ABSTRACT Stigma remains a critical barrier to successful tuberculosis (TB) treatment adherence, particularly in primary health care settings. This study aimed to examine the influence of social stigma on TB treatment adherence and to evaluate the effectiveness of the FAST educational model (Familiné Andum Semangat Tumandhang) in reducing stigma and improving adherence. A quasi-experimental one-group pretest–posttest design was conducted among 40 pulmonary TB patients and their primary family supporters in community health centers in Kediri City, using purposive sampling. Data were collected using the Tuberculosis Stigma Scale and the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Results indicated a significant reduction in stigma scores from 94.60 to 74.78 (t = 4.372; p < 0.001) and a significant improvement in adherence scores from 2.05 to 1.13 (t = 9.505; p < 0.001). The findings confirm that social stigma significantly influences treatment adherence. The FAST model effectively reduces stigma and enhances adherence through culturally and family-centered education. Integrating this model into routine TB care is recommended to support national TB control goals. Keywords: Tuberculosis, FAST Educational Model, Treatment Adherence, Stigma, Family-Based Intervention, Primary Health Care ABSTRAK Stigma masih menjadi penghalang utama dalam keberhasilan kepatuhan pengobatan tuberkulosis, khususnya di layanan kesehatan primer. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh stigma sosial terhadap kepatuhan pengobatan tuberkulosis serta mengevaluasi efektivitas model edukasi FAST (Familiné Andum Semangat Tumandhang) dalam menurunkan stigma dan meningkatkan kepatuhan. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimen dengan pendekatan one-group pretest–posttest, melibatkan 40 pasien tuberkulosis paru yang menjalani terapi di puskesmas wilayah Kota Kediri, masing-masing didampingi oleh satu anggota keluarga sebagai pendukung utama. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner Tuberculosis Stigma Scale dan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan signifikan pada skor stigma dari 94,60 menjadi 74,78 (t = 4,372; p < 0,001) serta peningkatan signifikan pada skor kepatuhan dari 1,13 menjadi 2,05 (t = 9,505; p < 0,001). Sebagian besar peserta awalnya mengalami tingkat stigma sedang (50%) dan kepatuhan rendah (37,5%), yang keduanya meningkat setelah intervensi. Temuan ini menegaskan bahwa stigma sosial berperan penting sebagai determinan kepatuhan pengobatan. Model edukasi FAST terbukti efektif dalam menurunkan stigma dan meningkatkan kepatuhan melalui pendekatan edukasi berbasis keluarga dan budaya. Integrasi model FAST dalam program rutin perawatan TB direkomendasikan untuk mempercepat pencapaian target eliminasi TB nasional. Kata Kunci: Tuberkulosis, Model Edukasi FAST, Kepatuhan Terapi, Stigma Sosial, Intervensi Keluarga, Layanan Kesehatan Primer.