Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Phytochemical Analysis and Determination of MIC and MFC of Cacao Leaves Extract (Theobroma cacao L.) against Malassezia furfur Lestari, Siti Marwah; Camelia, Leonyta; Rizki, Widya Twini; Pratama, Septa; Khutami, Chindiana; Amelia, Amraini; Rahmadevi, Rahmadevi; Andriani, Yuni
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 9 No. 2 (2024): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jji.v9i2.316

Abstract

Pityriasis versicolor is a disease caused by Malassezia furfur. One of the plants that can potentially act as antifungal is cacao leaves (Theobroma cacao L.), which contain several secondary metabolite compounds, including alkaloids, flavonoids, tannins, quinones, terpenoids, and saponins. This study aims to determine the phytochemical analysis and the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Fungicidal Concentration (MFC) of cacao leaves ethanolic extract against M. furfur. Extracts were obtained by maceration using 70% ethanol and phytochemicals analysis using Herborne’s method. Furthermore, the extracts were made into concentrations’ variations of 3.125%; 6.25%; 12.5%; 25%; 50%; and 100% for testing antifungal activity, with 10% DMSO as negative control and 2% Ketoconazole and Itraconazole as positive controls. MIC was performed with liquid macrodilution method, and MFC was performed with spread method. The results of phytochemical analysis showed that the extract contained alkaloids, flavonoids, phenols, tannins, quinones, terpenoids and saponins. MIC value was obtained at concentration of 50% and MFC value was obtained at 100%. Cacao leaves ethanolic extract with concentration of 50% can inhibit M. furfur’s growth and with 100% can eliminate M. furfur.
FORMULASI NANOKAPSUL BIJI LABU (Cucurbita moschata) SEBAGAI SUPLEMEN ZAT BESI DAN ZINK UNTUK STUNTING Rahmadevi, Rahmadevi; Khutami, Chindiana; Oktavia, Nazifa
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 15, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jkms.v15i2.2950

Abstract

 Kasus stunting di Indonesia sampai tahun 2022 masih terbilang tinggi menurut riskesdas yaitu 21,6% dari seluruh populasi penduduk Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan kasus ini adalah kurangnya asupan mineral untuk pertumbuhan terutama zink dan Fe (zat besi). Zink bertanggung jawab terhadap pembelahan sel pada manusia, sedangkan Fe (zat besi) sangat berperan dalam pembentukan sel darah merah. Masalh ini dapat diatasi dengan cepat jika ada produk atau suplemen yang mengandung zink dan Fe. Suplemen ini telah beredar dipasaran, namun yang berasal dari alam masih sangat sedikit didapat. Kelangkaan ini dapat diatasi dengan melakukan eksplorasi produk dari alam yang mengandung banyak mineral terutama zink dan Fe. Salah tumbuhan yang memiliki kandungan mineral yang cukup banyak terutama zink adalah labu kuning. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suplemen berbentuk nanokapsul dengan teknik freeze drying. Sampel merupakan campuran antara serbuk biji labu kuning dengan maltodekstrin yang dilarutkan dalam aquadest dengan perbandingan (0,5:5; 1,5:5 dan 3:5). Dan dibekukan dengan freeze drying. Sampel dikarakterisasi dengan AAS, FTIR, PSA dan SEM. Hasil yang diperoleh Formulasi terbaik adalah sampel 3 dengan persentase maltodekstrin 90,9%, ukuran partikel nanokapsul (214,6 nm) dengan indeks polidipersitas terendah yaitu 0,47, nilai rendemen 95,64%, dan bentuk morfologi cenderung bulat, permukaan sedikit cekungan (hampir sempurna). Serbuk biji labu kuning dan maltodekstrin dengan Teknik freeze drying merupakan suplemen yang menjanjikan sebagai suplemen untuk penanganan stunting. Kata kunci : Stunting; Zink; Biji labu kuning
Uji Efektivitas Analgesik Esktrak Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) terhadap Mencit Jantan anggriani, Adelia; Khutami, Chindiana; Andriani, Yuni; Pratama, Septa
Pharmaceutical Science and Clinical Pharmacy Vol 3 No 1 (2025)
Publisher : Akademi Farmasi Bumi Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61329/pscp.v3i1.36

Abstract

Nyeri adalah pengalaman yang terakait dengan kerusakan jaringan aktaual atau potensial yang bersifat subyektif. Penggunaan OAINS dalam mengatasi nyeri dalam jangka panjang memiliki efek samping seperti gangguan lambung dan usus, kerusakan pada ginjal. Secara empiris daun senduduk ungu (Melastoma malabathricum L.) mengandung senyawa metabolit sekunder yang mempunyai kemampuan sebagai analgesik. Tujuan penelitian mengetahui efektivitas analgesik dan dosis yang tepat ekstrak etanol daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) terhadap mencit jantan yang diuji menggunakan metode tail flick.  Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 25 ekor. Uji analgesik terdiri dari kelompok kontrol positif, negatif dan variasi dosis 400 mg/kgBB, 600 mg/kgBB dan 800 mg/ kgBB. Hasil pengamatan menujukan bahwa ekstrak daun senduduk (Melastoma malabthricum L.) memiliki efektivitas analgesik yang ditunjukan dengan perpanjangan waktu respon penjetikan ekor. Pada dosis ekstrak 600 mg/kgBB dan 800mg/kgBB merupakan dosis yang paling efektif sebagai analgesik dengan persentase hambatan yaitu 82,3% dan 93,5%.
Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Sebagai Antidiabetes Pada Mencit Putih Jantan (Mus musculus) Jamilah, Siti; Pratama, Septa; Andriani, Yuni; Khutami, Chindiana
Pharmaceutical Science and Clinical Pharmacy Vol 3 No 1 (2025)
Publisher : Akademi Farmasi Bumi Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61329/pscp.v3i1.37

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.). Sebanyak 25 ekor mencit dibagi menjadi lima kelompok meliputi kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP), dosis I (6,3 mg/kg BB), dosis II (12,6 mg/kg BB), dosis III (25,2 mg/kg BB), dengan lima kali pengecekan kadar gula darah. Mencit pada setiap kelompok diinduksi streptozotocin 100 mg/kg BB. Analisis data berat badan, kadar gula darah dan persentase penurunan kadar gula darah menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA), dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Ekstrak biji pinang berpengaruh signifikan terhadap berat badan pada mencit (p<0,05). Ekstrak biji pinang berpengaruh signifikan terhadap kadar gula darah dan selisih pada mencit (p<0,05). Pemberian ekstrak juga berpengaruh signifikan terhadap persentase penurunan kadar gula darah (p<0,05), hal ini disebabkan biji pinang mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Pengaruh paling optimal terhadap penurunan kadar gula darah mencit diabetes ditunjukkan oleh pemberian ekstrak daun Biji Pinang dosis III (25,2 mg/kg BB). Dengan demikian, Biji Pinang berpotensi sebagai bahan obat tradisional untuk diabetes melitus.
SKRINING POTENSI EKSTRAK KULIT JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Linn.) SEBAGAI ZAT ANTIBAKTERI Rahmah, Vindi Annisa; Kurniawan, Agung; Rizki, Widya Twiny; Lestari, Siti Marwah; Khutami, Chindiana
Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan Terapannya Vol. 7 No. 2 (2025): Literasi Artikel Penelitian Kimia
Publisher : Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/jc.v7i2.6086

Abstract

Abstract Indonesian Food and Drug Authority or BPOM no longer recommends the use of synthetic preservatives due to their toxic properties and potential carcinogenic risks. One of the natural ingredients that is potential as a natural preservative is the peel of kepok banana blossom (Musa paradisiaca Linn.), which is known to contain secondary metabolites with microbial activity, including steroids, terpenoids, saponins, tanning, alkaloid, flavonoids, and phenols. This study aim to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) in Staphylococcus aureus bacteria. The peel extract of kepok banana blossom (Musa paradisiaca Linn.) was obtained by maceration with a mixture of 96% ethanol: 3% Citric Acid (85:15) solvent. Concentration of extract varied from 12.5%; 25%; 50%; until 100%, it is used for antibacterial activity test in which aquadest as a negative control and Chloramphenicol as a positive control. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test was conducted using the liquid macrodilution method and the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test was conducted using the spread method. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) value was obtained at a concentration of 50% and the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) value was obtained at a concentration of 100%. The peel extract of Kepok banana blossom (Musa paradisiaca Linn.) with a concentration of 50% was able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria and with a concentration of 100% was able to kill Staphylococcus aureus bacteria. Keywords: kepok banana blossom peel extract, natural preservatives, antibacterial acitivity test Abstrak Badan Obat dan Makanan atau BPOM telah menyarankan untuk menghindari penggunaan bahan pengawet sintesis karena cenderung toksi dan karsinogenik. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai pengawet alami yaitu kulit jantung pisang kepok (Musa paradisiaca Linn.), yang diketahui mengandung metabolit sekunder yang berfungsi sebagai senyawa antimikroba diantaranya steroid, terpenoid, saponin, tanin, alkaloid, flavonoid dan fenol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak kulit jantung pisang (Musa paradisiaca Linn.) diperoleh dengan cara maserasi dengan pelarut yang terdiri dari campuran etanol 96% : Asam Sitrat 3% (85:15). Variasi konsentrasi ekstrak dibuat untuk pengujian aktivitas antibakteri dari 12,5%; 25%; 50%; hingga 100%, aquades sebagai kontrol negatif dan Kloramfenikol sebagai kontrol positif. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dilakukan dengan metode makrodilusi cair dan uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan metode sebar (spread). Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) didapatkan pada konsentrasi 50% dan nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) didapatkan pada konsentrasi 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak kulit jantung pisang (Musa paradisiaca Linn.) dengan konsentrasi 50% diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan dengan konsentrasi 100% mampu membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Keywords: ekstrak kulit jantung pisang, pengawet alami, uji aktivitas antibakteri
Phytochemical Analysis and Determination of MIC and MFC of Cacao Leaves Extract (Theobroma cacao L.) against Malassezia furfur Lestari, Siti Marwah; Camelia, Leonyta; Rizki, Widya Twini; Pratama, Septa; Khutami, Chindiana; Amelia, Amraini; Rahmadevi, Rahmadevi; Andriani, Yuni
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 9 No. 2 (2024): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jji.v9i2.316

Abstract

Pityriasis versicolor is a disease caused by Malassezia furfur. One of the plants that can potentially act as antifungal is cacao leaves (Theobroma cacao L.), which contain several secondary metabolite compounds, including alkaloids, flavonoids, tannins, quinones, terpenoids, and saponins. This study aims to determine the phytochemical analysis and the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Fungicidal Concentration (MFC) of cacao leaves ethanolic extract against M. furfur. Extracts were obtained by maceration using 70% ethanol and phytochemicals analysis using Herborne’s method. Furthermore, the extracts were made into concentrations’ variations of 3.125%; 6.25%; 12.5%; 25%; 50%; and 100% for testing antifungal activity, with 10% DMSO as negative control and 2% Ketoconazole and Itraconazole as positive controls. MIC was performed with liquid macrodilution method, and MFC was performed with spread method. The results of phytochemical analysis showed that the extract contained alkaloids, flavonoids, phenols, tannins, quinones, terpenoids and saponins. MIC value was obtained at concentration of 50% and MFC value was obtained at 100%. Cacao leaves ethanolic extract with concentration of 50% can inhibit M. furfur’s growth and with 100% can eliminate M. furfur.
Mekanisme Kerja Obat Antihipertensi Yang Bekerja Pada GPCRs dan Tanaman Yang Berpotensi Sebagai Antihipertensi Khutami, Chindiana
PHARMANAJA : PHARMACEUTICAL JOURNAL OF UNAJA Vol. 2 No. 1 (2023): PHARMANAJA : PHARMACEUTICAL JOURNAL OF UNAJA
Publisher : Program Studi Farmasi UNAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hypertension is the medical term for patients with systolic blood pressure above 140 mmHg and diastolic above 100 mmHg. Hypertension is a complex multifactorial disease that contributes to the main causes of morbidity and mortality in industrialized countries: ischemic heart disease and hypertension, stroke, peripheral atherosclerosis and renal failure. Commonly used antihypertensives are usually associated with many side effects. In the last three decades, many concerted efforts have been made to research local plants with hypotensive and antihypertensive therapeutic value. The hypotensive and antihypertensive effects of some of these medicinal plants have been validated and others have not been proven. G-protein coupled-receptors or GPCRs are targets of drug action, whose signaling is mediated by G-proteins. GPCRs are receptors that reside on the cell surface and have seven transmembrane domains. For example, GPR35 is a target for furosemide and bumetanide. This is especially important in cardiovascular disease secondary to hypertension, where the degree of vessel constriction is partly due to increased levels of agonists such as catecholamines and angiotensin II.