Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The Role of Quality Human Capital and Planning Strategies in Achieving Event Sustainability in Lombok Surayyal Hizmi; Satria Rusdy Wijaya; Nawawi
Journal of Mandalika Review Vol. 1 No. 1 (2022): Journal of Mandalika Review
Publisher : Politeknik Pariwisata Lombok

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.542 KB) | DOI: 10.55701/mandalika.v1i1.1

Abstract

Background: The success of implementing a sustainable event in a tourist destination cannot be separated from the influence of the quality of human resources (human capital) and planning strategies. However, studies of the interdependence between human capital and planning strategies in achieving successful implementation of sustainable events, especially on the island of Lombok, are still limited Methodology: This study aims to examine and analyze the extent to which aspects of human capital and strategic planning play a role in optimizing the implementation of events on the island of Lombok. The method used is a literature review from journals and trusted sources, as well as problem analysis through in-depth interviews with resource persons involved in the implementation of the event. The focus of this study is to compare tourism events, namely the Bali Arts Festival (PKB) in Bali and the Bau Nyale Festival in Lombok Findings: The results of in-depth interviews with several sources show that the PKB held on the island of Bali is still superior in the number of enthusiasts and concepts than the implementation of the Bau Nyale Festival on the island of Lombok. This is shown by the length of the PKB implementation and the age of the PKB which has been going on in the past 4 decades ago. In addition, the main factor that affects the sustainability of PKB is the quality of human resources in the tourism sector on the island of Bali, which is superior to the island of Lombok, so as to be able to formulate effective and creative planning in packaging the event. To achieve the sustainability of the event in Lombok, it is necessary to increase human capital and appropriate planning strategies through counselling, training, and the availability of Meeting study programs. Conclusion: Human capital and strategic planning play important roles for achieving sustainable event to support the development of tourist destination. The result of comparison study between Bali Arts Festival and Bau Nyale Festival shows that Bali Arts Festival was greater than Bau Nyale festival in terms of numbers of visitors and implementation concepts. This was proved by the length of festival and number of tourists visiting. Bali Arts Festival has been run for about 40 years, while Bau Nyale Festival has been currently occurred in Lombok. In addition, human capital in Bali Arts Festival was greater showing in how well management applied during the event, so that, it is able to plan with a precise strategy in achieving sustainable event.
Keterampilan Berkomunikasi Dalam Bahasa Inggris di Destinasi Pariwisata Dusun Sade Desa Rembitan Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat Endang Sri Wahyuni; Yakin, Ainul; Sitti Latifah; Satria Rusdy Wijaya; Lalu Ahmadzaki; Lalu Ratmaja; Farmasari , Santi
Jurnal Abdi Anjani Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Abdi Anjani (JAA)
Publisher : Program Studi Pariwisata, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/anjani.v2i1.954

Abstract

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan selama 8 bulan mulai dari bulan Februari – September 2023 dengan melakukan pendampingan kepada 54 orang pemandu lokal yang mempunyai kompetensi dibidang Bahasa Inggris dan Pemandu Bahasa Indonesia. Metode Pelatihan Bahasa dengan menggunakan metode Before-After yang dilakukan dengan tahapan Tes Diagnosis, Pre-Test, Pendampingan, Post-Test, Evaluasi, Report Hasil Pelaksanaan PKM di Desa Rembitan. Teknik pendampingan dilakukan dengan teknik Mingling (Keliling secara bergantian) kepada pemandu lokal yang bertugas dan tidak saling tunggu secara reguler tetapi disesuaikan dengan kesibukan masing – masing. Fokus pendampingan saat ini pada keterampilan Speaking dan listening sementara keterampilan lainnya seperti Reading dan writing akan dilaksanakan pada pengambdian selanjutnya. Hasil dari pendampingan ini adalah sebagian besar 90% pemandu lokal mampu menggunakan bahasa inggris dengan baik dan benar sesuai dengan bahasa yang sopan pada aspek hospitality sedangkan 10% masih butuh pendampingan lebih lanjut karena kesibukan dalam mendampingi tamu yang berkunjung ke dususn sade desa rembitan lombok tengah.
Strategi Keberlanjutan Usaha Sate Ikan Tanjung: Melestarikan Kuliner Khas Lombok di Tengah Persaingan Kuliner Satria Rusdy Wijaya; Hidayatullah, Muhammad Adieb; Muhammad Syarihudin
Altasia Jurnal Pariwisata Indonesia Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal ALTASIA (Februari)
Publisher : Program Studi Pariwisata - Universitas Internasional Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37253/altasia.v7i1.9890

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan bisnis sate ikan Tanjung sebagai kuliner khas Lombok, mengingat pentingnya pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan usaha kuliner lokal. Industri kuliner yang berkembang pesat memerlukan strategi yang komprehensif untuk mempertahankan keberlanjutan di tengah tantangan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan tematik untuk menganalisis data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Objek penelitian berfokus pada Desa Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sate ikan Tanjung memiliki persepsi positif di kalangan wisatawan dan masyarakat lokal sebagai kuliner unik dengan cita rasa khas. Pedagang menggunakan strategi seperti penggunaan bahan baku ikan segar, penyesuaian harga, promosi media sosial, dan layanan pesan antar untuk menjaga keberlanjutan usaha. Faktor penentu keberlanjutan termasuk kualitas bahan baku, fluktuasi harga, dukungan pemerintah, serta keterlibatan keluarga dalam produksi. Pemerintah daerah berperan penting dalam pembinaan, pemasaran, pelatihan, dan inovasi produk melalui Dinas Pariwisata. Keberlanjutan bisnis ini dipengaruhi oleh sinergi antara pedagang, pemerintah, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang. Novelty penelitian ini terletak pada analisis komprehensif yang menggabungkan faktor internal dan eksternal yang belum banyak dikaji sebelumnya, memberikan kontribusi terhadap pemahaman keberlanjutan usaha kuliner lokal di Lombok.
Mentoring Local Tour Guides to Improve English Language Skills in Sade Hamlet, Nusa Tenggara Barat Endang Sri Wahyuni; Siti Latifah; Ainul Yakin; Satria Rusdy Wijaya; Lalu Ahmad Zaki
GANDRUNG: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2025): GANDRUNG: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/gandrung.v6i1.4460

Abstract

The Community Service Program (PKM) in Sade Hamlet, Rembitan Village, NTB, was implemented to mitigate the negative impact of the "Scamming Village" phenomenon that went viral on social media. This issue has tarnished both local and national tourism images, while also undermining the confidence of local tour guides in the destination. The primary goal of this PKM was to enhance English language skills and restore the motivation of local tour guides. Over a period of two years, from 2023 to 2024, 53 local tour guides were mentored using the Before-After method and a flexible mingling technique, allowing training schedules to adapt to participants' work hours. The program was further strengthened by introducing the work motto: "Sade Tourist Local Guide, SMART AND RELIABLE," aimed at fostering confidence and professionalism. The results showed a significant increase in learning motivation, reflected in participants' enthusiasm and attendance during the mentoring sessions, as well as improved English language proficiency in serving tourists. However, challenges such as limited English vocabulary, ineffective communication strategies, inadequate facilities, and time constraints remain. For future PKM activities, it is recommended to focus on enriching vocabulary and enhancing communication strategies, along with providing adequate facilities and more flexible learning schedules, including informal mentoring programs outside of working hours.
THE PHENOMENON OF CODE-SWITCHING AS PRACTICED AMONG CHEFS Satria Rusdy Wijaya; Saroh Fitriani
Media Bina Ilmiah Vol. 18 No. 9: April 2024
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v18i9.781

Abstract

This paper aims to investigate whether language use can account for the differences in code-switching within the article-noun phrase in children exposed to English and German, French and Russian, and English and Polish. It investigates two aspects of language use: equivalence and segmentation. Four children’s speech is derived from corpora of naturalistic interactions recorded between the ages of two and three and used as a source of the children’s article-noun phrases. We demonstrate that children’s CS cannot be fully explained by structural equivalence in each two languages: there is CS in French-Russian although French does, and Russian does not, use articles. We also demonstrate that language pairs which use higher numbers of articles types, and therefore have more segmented article-noun phrases, are also more open to switching. Lastly, we show that longitudinal use of monolingual articles-noun phrases corresponds with the trends in the use of bilingual article-noun phrases. The German-English child only starts to mix English articles once they become more established in monolingual combinations while the French-Russian child ceases to mix French proto-articles with Russian nouns once target articles enter frequent use. These findings are discussed in the context of other studies which report code-switching across different language pairs
AN ANALYSIS OF CODE-SWITCHING BY EFL LECTURERS IN TOURISM CLASSROOM SETTING Satria Rusdy Wijaya
Media Bina Ilmiah Vol. 18 No. 9: April 2024
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v18i9.782

Abstract

The use of code-switching by EFL lecturers in tourism classroom activities, particularly the linguistic features, functions, and motivation to use it in the teaching-learning process, is a pressing subject to be addressed in this study. This study used a descriptive qualitative technique for its research design. This approach focuses on natural occurrences and provides a methodical, factual, and precise explanation of the issue, particularly when EFL lecturers employ code-switching in the classroom. Based on the findings in the previous chapter, the writer can conclude as follows: There are 182 utterances of codeswitching found on lecturer’s utterances. Of the 182 utterances switched 77 utterances are in words, 16 are in phrases, 19 are in clauses, and 70 are in sentences. The mostly switched element is words with 77 utterances or 42 % of total of the whole utterances, followed by sentences 70 utterances (38%), 19 times or 11% in the form of clauses and 16 or 9% in the form of phrases, Out of the 77 switched words or language elements, 9 utterances are nouns, 7 are verbs or 9%, 12 are adjectives or 16%, 4 times are adverbs or 4%. It is also found switching elements in preposition 6 times and interjection 39 times for its occurrence. The most frequency is switching element in adjectives with 12% in total, followed by nouns (9%), verbs (7%), and preposition (6%) and There are nine reasons to codeswitch found in this study. The most frequently is interjection (83%) with 43 times of its occurrences, followed by expressing self (6%), soften or strengthen request or command (4%), intention of clarifying, repetition, express solidarity, and talking about particular topic are 2% for each. Interjection is the most frequently found as the reason to codeswitch, it is because the lecturers may be interfered by their first language that is Bahasa Indonesia. The lecturers cannot escape the influence of their native language and that makes lecturers feel free and comfortable to express their emotional feelings, and ideas
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA SEGI TIGA EMAS DI KABUPATEN BIMA: MENINGKATKAN DAYA TARIK BUDAYA DAN ALAM Satria Rusdy Wijaya; Ramdah M. Radjab; Jujuk Ferdianto; Ainul Yalkin
Media Bina Ilmiah Vol. 19 No. 8: Maret 2025
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan yang efektif untuk meningkatkan daya tarik budaya dan alam Desa Sari, Desa Soro, dan Desa Lambu.Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods, menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi daya tarik budaya dan alam desa-desa tersebut serta strategi pengembangannya. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan untuk memahami kondisi fisik daya tarik wisata, wawancara mendalam dengan berbagai pemangku kepentingan, studi dokumentasi dari sumber-sumber seperti laporan Badan Pusat Statistik dan jurnal ilmiah, serta Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah daerah, pengelola wisata, dan masyarakat lokal. Luaran yang ditargetkan dari penelitian ini mencakup rekomendasi strategi pengembangan desa wisata yang berbasis kebutuhan lokal dan berkelanjutan, model tata kelola daya tarik budaya dan alam yang efektif, serta rencana pengemasan promosi wisata berbasis teknologi informasi untuk meningkatkan daya tarik wisatawan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pariwisata yang berkelanjutan dan partisipatif, serta mendukung upaya pelestarian budaya dan lingkungan di Kabupaten Bima. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, penelitian ini diharapkan dapat membantu mengoptimalkan potensi Desa Wisata Segi Tiga Emas sebagai destinasi wisata unggulan yang menarik dan berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan bagi masyarakat lokal
MENGATASI HAMBATAN BAHASA DALAM PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT: STUDI KASUS PENERAPAN LATIHAN PRAKTIK (DRILL PRACTICE) BAHASA INGGRIS DI DESA ADAT SADE Satria Rusdy Wijaya; Siti Lathifah; Endang Sri Wahyuni; Ainul Yakin; Lalu Ahmad Zaki
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 7 (2025): Desember 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas kebutuhan krusial akan kemahiran Bahasa Inggris di kalangan pemandu lokal (local guides) di Desa Adat Sade, Lombok, sebuah destinasi wisata budaya yang menonjol. Hambatan bahasa telah teridentifikasi sebagai kendala signifikan terhadap kualitas pengalaman wisatawan dan daya saing ekonomi masyarakat adat setempat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Inggris para pemandu lokal guna memfasilitasi pertukaran budaya dan pemberian layanan pariwisata yang lebih baik. Sebuah program pelatihan berbasis masyarakat dilaksanakan, terdiri dari 16 sesi terstruktur yang diadakan pada malam hari untuk menyesuaikan dengan jam kerja para pemandu. Pendekatan pedagogis yang digunakan meliputi metode ceramah pendampingan langsung dan latihan praktik (drill practice), dengan fokus pada komunikasi praktis yang relevan dengan konteks pariwisata. Efektivitas intervensi dievaluasi menggunakan desain pre-test dan post-test, yang mengukur lima dimensi utama kemahiran berbicara: kelancaran (fluency), pengucapan (pronunciation), tata bahasa (grammar), kosakata (vocabulary), serta koherensi (coherence). Data penilaian menunjukkan tren positif dalam kemampuan komunikasi peserta. Pemandu dengan kemahiran awal yang lebih rendah menunjukkan peningkatan yang terukur, terutama dalam kelancaran dan penguasaan kosakata, sementara peserta tingkat lanjut mempertahankan tingkat kompetensi tinggi mereka. Metode pelatihan ini ditemukan efektif dalam membangun kepercayaan diri dan mengurangi keraguan saat berinteraksi dengan wisatawan asing. Studi ini menyimpulkan bahwa pelatihan bahasa yang berkelanjutan dan terarah merupakan langkah strategis untuk memberdayakan komunitas pariwisata pedesaan. Dengan mengatasi hambatan komunikasi, pemandu lokal dapat mempromosikan warisan budaya mereka dengan lebih efektif, sehingga mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan dan ketahanan ekonomi lokal.