Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENYULUHAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TEMPE-TAHU USAHA KECIL MENENGAH (UKM) SEMANAN, KECAMATAN KALIDERES, KOTA JAKARTA BARAT Sarah Aphirta; Tazkiaturrizki; Wisely Yahya; Feri Wardianto; Ariani Dwi Astuti; Widyo Astono
JOURNAL OF TRAINING AND COMMUNITY SERVICE ADPERTISI (JTCSA) Vol. 4 No. 1 (2024): Februari 2024
Publisher : ADPERTISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In Indonesia, particularly in Semanan, tofu, and tempe are produced by home industries using traditional technology. However, the soybean processing industry is considered inefficient. The process used is considered not environmentally friendly. This Community Service activity aims to provide insight to the target audience regarding the integrated management of tofu-tempe wastewater. There are 3 stages in this activity. The first stage (1) is preparation. The second stage (2) is implementation. The third stage (3) is evaluation. The average amount of tofu/tempeh production in a day reaches 10-50 kg in Semanan, as well as the use of soybean raw materials on average ranging from 10-50 kg/day. As much as 53% of the people did not know the potential of tempe/tofu wastewater to be alternative energy for cooking, however, very high enthusiasm was shown by the analysis of the questionnaire with 100% of the people willing to become volunteers as a contribution to procuring waste processing technology that could produce alternative energy sources. This program has been followed up in the form of research on the Faculty's Excellence Research scheme, and this follow-up needs to be integrated.
STUDI PERENCANAAN SPAL DOMESTIK DI KOTA BEKASI Firman, Firman Wahyudi; Ramadhani Yanidar; Sarah Aphirta
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 4, NUMBER 1, MEI 2024
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/bhuwana.v4i1.20041

Abstract

Menurut Master Plan Air Limbah Kota Bekasi Tahun 2015, persentase masyarakat di Kota Bekasi yaitu 41,40% masyarakat memiliki Jamban Sehat Permanen (JSP), 38,75%, masyarakat yang memiliki Jamban Sehat Semi Permanen (JSSP), 12,00% fasilitas bersama dan masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ke sungai atau saluran drainase yaitu 7,85%. Berdasarkan kondisi yang disebutkan tersebut maka Kota Bekasi dijadikan lokasi kajian, sehingga diperlukan SPAL domestik sebagai upaya pengendalian dari permasalahan sanitasi di Kota Bekasi. Kota Bekasi memiliki luas wilayah administrasi 19.254 Ha yang terdiri dari 12 kecamatan. Saat ini belum terdapat IPAL yang ada di Kota Bekasi. Perencanaan sistem penyaluran air limbah di Kota Bekasi direncanakan hingga tahun 2042 yang terbagi menjadi dua tahapan yaitu, tahap I (2032) dan tahap II (2042). Perencanaan sistem penyaluran air limbah yang direncanakan pada tahap I dengan cakupan pelayanan 74% yaitu 2.918.895 jiwa penduduk terlayani dan tahap II dengan cakupan pelayanan 100% yaitu 5.482.681 jiwa penduduk terlayani. Pada perencanaan ini memakai 2 IPAL yang terletak di Kecamatan Pondok Gede berdekatan dengan Sungai Kali Bekasi, dan Kecamatan Medan Satria berdekatan dengan Sungai Kali Baru. Total anggaran biaya perencanaan pipa induk sistem penyaluran air limbah sebesar Rp 5.122.117/m Panjang pipa induk. Pada perencanaan biaya investasi tahap I total biaya sebesar Rp 137.045.753.813 dan tahap II sebesar Rp 48.907.909.841.
ANALISIS KONDISI INFRASTRUKTUR SANITASI AIR LIMBAH DI PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK KECAMATAN PULO GADUNG, JAKARTA TIMUR Sarah Aphirta; Astono, Widyo; Chandiaga Sam Buana
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 4, NUMBER 1, MEI 2024
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/bhuwana.v4i1.20080

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan kualitas sanitasi di wilayah studi. Pengelolaan air limbah di Kecamatan Pulo Gadung belum terkelola dengan baik dari segi regulasi, teknologi, dan informasi. Angka kepadatan penduduk di Kecamatan Pulo Gadung mencapai 18.022 jiwa/km2. Metode penelitian yang digunakan adalah pendataan menggunakan instrumen kuesioner pada wilayah prioritas studi. Evaluasi kondisi sanitasi air limbah eksisting dilakukan dengan analisis data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Rekomendasi pemilihan teknologi sanitasi air limbah pada wilayah studi didasarkan pada kondisi eksisting fasilitas sanitasi air limbah, kondisi wilayah untuk perencanaan penanaman pipa SPAL, dan wilayah penempatan fasilitasi sanitasi on-site secara komunal. Hasil penelitian menunjukkan 13,82% masyarakat di Kecamatan Pulo Gadung belum memiliki tangki septik dan membuang air limbah langsung ke badan air. Dalam perencanaan ini, teknologi sanitasi on-site lebih sesuai untuk diterapkan. Untuk mengurangi dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan akibat pencemaran air limbah, direkomendasikan tangki septik komunal pada RW 10 sebanyak 13 tangki septik, RW 16 sebanyak 9 tangki septik. Satu unit tangki septik komunal direncanakan untuk melayani 5 rumah atau sekitar 25 KK. Penurunan BABs menjadi angka 0% dapat dicapai dengan perencanaan ini, dan disimpulkan dengan rekomendasi ini maka peningkatan akses sanitasi layak dapat dicapai di wilayah studi.
ANALISIS PEMILIHAN UNIT PENGOLAHAN BIOLOGIS PADA IPAL DOMESTIK SOREANG, KABUPATEN BANDUNG Luqman Mufid Musyary; Widyo Astono; Sarah Aphirta
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 3, NUMBER 2, NOVEMBER 2023
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/bhuwana.v3i2.18765

Abstract

This study aims to design a household wastewater treatment facility that will serve the Soreang Subdistrict in the Bandung Regency. The Soreang Subdistrict area covers approximately 2,561 hectares. At the end of the planning period, this IPAL will cater to around 185,821 residents with a processing capacity of 19,500 cubic meters per day until the year 2041. The reference wastewater quality parameters for the planning include a BOD5 of 93.2 mg/L, COD of 98.1 mg/L, and TSS of 57.9 mg/L. The selection of wastewater treatment units at the Soreang IPAL is based on the efficiency of removing processed wastewater parameters and the standard limits of wastewater parameter loads for each treatment unit option. The chosen biological treatment unit is the Aerated Lagoon because it aligns with the characteristics of the treated wastewater and the availability of adequate land. The planned sequence of treatment units for the Soreang IPAL includes a collection well, bar screen, grit chamber, equalization tank, aerated lagoon, secondary clarifier, and sludge drying bed. The design of the Aerated Lagoon results in a volume of 43,060 cubic meters, with a retention time of 1.5 days. The required oxygen volume for this process is 151.8 kilograms per hour. The design projection for this IPAL indicates that the treated water will have a BOD5 of 9 mg/L, COD of 9.47 mg/L, and TSS of 2.33 mg/L, meeting the established quality standards.
PENYULUHAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TEMPE-TAHU USAHA KECIL MENENGAH (UKM) SEMANAN, KECAMATAN KALIDERES, KOTA JAKARTA BARAT Sarah Aphirta; Widyo Astono; Wisely Yahya; Dwi Astuti, Ariani; Tazkiaturrizki; Wardianto, Feri
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia (JAMIN) Vol 5 No 2 (2023): JURNAL ABDI MASYARAKAT INDONESIA (JAMIN)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/jamin.v5i2.17550

Abstract

Di Indonesia, khususnya Kawasan Semanan, tahu dan tempe diproduksi oleh industri rumah tangga dengan menggunakan teknologi tradisional. Namun, industri pengolahan kedelai ini dinilai tidak efisien, tidak hanya ada pengurangan produktivitas, tetapi proses yang digunakan dianggap tidak ramah lingkungan. Tujuan dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk memberikan wawasan kepada khalayak sasaran terkait dengan pengelolaan air limbah tahu-tempe yang terpadu. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan. Tahap pertama (1) yaitu persiapan, meliputi survey lokasi, koordinasi dengan pihak mitra, dan pemetaan wilayah produksi tempe-tahu. Tahap kedua (2) yaitu pelaksanaan, meliputi kegiatan penyuluhan, pengisian kuesioner, dan diskusi internaktif. Tahap ketiga (3) yaitu evaluasi, terakit hasil penyuluhan, analisis data kuesioner, dan rencana tindak lanjut. Rata-rata jumlah produksi tahu/tempe dalam sehari mencapai 10-50 kg di Kelurahan Semanan, begitu juga halnya dengan penggunaan bahan baku kedelai rata-rata berkisar antara 10-50 kg/hari. Sebanyak 53% masyarakat belum mengetahui potensi limbah cair tempe/tahu menjadi alternatif energi untuk memasak, namun antusiasme yang sangat tinggi ditunjukkan dengan analisis kuesioner dengan angka 100% masyarakat bersedia untuk menjadi volunter sebagai kontribusi pengadaan teknologi pengolah limbah yang dapat menghasilkan sumber energi alternatif. Program ini telah ditindaklanjuti dalam bentuk penelitian skema Penelitian Unggulan Fakultas, dan tindak lanjut ini perlu dikembangkan secara terintegrasi.