Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis Permasalahan Teropong Menabrak Pada Mesin Shuttle GA615D Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis Nazar, Yunus; Helvianto, Ahmad Wimbo; Maulana, Jagat Dewa; Wijayono, Andrian; Nurazizah, Verawati
Jurnal Tekstil Vol 7 No 1 (2024): Vol 7 No 1 Juni 2024
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v7i1.70

Abstract

Pada saat melakukan penelitian di industri terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada Divisi Weaving I dengan permasalahan dominan yaitu teropong menabrak. Teropong menabrak merupakan suatu kondisi dimana teropong berhenti ditengah mesin dan terhantam oleh sisir tenun sehingga menyebabkan teropong tersangkut pada kain hasil pertenunan. Hal ini dapat menghambat proses produksi dan dapat merusak kain yang dihasilkan. Pengambilan data melalui observasi, wawancara, serta pengisian kuisioner kepada pihak-pihak terkait. Penyebab teropong menabrak yang paling dominan yaitu karena picking motion atau gerakan peluncuran pakan. Untuk itu penelitian akan difokuskan pada teropong menabrak yang disebabkan karena picking motion. Faktor-faktor penyebab teropong menabrak antara lain andongan tidak dapat mengerem picking stick dengan baik, picking stick aus atau bengkok, penyetelan bowl nok tidak tepat, pukulan side lever lemah, dan aus pada beberapa bagian mesin seperti bowl nok, picker, dan picking nose. Metode Failure Mode Effect Analyis (FMEA) telah digunakan untuk mengetahui dan melakukan evaluasi potensi kegagalan berdasarkan dampak yang dihasilkan. Faktor penyebab kerusakan dengan nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi yaitu andongan tidak dapat mengerem picking stick dengan baik dengan nilai RPN sebesar 350. Tindakan penanganan yang dilakukan adalah dengan membuat daftar perawatan pada part picking motion mesin shuttle sebagai upaya meminimalisir terjadinya permasalahan teropong menabrak.
Pengendalian Aval Pakan pada Mesin Shuttle Amar; Nazar, Yunus; Titik Lestari, Heru
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020): Vol 3 No 1 Juli 2020
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.7

Abstract

Setiap kegiatan produksi pertenunan yang dilakukan menghasilkan produk kain tenun mentah (grey, yaitu kain tenun mentah dari benang rayon, Teteron Cotton dan kain tenun mentah dari benang tetoron rayon, untuk memenuhi permintaan pasar lokal dalam negeri. Alur proses pembuatan kain tenun antara lain sebagi berikut: mulai order, bahan baku masuk warping untuk digulung benangnya dari beberapa cone ke beam warping sejajar satu sama lain, lalu diproses sizing setelah selesai masuk diproses reaching atau tying, lalu weaving (tenun), hasil kain masuk proses inspecting, folding, packing, konsumen. Pada saat melaksanakan proses produksi untuk mendapatkan kualitas yang baik diperlukan suatu perencanaan produksi, pengendalian produksi, pemeliharaan dan mesin, dan pengendalian mutu pada material, proses dan produk. Untuk meningkatkan hasil produk kain sesuai standart, dan target dari perusahaan, dan menekan tingginya aval yang di hasilkan, salah satunya adalah aval benang pakan. Dalam hal ini adalah aval benang pakan yang di hasilkan oleh mesin shuttle loom. Dengan mengendalikan aval benang pakan akan berpengaruh terhadap kwantitas dan kwalitas kain. Di dalam proses produksi masalah yang sering muncul selain cacat kain adalah tingginya aval benang pakan dari mesin shuttle yang lebih dari target yang di tetapkan oleh perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dipakailah metode sebab dan akibat yang dianggap salah satu metode yang baik, didalam metode sebab dan akibat terdapat pemecahan masalah yang dipakai untuk menyelesaikan masalah tingginya aval benang pakan yang terjadi di mesin shuttle loom. Untuk memecahkan masalah tingginya aval benang di mesin shuttle loom antara lain; man, material, method, machine. Pada pemecahan masalah tersebut masih harus dicari satu persatu dianalisa penyebab masalah yang mengakibatkan terjadinya aval benang pakan tinggi antara lain; man, perawatan mesin pirn winding dan kebersihan mesin pirn winding, perwatan piler, teropong. Material; bobin palet yang sudah tidak standart, holder yang aus. Method; gulungan buncing yg masih manual, Machine; awal buncing yg tidak sempurna, holder di teropong kocak.Untuk mengatasi permasalahan yang menyebabkan aval benang pakan tinggi dilakukan dengan cara perawatan dan pengawasan untuk mengendalikan aval benang pakan pada mesin shuttle loom.
Identifikasi Konstruksi dan Kualitas Kain Mori Sebagai Bahan Baku Pembuatan Batik Rumiyati, Valentina Sri Pertiwi; Putranto, Adhy Prastyo Eko; Amar, Amar; Nazar, Yunus; Oktaviani, Bintan
Jurnal Tekstil Vol 5 No 1 (2022): Vol 5 No 1 Juni 2022
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i1.21

Abstract

Penelitian berjudul Identifikasi Konstruksi dan Kualitas Kain Mori sebagai Bahan Baku Pembuatan Batik dilakukan karena adanya permasalahan yang timbul di home industri batik antara lain belum mengetahui jenis konstruksi kain mori dan kualitasnya yang paling sesuai untuk membuat produk batik yang berkualitas, oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan identifikasi konstruksi dan kualitas kain mori yang biasa digunakan di home industry batik. Tujuan penelitian adalah mengetahui konstruksi dan kualitas kain mori yang digunakan di home industri dan setelah diketahui konstruksi dan kualitasnya. maka para pengusaha batik mampu memilih kain mori yang berkualitas. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode experiment yaitu membandingkan hasil uji kain mori yang digunakan sebagai bahan untuk batik yang diambil dari tujuh home industry di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan SNI 08-0281-2004, Kain Mori Prima dan SNI 08-0280-2004, Kain Mori Primisima. Penelitian dilaksanakan di AK Tekstil Solo yaitu di Laboratorium pengujian. Parameter yang diuji adalah konstruksi (nomor benang dan anyaman) dan sifat fisik (lebar kain, berat kain per m2, kekuatan tarik/2,5 mm arah lusi dan pakan, serta kekuatan sobek arah lusi dan pakan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel B dan D memenuhi persyaratan SNI 08-0281-2014, Kain Mori Prima kelas 1. Sampel A dan C memenuhi persyaratan SNI 08-0281-2014, Kain Mori Prima kelas 2 kecuali untuk parameter berat kain, Sampel E memenuhi persyaratan SNI 08-0281-2014, Kain Mori Prima kelas 2 kecuali untuk parameter kekuatan Tarik arah pakan. Sampel F memenuhi persyaratan SNI 08-0280-2014, Kain Mori Primisima kelas 2 kecuali parameter lebar kain, nomor benang (Ne) benang lusi, dan kekuatan Tarik arah pakan. Sampel G memenuhi persayaratan SNI 08-0281-2014, Kain Mori Prima kelas 2 kecuali parameter berat kain, nomor benang (Ne) lusi dan pakan.
Pengaruh Tetal Kain Mori terhadap Penyerapan Zat Warna pada Proses Pembuatan Motif Batik dengan Teknik Pencapan Rumiyati, Valentina Sri Pertiwi; Putranto, Adhy Prastyo Eko; Amar, Amar; Nazar, Yunus; Oktaviani, Bintan
Jurnal Tekstil Vol 6 No 2 (2023): Vol 6 No 2 Desember 2023
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v6i1.51

Abstract

Kain mori adalah kain tenun kapas yang memiliki anyaman polos, tetal rapat, sudah diputihkan dan tanpa atau diberi penyempurnaan kanji, digunakan untuk bahan batik. Kain mori yang tersedia di industri tidak sesuai dengan harapan khususnya dalam hal zat warna yang terserap pada kain. Penelitian  dilakukan untuk mengetahui pengaruh tetal kain mori terhadap  penyerapan zat  warna pada proses pembuatan motif batik cap dengan teknik pencapan. Penelitian menggunakan metode experiment, sampel kain diambil di Industri Kain Tenun DIY sebanyak tiga sampel   yaitu KM 125, KM 309, KM 2243. Masing-masing sampel diperlakukan sama yaitu kain mori diproses menjadi kain motif batik dengan teknik pencapan. Proses pencelupan dikerjakan dalam media air tanah,  menggunakan pewarna naftol 3 g/l, soda kostik (NaOH teknis dalam bentuk bubuk) 1,5 g/l dan garam naftol 9 g/l. Air yang dibutuhkan untuk proses pewarnaan 3,5 l/lembar kain mori dengan panjang 2,5 m lebar 1,20 m. Kain motif batik dengan teknik pencapan, diuji ketuaan warna dan tahan luntur zat warna terhadap pencucian sabun, dinilai dengan perubahan warna menggunakan grey scale, dan penodaan menggunakan staining scale, mengacu SNI-ISO-7211:2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tetal kain yang berbeda berpengaruh terhadap penyerapan zat warna ke dalam kain motif batik dengan teknik pencapan, Semakin tinggi tetal kain, kerapatan semakin tinggi dan semakin banyak menyerap zat warna yang menjadikan warna kain semakin tua/gelap. Kain mori KM 309 dan KM 125 mempunyai warna sangat tua sedangkan KM 2243 mempunyai  warna tua. Tetal kain tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur zat warna terhadap pencucian.
Perhitungan dan Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) sebagai Upaya Meningkatkan Produktivitas Mesin AJL Toyota JAT810 Nazar, Yunus; Astrini, Galuh Yuli; Putri, Adhelia Safira
Jurnal Tekstil Vol 6 No 2 (2023): Vol 6 No 2 Desember 2023
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v6i2.67

Abstract

Divisi Weaving PT X pada Bulan Desember 2021 memproduksi kain grey sepanjang 1.952.612,09 meter dengan efisiensi 70,65% dan total grade D (aval) sebanyak 3,73%. Hasil yang dicapai belum memenuhi target dengan panjang 2.150.000 meter, efisiensi lebih dari 75%, dan grade D kurang dari 2%. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan fokus perhitungan nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan analisis Six Big Losses pada periode bulan Maret 2022 sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas mesin AJL Toyota JAT810. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai availability sebesar 91,88%, performance efficiency sebesar 78,27%, dan rate of quality product sebesar 99,06%. Rata-rata nilai OEE sebesar 72,07% dan berada di bawah nilai standar (>85%). Nilai dari six big losses yaitu breakdown losses sebesar 8,81%, setup and adjustment losses sebesar 8,18%, idling and minor stoppage losses sebesar 56,95%, reduced speed sebesar 24,59%, process defect sebesar 1,43%, dan reduced yield sebesar 0,04%. Berdasarkan analisis diagram fishbone, tidak tercapainya nilai standar OEE (>85%) disebabkan oleh faktor mesin, metode, manusia, lingkungan, dan material. Usulan untuk mengatasi permasalahan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas mesin yaitu memprediksi lifetime spare part dalam penyusunan jadwal pemesanan dan kontrol persediaan spare part, meningkatkan skill kerja operator dengan memberikan pelatihan, pengendalian terhadap stok beam, pengendalian kualitas benang lusi dan pakan, serta pengontrolan terhadap temperatur dan RH.
Analysis of Priority Improvement in Draft Quality of Sizing Using Grey Theory in FMEA Pujianto, Hendri; Nazar, Yunus; Mohadi, Mohadi; Gultom, Dora Virma Yolanda; Nasihardani, Dana
IJIEM - Indonesian Journal of Industrial Engineering and Management Vol 6, No 1: February 2025
Publisher : Program Pascasarjana Magister Teknik Industri Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/ijiem.v6i1.29858

Abstract

Draft quality is a crucial problem in the sizing section. There were 3889 warp yarn breaks for six months. The study aims to decrease quality draft defects by applying the grey theory in the traditional FMEA. After analyzing the flow process, 41 potential causes (PC) were found from 12 potential failure modes in 7 areas. There is no significant difference in the top 5 rankings of the RPN assessment on traditional FMEA and grey theory. However, there is a slight difference in ranking on 5 PC. The first priority (RPN= 48; GR=0.588) is in the beam shaft with the creel unaligned in the beam installation (pneumatic piston not parallel). The last priority (RPN= 4; GR=0.857) is a less oiling. This research can recommend an improvement sizing process based on the proposed repairs or maintenance list, using the Grey theory in the FMEA method to decrease the weaving industry defect rate.  
PENGARUH NOMOR BENANG PAKAN TERHADAP KEKUATAN FISIK KAIN DENIM RUMIYATI, V SRI PERTIWI; PUTRANTO, ADHY PRASTYO EKO; AMAR, AMAR; NAZAR, YUNUS; OKTAVIANI, BINTAN; ROSYADI , HEFNI
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 4 No. 2 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v4i2.2773

Abstract

The aim of this research is to determine the type of weft thread that can be used to make denim fabric according to SNI 0560:2008 in terms of its physical properties (tensile strength and tear strength). The research method that will be used is the experimental research method. The materials used for research are one type of warp thread OE 16, three types of weft thread namely OE 9, OE 11 and OE 13, each type of thread has a different tetal, namely 46, 50 and 54. Denim fabric is made using a Rapier machine. Picanol, 2/1 twill woven, carried out at the Solo AK Textile Workshop. The resulting denim fabric was tested for tensile strength in the warp & weft direction and tear strength in the warp & weft direction. The test results were evaluated and compared with the quality requirements for denim fabric according to SNI 0560:2008 and the influence of two factors, namely number and thread retention on physical strength, was analyzed using a simple factorian. Tensile and tear strength testing was carried out at the Yogyakarta Handicraft and Batik Industry Certification and Services Center. The results of the research show that the weft thread number has a significant effect on the tensile strength of denim woven fabric in the warp direction, that is, the greater the thread number, the higher the tensile strength in the warp direction, likewise the thread number has a significant effect on the tear strength in the weft direction, namely the greater the thread number, the lower the tear strength. towards the feed. Yarn number does not have a significant effect on the tensile strength of denim woven fabric in the weft direction and the tear strength of denim woven fabric in the warp direction. Tenum denim fabric products processed using OE 16 warp threads, OE 9, 11, 13 tetal 46, 50 and 54 warp threads meet the requirements of SNI 0560:2018 in terms of fabric weight, tensile strength and tear strength. ABSTRAKTujuan penelitian  adalah mengetahui jenis benang pakan yang dapat digunakan untuk membuat kain denim sesuai SNI 0560:2008 ditinjau dari sifat fisiknya (kekuatan tarik, dan kekuatan sobek). Metode penelitian yang akan digunakan  adalah metode penelitian eksperimen. Bahan yang digunakan untuk penelitian yaitu satu jenis benang lusi OE 16, tiga jenis benang pakan yaitu OE 9, OE 11, dan OE 13, masing-masing jenis benang mempunyai tetal yang berbeda yaitu 46, 50 dan 54. Kain denim dibuat menggunakan mesin Rapier Picanol, anyaman twill 2/1, dilaksanakan di Workshop  AK-Tekstil Solo. Kain denim yang dihasilkan dilakukan uji kekuatan tarik arah lusi dan pakan serta kekuatan sobek arah lusi dan pakan. Hasil uji dievaluasi dan dibandingkan dengan syarat mutu kain denim sesuai SNI 0560:2008 serta pengaruh dua factor yaitu nomor  dan tetal benang terhadap kekuatan fisik, dianalisis menggunakan factorial sederhana. Pengujian kekuatan tarik dan sobek dilaksanakan di Balai Besar Sertifikasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan Dan Batik Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nomor benang pakan berpengaruh signifikan terhadap kekuatan tarik kain tenun denim arah lusi yaitu semakin besar nomor benang semakin tinggi kekuatan tariknya ke arah lusi, demikian juga nomor benang berpengaruh signifikan terhadap kekuatan sobek arah pakan yaitu semakin besar nomor benang semakin rendah kekuatan sobeknya ke arah pakan. Nomor benang tidak berpengaruh signifikan terhadap kekuatan tarik kain tenun denim arah pakan dan kekuatan sobek kain tenun denim kearah lusi. Produk kain tenum denim yang diproses menggunakan benang lusi OE 16, benang pakan OE 9, 11, 13 tetal 46, 50, dan 54 memenuhi persyaratan SNI 0560:2018 ditinjau dari berat kain, kekuatan tarik dan kekuatan sobek.