SD Negeri Purwoyoso 04 Kota Semarang menerapkan sistem pendidikan inklusi. Hal ini dilakukan agar semua anak mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Namun, praktik di lapangan menunjukkan bahwa interaksi sosial antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus memiliki hambatan yang sangat terlihat, keberhasilan pendidikan inklusif tidak hanya bergantung pada fasilitas dan kurikulum, tetapi sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi sosial antar siswa. Sikap kepedulian, toleransi, kerja sama, dan penerimaan sosial siswa reguler terhadap siswa ABK menjadi faktor kunci yang menentukan keberhasilan integrasi sosial di kelas. Sayangnya, masih sedikit kajian mendalam yang mengungkap dinamika interaksi sosial dalam ruang kelas inklusif secara nyata, khususnya di tingkat sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interaksi sosial dan respon siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus dengan tipe tunagrahita sedang di kelas 4B SD Negeri Purwoyoso 04. Metode yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam dengan guru kelas serta pengamatan terhadap perilaku siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkebutuhan khusus mengalami keterbatasan dalam aspek kognitif, komunikasi, dan interaksi sosial, serta menunjukkan perilaku yang tidak sesuai norma sosial. Respon siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus tergolong beragam, dengan persentase sikap kepedulian 60% (sedang), kerja sama 45% (rendah), toleransi 80% (tinggi), dan penerimaan sosial 55% (sedang). Guru telah berupaya memberikan edukasi tentang kondisi siswa berkebutuhan khusus guna meningkatkan empati dan pemahaman siswa reguler. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun hambatan masih ada, terdapat potensi untuk membangun lingkungan inklusif melalui pendekatan yang berkelanjutan dan kolaboratif di lingkungan sekolah.