Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER OF THE MAIN CHARACTER IN THE SECRET WINDOW MOVIE Sudding, Muhammad Fahri Jaya; Sudding Sally, Fauzan Hari
Journal of English Literature and Linguistic Studies Vol 2, No 1 (2023): Journal of English Literature and Linguistics Studies (JELLS) - Nov 2023
Publisher : Faculty of Languages and Literature, Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jells.v2i1.57075

Abstract

The objectives of the research were to find out the main cause of Dissociative Identity Disorder of the main character in a movie called The Secret Window, the symptoms of Dissociative Identity Disorder of the main character, and the effects of Dissociative Identity Disorder on the main character. The data were taken from the main character in the Secret Window movie, characterization, dialogue, plot, and the movie itself. The method used by the researchers in this research was the descriptive qualitative method. The results of this research showed that: 1) the cause of the Dissociative Identity Disorder of the main character, Morton Rainey, was when he found his wife was cheating on him, 2) there were two symptoms that appeared in Morton Rainey’s disorder: heard voices and amnesia, 3) the effects of Dissociative Identity Disorder on Morton Rainey was he murdered his wife, Amy Morton and Amy’s affair, Ted Milner.
PKM PELATIHAN PENGGUNAAN STUDI KASUS DALAM PEMBELAJARAN PADA GURU-GURU SMA SARI BUANA MAKASSAR Sudding; Abbas, Gusma Harfiana; Sudding Sally, Fauzan Hari; Fahmuddin, Muhammad; Jaya Sudding, Muhammad Fahri
ABDI KIMIA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Edisi Desember
Publisher : Jurusan Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/abdi.v2i1.5841

Abstract

Pelatihan penggunaan studi kasus dalam pembelajaran dirancang untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru, terutama dalam menciptakan pembelajaran yang interaktif dan relevan dengan kehidupan nyata. Kegiatan ini dilakukan di SMA Sari Buana Makassar, dengan tujuan membekali guru-guru dengan pengetahuan dan keterampilan dalam merancang, menyusun, serta menerapkan metode studi kasus di kelas. Pelatihan ini mencakup sesi teori, diskusi kelompok, dan simulasi praktik mengajar. Hasil pelatihan menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada pemahaman guru tentang konsep dan penerapan metode studi kasus, yang ditunjukkan melalui kemampuan mereka untuk merancang studi kasus sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode ini juga membantu meningkatkan kemampuan guru dalam memfasilitasi diskusi berbasis kasus, memberikan umpan balik konstruktif, serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang kolaboratif. Dengan pelatihan ini, diharapkan guru dapat terus mengembangkan dan menerapkan inovasi pembelajaran berbasis studi kasus, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas pendidikan di tingkat menengah.
PKM PELATIHAN PENGGUNAAN STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN DI SMAN 11 PANGKEP Sudding; Fahmuddin S., Muhammad; Abbas, Gusma Harfiana; Sudding Sally, Fauzan Hari; Fitri, Qawiyyan
ABDI KIMIA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 2 (2024): Jurnal Edisi Juni
Publisher : Jurusan Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/abdi.v1i2.2744

Abstract

Pelaksanaan kurikulum Merdeka Belajar mewajibkan kepada para guru baik pada tingkat SD, SMP, sampai SMA/SMK untuk menggunakan pembelajaran studi kasus dan proyek. Pada penerapannya pembelajaran studi kasus masih belum dilaksanakan dengan baik. Masih banyak guru-guru yang belum mampu atau memahami bagaimana menerapkan pembelajaran studi kasus tersebut dengan baik. Masih banyak keluhan para guru yang muncul terutama pada saat ada kesempatan bertatap muka dengan mereka. Pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan pemberian teori, kemudian diselingi dengan tanya jawab seputar kendala dalam pelaksanaan pembelajaran studi kasus. Kegiatan pengabdian masyarakat ini terbilang sukses dilaksanakan, dimana semua peserta memberikan apresiasi yang sangat positif. Sehingga kegiatan serupa diharapkan dilakukan kembali.
FACTORS INFLUENCING STUDENTS’ UNWILLINGNESS TO SPEAK IN EFL CLASSROOM Marewangang, Resky Shafira; Asriati, Asriati; Sudding Sally, Fauzan Hari
KLASIKAL : JOURNAL OF EDUCATION, LANGUAGE TEACHING AND SCIENCE Vol 6 No 3 (2024): Klasikal: Journal of Education, Language Teaching and Science
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52208/klasikal.v6i3.1221

Abstract

The purposes of this research are to 1) find out the influencing factors of the students' unwillingness to speak in EFL classroom. and 2) find out how the factors influence students' unwillingness to speak in EFL classroom. A mixed-methods approach was used. The research subjects were 10th grade students majoring in Agribusiness Processing of Agricultural Products at SMK Negeri 4 Jeneponto. Participants were selected through a purposive sampling technique in determining the sample of this research, nine students were selected as participants, with three students categorized as having low score in English practice, three students categorized as having intermediate score in English practice, and three students categorized as having high score in English practice. The results of the research showed that psychological factor influencing students' unwillingness to speak in EFL classroom is lack of self-confidence. Meanwhile, linguistic factors included: (1) Lack of vocabulary (2) Lack of grammatical pattern knowledge and (3) Incorrect Pronunciation. A lack of confidence, frequently rooted in past negative experiences of language errors that have resulted in reluctance to speak in public, is a significant psychological barrier, discouraging students from participating. Linguistic challenges further exacerbate this issue; limited vocabulary and insufficient knowledge of grammatical patterns lead to hesitation and fragmented speech, as students struggle to articulate their thoughts clearly. Pronunciation errors also play a crucial role, as they can affect intelligibility and cause students to fear that their speech may not be understood, thus reinforcing their unwillingness to speak up in class.
KOMUNITAS PRAKTIK GURU/COMMUNITY OF PRACTICE (COP): KOLABORASI UNTUK KESEIMBANGAN EMOSIONAL DAN DINAMIKA KELAS YANG INKLUSIF Sudding; Sudding Sally, Fauzan Hari; Fitri, Qawiyyan; Harfiana Abbas, Gusma; Sudding, Muhammad Fahri Jaya
ABDI KIMIA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 1 (2025): Jurnal Edisi Desember
Publisher : Jurusan Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/abdi.v3i1.10647

Abstract

: Guru memiliki peran penting dalam menciptakan pembelajaran yang efektif, namun banyak di antara mereka menghadapi tekanan emosional dan kesulitan dalam mengelola dinamika kelas. Kondisi ini berdampak pada kesejahteraan guru dan suasana belajar siswa. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan untuk memperkuat kapasitas guru Kimia tingkat SMP, SMA, dan SMK di Kabupaten Takalar dalam mengelola keseimbangan emosional dan menciptakan dinamika kelas yang inklusif melalui pelatihan berbasis komunitas guru. Tujuan utama kegiatan adalah membangun kemampuan guru dalam mengelola emosi, meningkatkan empati, dan memperkuat kolaborasi profesional antarpendidik. Kegiatan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Takalar pada tanggal 21 Juni 2025 dan diikuti oleh 25 guru Kimia yang dibagi ke dalam tiga kelompok komunitas. Metode pelaksanaan meliputi empat tahapan, yaitu persiapan kebutuhan pelatihan, pelaksanaan pelatihan interaktif, pendampingan reflektif berbasis komunitas, dan evaluasi hasil melalui pre-test, post-test, serta observasi praktik lapangan.Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada aspek pemahaman guru mengenai pengelolaan emosi (dari 56% menjadi 91%), penerapan strategi dinamika kelas inklusif (dari 61% menjadi 88%), dan keterampilan refleksi sejawat dalam komunitas (dari 48% menjadi 85%). Setiap kelompok komunitas menunjukkan kemajuan dalam kolaborasi profesional dan saling dukung secara emosional. Guru memperoleh manfaat nyata berupa peningkatan kesejahteraan psikologis, kemampuan reflektif, dan motivasi untuk melanjutkan praktik komunitas secara mandiri di lingkungan MGMP Kimia.Kegiatan ini menghasilkan model pengembangan profesional guru berbasis komunitas yang menekankan keseimbangan emosional dan kerja kolaboratif. Pendekatan ini menjadi kontribusi baru dalam pemberdayaan guru melalui keterlibatan langsung masyarakat pendidikan dalam pembelajaran sejawat yang berkelanjutan.