Aryani Satyaningtijas
Division Of Physiology, School Of Veterinary Medicine And Biomedical Sciences, IPB University, Bogor, Indonesia

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Profil eritrosit, hemoglobin, dan nilai hematokrit luwak Jawa (Paradoxurus hemaphroditus) pemakan dan tidak pemakan buah kopi Elsi Rahmadhani; I Wayan Teguh Wibawan; Damiana Rita Ekastuti; Ronald Tarigan; Pudji Achmadi; Isdoni Isdoni; Koekoeh Santoso; Aryani Satyaningtijas
ARSHI Veterinary Letters Vol. 7 No. 1 (2023): ARSHI Veterinary Letters - Februari 2023
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.7.1.15-16

Abstract

Luwak Jawa (Paradoxurus hemaphroditus) merupakan hewan yang memiliki kemampuan menghasilkan biji kopi yang berkualitas, sehingga status kesehatannya perlu untuk diperhatikan. Gambaran darah dapat dijadikan sebagai indikator status kesehatan luwak pada kondisi tertentu. Penelitian mengenai luwak telah banyak dilaporkan, namun belum ada penelitian mengenai parameter fisiologis khususnya profil eritrosit dari luwak yang sengaja diberikan buah kopi secara terus menerus selama 3 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung profil eritrosit pada luwak Jawa pemakan pemakan kopi dan tidak pemakan buah kopi. Gambaran darah luwak Jawa pada saat adaptasi dan pemeliharaan berfluktuasi. Rataan jumlah eritrosit luwak pemakan buah kopi dan tidak pemakan buah kopi adalah (8,24±2,40) x 106/mL dan (8,25±2,16) x 106/mL, kadar hemoglobin adalah (6,18±2,21) g/dL dan (6,40±2,21) g/dL dan nilai hematokrit adalah (16,50±2,21) % dan (16,00±2,14) %. Secara umum gambaran darah luwak Jawa pemakan buah kopi memiliki rataan yang lebih rendah dari pada luwak Jawa yang tidak diberi buah kopi.
The Potential of Ciplukan Leaf Extract (Physalis Angulata L.) to Improve Kidney Function Tampie, Bella; Damiana R Astuti; I Ketut M Adnyane; Aryani S Satyaningtijas
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.9-16

Abstract

Gagal ginjal merupakan penyakit tidak menular namun dapat mengancam nyawa manusia. Penyakit ini dapat dialami dari berbagai macam usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Salah satu tanaman yang biasanya dijadikan sebagai obat herbal ialah tanaman ciplukan (Physalis angulata L.). Gagal ginjal merupakan penyakit tidak menular namun dapat mengancam nyawa manusia. Penyakit ini dapat dialami dari berbagai macam usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Salah satu tanaman yang biasanya dijadikan sebagai obat herbal ialah tanaman ciplukan (Physalis angulata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari daun tanaman ciplukan dalam memperbaiki fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan di Kampus IPB Dramaga, IPB University, Bogor. Tikus putih digunakan sebanyak 24 ekor dan dibagi menjadi 8 kelompok dengan perlakuan dosis 150mg/kg BB dan 300mg/kg BB. Perlakuan dilakukan selama 14 hari dan 28 hari.Etilen glikol digunakan sebagai agen nefrotoksik. Pemberian kombinasi etilen glikol 1 ml/100g BW secara oral dan ekstrak ciplukan dosis 300mg/kg BB secara bersamaan mampu menormalkan kadar ureum dalam darah. Hasil histologi juga menunjukkan adanya perbaikan pada glomerulus ginjal. Ekstrak daun ciplukan memiliki kandungan flavonoid yang berpotensi memperbaiki fungsi dan morfologi ginjal.
Pemendekan waktu siklus estrus pada luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) terdeteksi melalui metode ulas vagina Nelda Fliza Zora; Mokhamad Fakhrul Ulum; Damiana Rita Ekastuti; Ronald Tarigan; Pudji Achmadi; Isdoni Bustaman; Koekoeh Santoso; Hera Maheshwari; Agik Suprayogi; Wasmen Manalu; Aryani Satyaningtijas
ARSHI Veterinary Letters Vol. 7 No. 2 (2023): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2023
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.7.2.35-36

Abstract

Luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu hewan liar yang dapat dimanfaatkan sebagai penyeleksi biji kopi untuk menghasilkan kopi berkualitas dan bernilai ekonomis tinggi. Pemeliharaan yang tidak sesuai dapat memengaruhi kondisi fisiologis dan reproduksi luwak sehingga penting untuk diketahui sebagai dasar manajemen pemeliharaan dan kesehatan untuk optimalisasi produksi, pencegahan penyakit, dan konservasi luwak. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui panjang waktu total siklus estrus dan waktu dari setiap fase estrus yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Luwak Jawa dari diperoleh dari pasar hewan sebanyak 2 ekor berjenis kelamin betina dengan bobot badan sekitar 4 kg diambil data ulas vagina selama 21 hari pada pagi dan sore hari. Sel epitel vagina diperiksa di bawah mikroskop dan dianalisa secara kuantitatif. Hasil pengamatan menunjukkan pemendekan siklus estrus dengan panjang total siklus estrus yaitu 121,5±7,5 jam (5 hari). Durasi waktu proestrus 12,0±0,0 jam, estrus 22,5±3,0 jam, metestrus 25,5±3,0 jam dan diestrus 61,5±3,0 jam.
Kadar kolesterol dan glukosa darah luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) yang didomestikasi Ira Agustina Dewi Gandasari; Damiana Rita Ekastuti; Ronald Tarigan; Pudji Achmadi; Isdoni Bustaman; Koekoeh Santoso; Hera Maheshwari; Agik Suprayogi; Wasmen Manalu; Aryani Satyaningtijas
ARSHI Veterinary Letters Vol. 7 No. 1 (2023): ARSHI Veterinary Letters - Februari 2023
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.7.1.19-20

Abstract

Status kesehatan luwak yang pemanfaatannya cukup tinggi sebagai penghasil kopi belum banyak dipelajari secara lengkap. Informasi mengenai status fisiologis luwak Jawa (Paradoxurus hermaphroditus) yang telah didomestikasi masih terbatas dan sangat diperlukan untuk menilai aspek kesejahteran hewan di penangkaran. Studi ini melaporkan kadar kimia darah dan kolesterol luwak Jawa yang sudah didomestikasi. Luwak dalam penelitian ini diberi pakan berupa pisang, kepala ayam dan juga dog food. Pemeriksaan kimia darah berupa kadar glukosa dan kolesterol darah dilakukan terhadap 6 ekor luwak yang diberi pakan pisang, kepala ayam dan juga dog food. Hasil menunjukkan bahwa luwak Jawa jantan memiliki kadar glukosa sebesar 68,00±22,55 mg/dL dan luwak Jawa betina yaitu sebesar 73,78±12,60 mg/dL. Kadar kolesterol darah pada luwak Jawa jantan yaitu sebesar 145,78±22,29 mg/dL dan luwak Jawa betina yaitu sebesar 142,00±12,44 mg/dL.
Performa Reproduksi Ayam IPB-D1 Betina pada Konsentrasi IgY Berbeda Hayu Fitriyani; Niken Ulupi; Aryani Sismin Satyaningtijas
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.2.156-159

Abstract

Ayam IPB-D1 merupakan hasil persilangan antara jantan F1 pelung-sentul dengan betina F1 kampung-broiler parent stock. Keunggulan yang dimiliki ayam IPB-D1 yaitu pertumbuhan yang cepat dan mencapai bobot potong (jantan 1.18 kg dan betina 1.04 kg) pada umur 10-12 minggu. Salah satu indikator ketahanan tubuh terhadap penyakit yakni konsentrasi Immonoglobulin Yolk (IgY) pada serum. Induk ayam yang memiliki konsentrasi IgY serum tinggi menghasilkan kuning telur dengan konsentrasi IgY yang tinggi . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi konsentrasi IgY yang berbeda terhadap reproduksi pada ayam IPB-D1 betina. Penelitian ini menggunakan 20 ekor ayam IPB-D1 7 bulan, terdiri dari 10 ekor dengan konsentrasi IgY tinggi dan 10 ekor dengan konsentrasi IgY rendah. Variabel yang diamati reproduksi meliputi fertilitas, daya tetas, dan bobot DOC ayam IPB D-1. Hasil penelitian mengenai performa reproduksi ayam IPB -D1 yang memiliki IgY rendah pada kondisi normal menghasilkan persentase fertilitas yang lebih tinggi dibandingkan ayam IPB-D1 IgY tinggi. Daya tetas dan bobot tetas pada telur ayam IPB-D1 yang menunjukkan data persentase daya tetas dan bobot DOC ayam IgY tinggi lebih rendah dibandingkan ayam IgY rendah. Bobot tetas pada penelitian dapat dikatakan kurang maksimal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya peningkatan suhu panas dan penurunan kelembaban pada mesin tetas yang menyebabkan daya tetas pada telur kurang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa induk Ayam IPB-D1 yang memiliki IgY tinggi pada kondisi normal menghasilkan performa reproduksi yang lebih rendah dibandingkan ayam IPB-D1 IgY rendah.
Studi of In Vivo Antidiabetic Activity of Namnam Leaves (Cynometra cauliflora) Extract in Sprague Dawley Rat La Ode Sumarlin; Agik Suprayogi; Min Rahminiwati; Aryani Satyaningtijas; Hajar Hajar; Meyliana Wulandari
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 10, No 1 (2023): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v10i1.23406

Abstract

Various treatments for Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) aim to alleviate hyperglycemia. Although natural products have been extensively utilized, their mechanism of action and efficacy as antidiabetic agents, particularly for T2DM, has not been extensively assessed in vivo. In this research, the leaves of the Namnam (Cynometra cauliflora) were extracted and tested for their activity as an antidiabetic agent. Sprague Dawley rats aged 3.5-4 months, weighing 200-250 g, were used as the experimental model, with a total of 30 individuals. The rats were induced with a high-fat diet and 30% sucrose until their blood glucose concentration reached ≥ 120 mg/dL. Subsequently, the rats were divided into four groups (groups 1, 2, 3, and 4). Over 21 days, changes in blood glucose, triacylglycerol, glycogen, and blood plasma insulin levels were assessed. The results demonstrated that the methanol extract of Namnam leaves (NLME) effectively reduced blood glucose levels by 23-34%, decreased plasma triglyceride levels by 13-30%, and increased liver glycogen levels by 68-96% compared to the control group (Diabetes). Among all the parameters assessed, NLME exhibited similar performance to metformin, a commonly prescribed diabetes medication (p<0.05). Furthermore, the study revealed that NLME exerted antidiabetic effects, particularly for T2DM, by promoting liver glycogen formation, enhancing insulin secretion control, facilitating glucose absorption by muscles, and restricting fat metabolism in the blood
Kadar Glukosa, Kolesterol dan Kadar Asam Urat Darah Puyuh pada Fase Starter, Grower, dan Layer La Jumadin; Aryani Sismin Satyaningtijas; Wasmen Manalu; Damiana Rita Ekastuti; Chairun Nisa; Mohamad Yogie Hendrawan; Yuvensius Yuvensius; Resi Milna
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.494

Abstract

Puyuh dikenal sebagai penghasil protein hewani berupa telur dan daging yang sangat baik. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dasar beberapa parameter biokimiawi darah, yang meliputi kadar glukosa darah, kadar kolesterol darah, dan kadar asam urat darah serta bobot badan pada puyuh fase starter (umur 18 hari), grower (umur 25 hari), dan layer (umur 330 hari). Pengambilan darah dilakukan melalui rute intravena (vena brachialis) terhadap 120 ekor burung puyuh. Setiap fase terdiri atas 10 ekor puyuh. Hasil analisis statistika menunjukkan tidak ada pengaruh nyata antara fase dengan kadar glukosa darah puyuh, namun nilai kadar glukosa tertinggi terdapat pada fase starter. Kadar glukosa darah semakin menurun dengan semakin bertambahnya umur dan semakin bertambahnya bobot badan. Kadar kolesterol darah pada berbagai fase pemeliharaan/umur puyuh menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0,05), nilai kolesterol darah tertinggi diperoleh pada fase layer. Kadar asam urat menunjukkan tidak terdapat pengaruh umur pemeliharaan (p>0,05). Kadar asam urat tertinggi terdapat pada puyuh fase grower. Simpulan penelitian ini adalah kadar glukosa darah dan kadar asam urat tidak menunjukkan perbedaan pada setiap umur pemeliharaan, sedangkan pada kadar kolesterol darah memberikan pengaruh yang nyata.
Penanganan spectacular dysecdysis pada seekor ular Boa constrictor di Lombok Wildlife Park, Nusa Tenggara Barat Fadhila Satvika; Gilang Kala Maulana; Aryani Sismin Satyaningtijas; Damiana Rita Ekastuti; Hera Maheshwari; Koekoeh Santoso; Ronald Tarigan; Pudji Achmadi; Isdoni Bustamam
ARSHI Veterinary Letters Vol. 7 No. 4 (2023): ARSHI Veterinary Letters - November 2023
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.7.4.67-68

Abstract

Lombok Wildlife Park is a conservation institution located in Lombok, Nusa Tenggara Barat, and with specialization for wild animals including snake. This paper reports the treatment of spectacular dysecdysis in a Boa constrictor snake. The snake Boly, approximately 1.5 years old with a body weight of 8 ounces, experienced stuck eye caps or spectacular dysecdysis after an incomplete moulting process. There was swelling of the tissue in both eyes, and the boa lost appetite. Treatment was carried out by administering antibiotics and anti-inflammatory drugs for the first 3 days and continued with supporting supplements in the form of iron and intramuscular vitamin B12 for the next 3 days. The swollen tissue in the left eye burst and caused damage to the eye organs, whereas the dried tissue in the right eye was peeled off manually. The snake's appetite has improved again, and it wants to eat on its own.
Traumatic toenail wound in a Thai elephant (Elephas maximus indicus) : Toenail wound in elephant Lynette Ong Huey; Agik Suprayogi; Aryani Sismin Satyaningtijas; Damiana Rita Ekastuti; Hera Maheshwari; Isdoni Bustaman; Koekoeh Santoso; Pudji Achmadi; Wasmen Manalu; Sattabongkoch Maneewong; Ronald Tarigan
ARSHI Veterinary Letters Vol. 8 No. 1 (2024): ARSHI Veterinary Letters - February 2024
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.8.1.3-4

Abstract

Elephant is Thailand’s national animal which represents three aspects: loyalty, longevity, and strength. Thai elephants are often used for deforestation and tourist activities, such as elephants, riding, and showering. This case report highlights a traumatic wound in the left foreleg nail of a showering Thai elephant. Nail wounds undergo infection and tissue necrosis. A bone fragment suspected to be part of the distal phalanges was found and confirmed by X-ray examination. However, a surgical approach is not recommended because of the high risk of sedation in elephants. Routine wound cleaning with antiseptics and topical antibiotics was performed on the traumatic wounds. The bone fragment was removed after necrosis of the surrounding tissues. The prognosis for this case was considered good based on the location and wound condition.
Daya tahan panas berbagai bangsa sapi pedaging di peternakan rakyat Kampung Astomulyo, Kabupaten Lampung Tengah Irfan Nurhidayat; Agik Suprayogi; Aryani Sismin Satyaningtijas; Damiana Rita Ekastuti; Hera Maheshwari; Isdoni Bustamam; Koekoeh Santoso; Pudji Achmadi; Wasmen Manalu; Ronald Tarigan
ARSHI Veterinary Letters Vol. 8 No. 1 (2024): ARSHI Veterinary Letters - February 2024
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.8.1.17-18

Abstract

Animals' productivity and health status in tropical regions are significantly influenced by their ability to adapt to hot and humid tropical environments. This study aimed to compare the heat tolerance of the Ongole-cross (OC), Simmental-cross (SC), and Limousin-cross (LC) breeds raised in Astomulyo Village, Lampung Tengah District. This location had a high environmental stress index in the afternoon and moderate environmental stress in the morning and evening. Most cattle have a Heat Tolerance Coefficient (HTC) above 100, and there are no significant differences in HTC values among cattle breeds. The OC, SC, and LC cattle breeds exhibit good heat tolerance and can adapt to hot and humid environments in Lampung Tengah District.