Abstrak: Kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris menjadi perhatian pengurus pondok An Nahdlah Malaysia, untuk bisa dikuasai oleh para santri. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan para santri dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Pelatihan ini diikuti sebanyak duapuluh lima santri dan dilakukan dalam tiga tahap: persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sehingga penggunaan metode ceramah, Focus Group Discussion dan praktik digunakan dalam pelatihan ini. Di samping itu, terciptanya modul pembelajaran pidato dalam Bahasa Inggris untuk santri, juga setelah diadakan posttest dengan cara mereka melakukan pidato dalam Bahasa Inggris, sehingga menghasilkan delapanbelas santri atau 72% yang mampu berbicara dalam Bahasa Inggris secara lancar. Selain itu, tujuh santri (28%) yang lainnya sudah bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris yang nantinya bisa ditingkatkan kemampuannya menjadi mahir jika pelatihan ini bisa berkelanjutan. Tujuh santri tersebut belum lancar, karena tiga faktor penghambat yakni materi belajar, waktu dan kedisiplinan. Sehingga disarankan untuk kegiatan pelatihan berikutnya bisa memberikan materi yang sesuai dengan kemampuan dan yang dibutuhkan oleh para santri, serta pelatihan ini bisa dilaksanakan secara rutin dan peserta memiliki komitmen untuk belajar. Serta, pentingnya melibatkan pengurus pondok pesantren dalam program ini.Abstract: The ability to speak in English is a concern of the board of An Nahdlah Malaysia, to be mastered by the students. Consequently, the purpose of this study is to improve the ability of santri to communicate in English. This training was attended by twenty-five santri and was conducted in three stages: preparation, implementation, and evaluation. Thus, the use of lectures, Focus Group Discussion and practice methods were used in this training. In addition, the creation of a speech learning module in English for santri, also after a posttest was held by conducting a speech in English, eighteen santri, or 72%, were able to speak in English fluently. In addition, seven other santri (28%) can communicate in English which can later be improved to become proficient if this training can be sustainable. The seven santri are not yet fluent due to three inhibiting factors, namely learning materials, time and discipline. Therefore, it is suggested that the next training activities can provide material that is in accordance with the abilities and needs of the santri, as well as this training can be carried out regularly and participants have a commitment to learning. Also, it is important to involve the boarding school administrators in this program.