Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Risk of Adverse Drug-Drug Interactions for Stable Angina Pectoris Patients with Heart Failure Complication Prescribed Polypharmacy Fadillah, Ahmad Aldi; Bakhriansyah, Mohammad; Yustikasari, Intan; Nurikhwan, Pandji Winata; Adiputro, Dwi Laksono
Berkala Kedokteran Vol 19, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v19i2.17404

Abstract

Stable angina pectoris (SAP) is an imbalance that occurs when myocardial oxygen need increases disproportionally, causing complaints of chest pain. Uncontrolled SAP can lead to a complication of heart failure (HF). Polypharmacy treatment frequently given to SAP patients with HF complications can be potentially detrimental for them. This study aims to determine the risk of adverse drug-drug interactions in SAP patients with HF complications prescribed polypharmacy. This was an analytic observational study with a cross-sectional approach using retrospective data from medical record data from 2020-2021 among hospitalized patients in cardiology ward Ulin General Hospital, Banjarmasin. Potential drug-drug interactions were determined using the Lexicomp tool from the UpToDate® site. Prevalence Odds Ratio (POR) and 95% Confidence Interval (95%CI) were determined using the Logistic Regression test at the 95% level of confidence. Twenty-four SAP patients with HF were recruited. According to its potential interactions, the most interactions were under category C (82.6%), followed by category B (11.3%) and category D (6.0%). Based on its level of severity, the most common was moderate (77.4%), followed by minor (13.0%) and major (9.5%). SAP patients with HF who were not prescribed polypharmacy had a lower risk of adverse drug-drug interactions by 64.7% compared to polypharmacy users, although it was not statistically difference (crude POR 0.353, 95% CI; 0.360-3.421; p-value = 0.369). This study shows that there is a tendency of lower risk of adverse drug-drug interactions in SAP patients with HF complication prescribed polypharmacy compared to those without polypharmacy, but the association is not statistically significant.
Optimalisasi Kapasitas Kognitif untuk Pencegahan Stunting Melalui Pendekatan Edukasi Multimodal di Desa Sungai Alang: Optimization of Cognitive Capacity for Stunting Prevention Through a Multimodal Educational Approach in Sungai Alang Village Rahman, Fauzie; Laily, Nur; Wulandari, Anggun; Faisal, Muhammad Ali; Yustikasari, Intan; Rifani, Rizqi; Alifa Nayla, Nurul; Rahma, Amelia; Zainal Khadafi, Muhammad; Keisya Filsahani, Nuraida; Azmiyannoor, Muhammad; Mulia Wati, Ratna
Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Indonesia Vol. 4 No. 2 (2025)
Publisher : Media Publikasi Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56303/jppmi.v4i2.844

Abstract

Tingginya prevalensi stunting di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, melatarbelakangi kegiatan pengabdian masyarakat ini. Meskipun edukasi pencegahan stunting telah banyak dilakukan, efektivitasnya pada komunitas dengan pengetahuan awal yang tinggi masih perlu dikaji. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengoptimalkan kapasitas kognitif masyarakat dalam pencegahan stunting melalui pendekatan edukasi multimodal yang integratif. Metode pelaksanaan meliputi penyuluhan kesehatan yang memanfaatkan kombinasi media power point, poster, dan video promosi kesehatan, yang dilaksanakan di Desa Sungai Alang dengan melibatkan 24 peserta. Evaluasi dilakukan melalui pembandingan hasil pre-test dan post-test. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan rata-rata pengetahuan peserta dari 95,00 menjadi 97,08. Secara statistik, tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi (p=0,276), yang kemungkinan disebabkan oleh ceiling effect dimana pengetahuan awal peserta sudah tinggi. Namun, secara kualitatif, pendekatan multimodal ini berhasil mempertahankan pemahaman masyarakat dan mendapat respons antusias. Disimpulkan bahwa untuk masyarakat dengan pengetahuan awal tinggi, intervensi edukasi perlu didesain lebih mendalam, aplikatif untuk komunitas dengan pengetahuan awal yang sudah tinggi, dan berkelanjutan dengan melibatkan kader serta fokus pada kelompok berisiko. Kegiatan ini memberikan implikasi penting terhadap pengembangan strategi edukasi stunting yang lebih efektif dan kontekstual