This study aims to explore the role of spiritual leadership in influencing the spiritual development of youth at the Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cakraningratan Surakarta. Spiritual leadership is understood as a leadership model rooted in Christian values, exemplary life, and submission to God's sovereignty. The study employs a qualitative case study approach. Data were collected through in-depth interviews with pastors, church elders, youth committee leaders, and active youth members, supported by observations and church documentation. The findings reveal that spiritual leadership significantly impacts youth faith formation. Youth guided by spiritual, communicative, and consistent leaders demonstrate increased involvement in ministry, reflective decision-making, and deeper personal spirituality. However, the study also identifies gaps between the ideal model and current practice, including leadership absence, lack of personal discipline, and ineffective communication. These findings highlight the importance of continuous development of spiritual leadership within church-based youth ministry. Authentic spiritual leaders serve as catalysts for nurturing the faith of the younger generation. This study contributes both theoretically and practically to the development of a contextual, spiritually grounded leadership model relevant to the contemporary church context. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran kepemimpinan rohani dalam memengaruhi perkembangan spiritual pemuda di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cakraningratan Surakarta. Kepemimpinan rohani dipahami sebagai bentuk kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai Kristiani, keteladanan hidup, dan ketundukan terhadap kedaulatan Tuhan. Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pendeta, majelis pamong, ketua komisi pemuda, serta anggota pemuda aktif, didukung oleh observasi dan dokumentasi kegiatan gereja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan rohani memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan iman pemuda. Pemuda yang dipimpin oleh figur yang rohani, komunikatif, dan konsisten menunjukkan peningkatan partisipasi dalam pelayanan, pengambilan keputusan yang reflektif, dan kedalaman spiritualitas pribadi. Namun demikian, penelitian juga menemukan adanya kesenjangan antara kepemimpinan ideal dan praktik di lapangan, seperti kurangnya kehadiran pemimpin, minimnya disiplin pribadi, dan komunikasi yang tidak efektif. Implikasi dari temuan ini menegaskan pentingnya pembinaan kepemimpinan rohani secara berkelanjutan dalam pelayanan kategorial pemuda. Pemimpin rohani yang otentik dapat menjadi motor penggerak pembentukan iman generasi muda gereja. Penelitian ini memberikan kontribusi teoritis dan praktis bagi pengembangan model kepemimpinan berbasis spiritualitas yang kontekstual dan relevan dalam gereja masa kini.