan purnama.Setting folklor Jaka Tarub mendekatkan pada bentuk bangunan rumah di Desa Widodaren kecamatan Garih Kabupaten Ngawi tahun 1900 memunculkan kesan dramatis dalam sebuah pertunjukan. Penulis mendekatkan jenis make-up dan kostum di tahun yang sama.. Setelah melakukan observasi melalui data verbal, data visual, penulis membuat desain setting, make-up, kostum, plot lampu pada pertunjukan ini. Visualisasi pada pertunjukan Jaka Tarub menggunakan make-up korektif, karakter, dan efek. Perkembangan bahkan perubahan pada tata panggung, make-up, kostum, lampu juga musik dilakukan dengan pendekatan kultural Jawa Mataraman. Penyesuaian hingga pergantian yang dilakukan sutradara pada aktor mempengaruhi penataan artistik.Kata Kunci: Tata Artistik, Folklor, Jaka Tarub
TEKNIK PENCIPTAAN TATA ARTISTIK PADA NASKAH “HEART OF ALMOND JELLY” KARYA WISHING CHONG SUTRADARA DIMAS ADI PUTRA ANUGRA ROSZITA, ONI; SURYANDOKO, WELLY
Solah Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tata artistik merupakan salah satu unsur pendukung seni Teater dengan elemen penting yang memiliki beberapa bagian didalamnya, yakni Tata panggung atau biasanya disebut setting. Setting merupakan bentuk ruang beserta perangkatnya yang diciptakan oleh penata artistik untuk menunjukan kepada penonton tentang latar peristiwa pada naskah. Make-up adalah hal yang penting dalam pertunjukan karena dengan menggunakannya kita dapat memberitahukan karakter tokoh dan dengan busana dapat menunjukkan identitas suatu tokoh. Tiga elemen tersebut merupakan keinginan penulis untuk mengerjakannya, sehingga penulis memilih naskah ?Heart of Almond Jelly?, karya Wishing Chong, Sutradara Dimas Adi Putra.?Heart of Almond Jelly? akan dikemas dengan Gaya Pementasan Realis, yakni bentuk pertunjukan yang sangat sering disajikan atau dipertunjukan. Namun pada umumnya ketika menciptakan bentuk visual tata artistik seorang penata jarang menganalisis ataupun mengkaji lebih detail hingga memiliki adanya sebuah konsep untuk memperkuat dan lebih detail dalam melakukan penciptaan tata artistik, sehingga ketika penulis melakukan sebuah proses penciptaan maka sebagai penata artistik, penulis harus benar - benar memperhitungkan pertimbangan naskah, realita, dan konsep sutradara dengan tujuan untuk memberi kesesuaian pada keinginan konsep sutradara ataupun kenyamanan pandangan penonton dalam menyaksikan pertunjukan teater. Naskah ?Heart Of Almond Jelly? karya Wishing Chong, dialihbahasakan kedalam bahasa Inggris oleh Keiko Tsunade & Peter Marsh, dan dialihbahasakan kedalam bahasa Indonesia oleh Teguh Heri Prasetyo & Yoko Nomura, dengan penyalaras teks Gunawan Maryanto. Naskah ini dibuat pada tahun 2000, menceritakan curahan sepasang kekasih sebelum berpisah pada malam natal. Tatsuro tokoh laki - laki berperan sebagai husband, dan pengangguran menjadikannya salah satu penyebab perpisahan dengan Sayoko. Sayoko merupakan tokoh perempuan yang memiliki karakter pekerja keras, dan karena masalah keguguran ketika proses kelahiran, hubungan pasangan rumah tangga yang mereka jalani mulai kacau. Selain itu, karena mereka menganggap bahwa hubungan rumah tangga yang dibangun hanyalah sebuah lelucon tetangga, maka mereka memutuskan untuk berpisah ketika malam natal yang diakhiri dengan pelukan.Jenis karya setting yakni, interior set dengan acuan metode penciptaan tata artistik, pada ?The set deigner?s role? dengan pendekatan dekorasi (scenery) dengan pendekatan latar peristiwa pada tahun 2000, dikawasan kastil Himeji dengan bentuk visual interior rumah. Selanjutnya yakni tata rias atau make-up penulis memilih Make-up Korektif dengan acuan teknik Nearly natural yang ditulis oleh Mary Quant menggunakan jenis make- up korektif dan kostum dengan pendekatan tahun 2000. Penciptaan tata artistik akan berusaha divisualisasikan oleh penulis dan mengaplikasikannya dengan pendekatan suasana Jepang pada tahun 2000. Ketika penulis melakukan sebuah proses penciptaan maka sebagai penata artistik, penulis terlebih dahulu melakukan observasi melalui data verbal, data visual hingga membuat desain tentang setting, make-up dan kostum pada pertunjukkan ini. yang nantinya dibuat atau di visualisasikan secara utuh dalam sebuah pertunjukkan. Untuk membuat sebuah pertunjukan yang utuh atau menghadirkan sebuah suasana Jepang tahun 2000 tidaklah mudah, karena penulis harus benar - benar memperhitungkan pertimbangan naskah, realita, dan konsep sutradara dengan tujuan untuk memberi kesesuaian pada keinginan konsep sutradara dan kenyamanan pandangan penonton dalam menyaksikan pertunjukan teater oleh karena itu ketika proses tahap satu hingga pertunjukan terjadi, banyak sekali perubahan ataupun perkembangan dari segi setting, make-up, dan kostum. Perubahan dan perkembangan terjadi karena dibutuhkan adanya penyesuaian dari wilayah panggung, hingga perkembangan adegan yang dilakukan oleh sutradara terhadap pemain, sehingga bisa mempengaruhi rancangan dan bentuk tata artistik untuk lebih di sesuaikan kembali dengan perkembangan adegan dari sutradara.Kata Kunci : Heart of Almond Jelly, Tata artistik, Setting, Make-up, dan Tata Busana
ANALOGI POLITIS MONOLOG NON REALIS DI JAWA Suryandoko, Welly
GETER Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan Teater di Jawa mengikuti perjalanan genre teater barat yang dipolitisir, termasuk salah satunya yang mengisi ruang teater di Jawa adalah monolog, mengedepankan pada kekuatan aktor secara individu, dalam hal ini seorang aktor monolog bermain sendiri didukung dengan unsur-unsur pendukung yang menguatkan pertunjukan monolog, dalam monolog kemasan pertunjukan memiliki bentuk yang serupa dengan drama non realis dan realis juga terdapat dalam monolog, pada perkembangannya non realis atau bentuk yang ingin lepas dari nalar dan menolah konvensi-konvensi realis, kebebasan bentuk aktor monolog dapat terjadi pada bentuk monolog non realis ini. Perkembangan monolog non realis ini pun mengikuti perjalanan kesungguhan dalam berproses dan ketidak sungguh-sungguhan dalam berproses. Maka,  pelaku akan memilih non realis sebagai teater kaya namun miskin, atau realis sebagi teater miskin namun kaya. Fenomena itu terjadi mulai saat ini hingga kesungguhan berteater aktor monolog  muncul.
Estetika Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari Suryandoko, Welly
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/vt.v1n2.p25-31

Abstract

Unsur Drama Musikal terdiri dari drama tari dan musik. Masing-masing variabel tersebut menjadi dimensi penguat dalam pertunjukan Drama Musikal. Termasuk musik, selain instrumen yang dapat menghasilkan musik ilustrasi pada adegan tertentu atau suasana adengan tertentu. Paduan suara dalam Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari sebagai penggerak plot. Peranan paduan suara dalam pertunjukan ini adalah a) Dimensi peran paduan suara terbagi menjadi empat hal 1) paduan suara sebagai aktor, 2) paduan suara sebagai penguat peristiwa, 3) paduan suara sebagai penonton ideal, 4) paduan suara dan gerak tari. b) Estetika paduan suara terbagi menjadi lima hal 1) solois dalam paduan suara, 2) lagu pembuka paduan suara, 3) lagu adengan suasana, 4) lagu klimaks, dan 5) lagu penutup drama musikal. Perspektif diatas dikaji menggunakan kajian estetika untuk menganalisis Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari yang menceritakan kisah heroik tokoh dimasa Rosulullah Muhammad SAW. Melalui analisis tersebut akan dihasilkan spektrum estetika Paduan Suara dalam Drama Musikal.Kata kunci: estetika, paduan suara, drama musikal
ANALOGI POLITIS MONOLOG NON REALIS DI JAWA Suryandoko, Welly
GETER Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v3n1.p78-92

Abstract

Pertumbuhan Teater di Jawa mengikuti perjalanan genre teater barat yang dipolitisir, termasuk salah satunya yang mengisi ruang teater di Jawa adalah monolog, mengedepankan pada kekuatan aktor secara individu, dalam hal ini seorang aktor monolog bermain sendiri didukung dengan unsur-unsur pendukung yang menguatkan pertunjukan monolog, dalam monolog kemasan pertunjukan memiliki bentuk yang serupa dengan drama non realis dan realis juga terdapat dalam monolog, pada perkembangannya non realis atau bentuk yang ingin lepas dari nalar dan menolah konvensi-konvensi realis, kebebasan bentuk aktor monolog dapat terjadi pada bentuk monolog non realis ini. Perkembangan monolog non realis ini pun mengikuti perjalanan kesungguhan dalam berproses dan ketidak sungguh-sungguhan dalam berproses. Maka,  pelaku akan memilih non realis sebagai teater kaya namun miskin, atau realis sebagi teater miskin namun kaya. Fenomena itu terjadi mulai saat ini hingga kesungguhan berteater aktor monolog  muncul.
Estetika Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari Suryandoko, Welly
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/vt.v1n2.p25-31

Abstract

Unsur Drama Musikal terdiri dari drama tari dan musik. Masing-masing variabel tersebut menjadi dimensi penguat dalam pertunjukan Drama Musikal. Termasuk musik, selain instrumen yang dapat menghasilkan musik ilustrasi pada adegan tertentu atau suasana adengan tertentu. Paduan suara dalam Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari sebagai penggerak plot. Peranan paduan suara dalam pertunjukan ini adalah a) Dimensi peran paduan suara terbagi menjadi empat hal 1) paduan suara sebagai aktor, 2) paduan suara sebagai penguat peristiwa, 3) paduan suara sebagai penonton ideal, 4) paduan suara dan gerak tari. b) Estetika paduan suara terbagi menjadi lima hal 1) solois dalam paduan suara, 2) lagu pembuka paduan suara, 3) lagu adengan suasana, 4) lagu klimaks, dan 5) lagu penutup drama musikal. Perspektif diatas dikaji menggunakan kajian estetika untuk menganalisis Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari yang menceritakan kisah heroik tokoh dimasa Rosulullah Muhammad SAW. Melalui analisis tersebut akan dihasilkan spektrum estetika Paduan Suara dalam Drama Musikal.Kata kunci: estetika, paduan suara, drama musikal
Program belajar bersama maestro dalam pengembangan pendidikan seni di SMA Sugiarto, Mellany Octa Salsabila; Handayaningrum, Warih; Suryandoko, Welly
Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Vol. 22 No. 1 (2024): April
Publisher : FBSB UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/imaji.v22i1.62192

Abstract

Belajar Bersama Maestro (BBM) merupakan wahana belajar di mana peserta didik terlibat dalam proses kreatif yang dilakukan para maestro. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana program Belajar Bersama Maestro menjadi wadah pengembangan seni untuk siswa siswi tingkat SMA. Metode penelitian ini secara deskriptif dengan sumber data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam program Belajar Bersama Maestro pada sanggar Padnecwara pimpinan ibu Retno Maruti terdapat beberapa program untuk mengembangkan potensi pendidikan seni secara non formal pada siswa siswi tingkat SMA yaitu: pelatihan tari Rantaya dan Kumolo Bumi, pelatihan tata rias, pelatihan tata busana, serta pelatihan tata panggung dan artistik. Melalui program-program ini, siswa-siswi dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka di berbagai bidang seni, serta mengasah kemampuan mereka dalam hal tata rias, tata busana, dan tata panggung. Program Belajar Bersama Maestro ini memberikan kesempatan bagi siswa-siswi untuk belajar dari para ahli di bidang seni dan memperluas wawasan mereka dalam dunia seni secara keseluruhan. Kata kunci: Belajar bersama maestro, program, pendidikan seni, SMA Learning with the Maestro (BBM) program in the development of art education in high schools AbstractLearning with the Maestro (BBM) is a learning platform where students engage in the creative processes conducted by maestros. The aim of this study is to describe how the Learning with the Maestro program serves as a medium for the development of art for high school students. This descriptive study uses data from observations, interviews, and documentation. The results show that within the Learning with the Maestro program at the Padnecwara studio, led by Mrs. Retno Maruti, several programs exist to develop the potential of non-formal art education for high school students. These programs include training in Rantaya and Kumolo Bumi dance, makeup training, costume design training, and stage and artistic training. Through these programs, students can develop their skills and knowledge in various arts fields, as well as hone their abilities in makeup, costume design, and stage management. The Learning with the Maestro program provides students the opportunity to learn from experts in the arts and to broaden their horizons in the art world overall. Keywords: Learning with the Maestro, program, art education, high school
EKSISTENSI TERMINAL BUDAYA PADA KELOMPOK PELAJAR DI GRESIK-LAMONGAN Alifah, Siti Nur; Suryandoko, Welly
Jurnal Pendidikan Sendratasik Vol 13 No 1 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jps.v13n1.p202 - 216

Abstract

PENDIDIKAN SENI RUPA DI INDONESIA: SEJARAH, PERAN DAN TANTANGAN MASA DEPAN awalini, Tika; Handayaningrum, Warih; Suryandoko, Welly
PRASI Vol. 18 No. 02 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v18i02.63181

Abstract

Art education in Indonesia has an important role in forming a young generation who is creative, cultured, and cares about local and global art and culture. This includes cultural identity, character building, and creativity, as well as contributions to empowering the creative economy that need special attention from the government. This study aims to find out (1) the history of art education in Indonesia, (2) the role of art education, and (3) the hopes and challenges associated with the future of art education in the world of education in Indonesia. This research was written using the library research method, which uses a literature review analysis approach taken from articles and books both online and offline. The results of this study are that art education in Indonesia has a long history and was once an important subject in the Indonesian education curriculum. Art education, especially fine arts, has a major contribution to individual development, including emotional, mental, creative, social, physical and also aesthetics. Creativity is an important and influential aspect in human life. Fine arts education is one of the lighters that can be used as the vehicle and the most appropriate way to prepare the nation's creative next generation. The attention of the government and all stage holders in making policies is urgently needed so that the essence of art education which contains various benefits can have an impact on the next generation of the nation. Keywords : Art education, history, roles and challenges. Abstrak Pendidikan seni di Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda yang kreatif, berbudaya, dan peduli terhadap seni dan budaya lokal serta global. Hal tersebut mencakup identitas budaya, pembentukan karakter, dan kreativitas, serta kontribusi pada pemberdayaan ekonomi kreatif yang perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) sejarah dari pendidikan seni rupa yang ada di Indonesia, (2) peran dari pendidikan seni rupa, serta (3) harapan dan tantangan yang di terkait dengan masa depan pendidikan seni rupa dalam dunia pendidikan di Indonesia. Penelitian ini ditulis menggunakan metode library research, yaitu menggunakan pendekatan analisis kajian pustaka yang diambil dari artikel dan buku baik secara online ataupun offline. Hasil dari penelitian ini adalah pendidikan seni rupa di Indonesia memiliki sejarah panjang dan sempat menjadi mata pelajaran penting di kurikulum pendidikan Indonesia. Pendidikan seni khususnya seni rupa memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan individu antara lain emosi, mental, kreativitas, sosial, fisik dan juga estetika. Kreativitas menjadi salah satu aspek penting dan berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pendidikan seni rupa menjadi salah satu pemantik yang dapat digunakan sebagai wahana dan cara yang paling tepat untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang kreatif. Perhatian dari pemerintah dan semua stage holder dalam membuat kebijakan sangat dibutuhkan agar esensi pendidikan seni rupa yang mengandung berbagai manfaat dapat berdampak bagi generasi penerus bangsa.
KREATIVITAS JAJULAIDIK DALAM PENCIPTAAN KARYA TARI BANYUWANGI Anggraini, Estu Candra; Rahayu, Eko Wahyuni; Yuwana, Setya; Sabri, Indar; Suryandoko, Welly
Joged Vol 23, No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v23i2.14161

Abstract

RINGKASANProses berkarya seorang seniman tidak akan terpisah dari sebuah proses kreativitas. Jajulaidik merupakan salah satu seniman Banyuwangi yang dikenal akan konsistensi dan kreativitasnya dalam menciptakan karya tari kreasi yang bersumber dari tradisi dan nilai kearifan lokal Banyuwangi. Karya dan sanggar seninya sering mewakili Banyuwangi dan menjuarai berbagai kompetisi tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Sebagai seniman Banyuwangi yang sudah berpengalaman, menarik minat peneliti untuk mengkaji tentang biografi, prestasi karya tari, proses kreatif, dan konsep kekaryaan Jajulaidik. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini tentunya untuk mendeskripsikan dan menganalisis lebih dalam terkait biografi, prestasi karya tari, proses kreatif, dan konsep kekaryaan dari Jajulaidik. Hal ini akan dikaji menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif beserta pendekatan fenomenologi. Didukung dengan teknik pengumpulan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitiannya yaitu kreativitas dan penghayatannya dalam berkarya telah membawa karyanya memperoleh berbagai kejuaraan di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Konsistensi berkaryanya di bidang seni pertunjukan juga membawa Jajulaidik diamanahi untuk mengemban berbagai tanggung jawab di beberapa pertunjukan yang ada di Banyuwangi. Potensi seni yang ada dalam dirinya juga dipengaruhi oleh faktor genetik keluarganya. ABSTRACT Jajulaidik’s Creativity in Banyuwangi Dance Creation. The creative process of an artist cannot be separated from the creative process. Jajulaidik is one of the Banyuwangi artists who is known for his consistency and creativity in creating creative dance works that originate from the traditions and values of local Banyuwangi wisdom. His works and art studios often represent Banyuwangi and win various district, such a provincial and national competitions. As an experienced Banyuwangi artist, it attractedresearcher’s interest in studying Jajulaidik's biography, dance performance, creative process and concept of work. Based on the problem formulation, the aim of this research is of course to describe and analyse more deeply the biography, dance achievements, creative process and concept of Jajulaidik's work. This will be studied using descriptive qualitative research methods along with a phenomenological approach. The data collection techniques in the form are observation, interviews and documentation. The results of his research are his creativity and appreciation for his work, have brought his work to various championships at district, provincial and national levels. The consistency of his work in the field of performing arts has also led to Jajulaidik being entrusted with various responsibilities in several performances in Banyuwangi. His artistic potential is also influenced by his family's genetic factors.