ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari efektivitas komunikasi antara penyuluh agama dan penyelenggara Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) di Kabupaten Gayo Lues. TPQ, sebagai institusi pendidikan nonformal, memiliki peran strategis dalam pembentukan generasi Qur'ani, dan penyuluh agama bertindak sebagai agen perubahan yang membantu masyarakat dalam pembinaan keagamaan, namun letak geografi Gayo Lues yang berbukit-bukit menjadi tantangan komunikasi verbal langsung ataupun melalui saluran media elektronik. Penelitian ini adalah kualitatif, studi lapangan yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang dilakukan secara interaktif. Penelitian ini menemukan bahwa efektifitas komunikasi antara penyuluh dan penyelenggara TPQ bersifat interpersonal, keterlibatan para stakeholder, dan terintegrasi melalui saluran formal maupun informal, komunikasi dari kantor hingga warung kopi, berlangsung secara rutin, kontekstual, dan adaptif terhadap budaya lokal. Konten komunikasi mencakup hal-hal seperti pendidikan, iman, strategi dan metode pembelajaran al-Quran, dan kepedulian sosial, sementara strategi komunikasi berfokus pada empati, kerja sama, dan pemecahan masalah kolaboratif. Meskipun demikian, masalah seperti keterbatasan waktu, ketidakmampuan untuk menggunakan teknologi, dan komitmen menghambat komunikasi. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa dalam mendukung keberlangsungan pendidikan Islam berbasis masyarakat, metode komunikasi yang kontekstual dan kultural sangat penting. Kata Kunci: Efektivitas; Komunikasi; Penyuluh Agama; Taman Pendidikan al-Qur’an ABSTRACT The purpose of this study is to examine the effectiveness of communication between the organizers of the Al-Qur'an Education Park (TPQ) and religious counselors in Gayo Lues District. TPQ, as a non-formal educational institution, plays a strategic role in shaping the Qur'anic generation, while religious counselors act as agents of change, assisting the community in religious development. However, the mountainous geography of Gayo Lues poses challenges for direct verbal communication or through electronic media channels. This study employs a qualitative field research approach using data collection techniques such as observation, in-depth interviews, and documentation. We conducted interactive data reduction, data presentation, and conclusion drawing to analyze the data. The study found that communication between religious counselors and TPQ organizers was interpersonal, engaged, and integrated through formal and informal channels, ranging from offices to coffee shops, occurring regularly, contextually, and adaptively to local culture. The content of communication includes topics such as education, faith, strategies and methods of Quranic learning, and social concerns, while communication strategies focus on empathy, cooperation, and collaborative problem solving. However, issues such as time constraints, inability to use technology, and commitment hinder communication. The findings of this study emphasize that contextual and cultural communication methods are crucial in supporting the sustainability of community-based Islamic education. Keywords: Effectivity, Communication, Religious Counselors, al-Quran Education Center