Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

The Institutional Role of Slum Management in Denpasar City Area Wijaya Putra, Anak Agung Gde Sutrisna; Paturusi, Syamsul Alam; Putra, I Nyoman Darma; Kumbara, Ngr. Anom
International Journal of Social Service and Research Vol. 4 No. 03 (2024): International Journal of Social Service and Research (IJSSR)
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/ijssr.v4i03.760

Abstract

The limited availability of land in major cities like DKI Jakarta, Surabaya, and Denpasar City has forced residents to compromise on ideal settlement locations, leading to a switch in land use patterns. Failure to secure ideal locations exacerbates settlement issues, ultimately contributing to the proliferation of urban slums. Denpasar City, in particular, grapples with various problems stemming from slum growth. As part of its responsibilities in urban development, the government is tasked with providing public services, safeguarding low-income communities, promoting regional growth, ensuring environmental sustainability, and upholding national integrity. However, the phenomenon of migrant influx in Denpasar City presents an additional challenge for governance. Traditional villages play a pivotal role in managing migrant populations by leveraging pecalang (traditional Balinese security forces) and customary rules to maintain community cohesion. To effectively address slum proliferation, customary villages must align their development goals and strategies. This qualitative research utilizes primary and secondary data to explore the role of institutions in slum management. Despite various programs aimed at mitigating urban challenges, the effectiveness of institutions like the PKP Working Group and DLHK remains suboptimal. Therefore, there is a pressing need for customary villages to play a more active role in tackling slum issues within their jurisdictions.
KAJIAN PERENCANAAN PASAR INDUK KABUPATEN BADUNG DENGAN PENDEKATAN TATA RUANG, ARSITEKTUR, DAN BUDAYA LOKAL BALI I MADE SASTRA WIBAWA; TJOKORDA ISTRI PRAGANINGRUM; ANAK AGUNG GDE SUTRISNA WIJAYA PUTRA; MADE WAHYU WIJAYA; I PUTU YANA HERMAWAN; I KETUT AGUS KARMADI
GANEC SWARA Vol 18, No 3 (2024): September 2024
Publisher : Universitas Mahasaraswati K. Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35327/gara.v18i3.1060

Abstract

In the central market planning project in Badung Regency, Bali, the main objective was to develop an economic center that combines cultural elements with sustainable economic growth. The planning goes beyond the traditional paradigm of development by integrating cultural, social, environmental, architectural, civil engineering and economic factors, creating an entity that carries more value than just commercial transactions. The central market is intended to represent a balance between cultural heritage and the dynamics of modernity, with reference to the principles of Tri Hita Karana (balance with God, fellow humans, and the natural environment) as well as the concept of Hulu - Teben which directs the organization of space based on the flow of the river. The Tri Mandala and Sanga Mandala concepts guide the zone mapping and building orientation, optimizing air circulation and natural lighting. The market architecture adopts traditional Balinese elements such as limasan and jineng roof forms, and utilizes natural materials such as red bricks and temple stones. A purposeful and iconic signage system, including the Ratu Niang Sakti statue, became an important part of the design. The result is a synergy between cultural values and global progress, forming a neighborhood that functions not only as a place of transaction, but also as a vehicle for cultural preservation and a driver of inclusive economic growth. The project encourages active community participation in the development process, accelerates the welfare of local communities, and improves the competitiveness of the region. Thus, the project achieves its goal not only as physical infrastructure, but also as a platform that integrates cultural significance and economic dynamism within the framework of sustainable development
KONDISI DAN LUAS SEBARAN EKOSISTEM PADANG LAMUN DI WILAYAH PESISIR PULAU BALI Sutrisna Wijaya Putra, A.A. Gde; Widyasari, Ni Luh; Vina Maharani, Made; Indah Dianti Putri, Putu
Jurnal Ecocentrism Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Ecocentrism
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/jeco.v5i1.10972

Abstract

Padang lamun adalah salah satu ekosistem di kawasan pesisir Pulau Bali yang memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Namun, aktivitas antropogenik telah menyebabkan ekosistem lamun mengalami degradasi yang signifikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi kesehatan bedeng lamun dan menentukan distribusi area bedeng lamun di kawasan pesisir Pulau Bali. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan data sekunder yang diperoleh dari Peraturan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2020. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi ekosistem lamun di kawasan pesisir Pulau Bali dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori kaya/Sehat yang mencakup area seluas 47,11 Ha (3,66%); kategori kurang kaya/kurang sehat seluas 932,72 Ha (72,39%); dan kategori buruk seluas 308,68 Ha (23,96%). Kawasan pesisir Kota Denpasar memiliki distribusi lamun tertinggi, yaitu 400,95 Ha, dengan ditemukan 10 jenis vegetasi lamun, yaitu Holodulepinifolia, Thalassia hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Enhalus acoroides, Zostrea sp., Holodule uninervis, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophilia avails, dan Cymodocea serrulata.
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KAWASAN RAWAN BENCANA PROVINSI BALI Sutrisna Wijaya Putra, A.A. Gde; Mahendra Dewi, Ni Luh Putu; Maharani, Shinta Enggar; Wahyudi, Wahyudi
Jurnal Ecocentrism Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Ecocentrism
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/jeco.v5i1.11535

Abstract

Tekanan dan permasalahan lingkungan hidup di Provinsi Bali dari waktu ke waktu semakin kompleks bahkan meluas. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi menjadi salah satu penyebab terjadinya tekanan dan permasalahan lingkungan. Pertumbuhan penduduk Bali rata-rata 1,01% per tahun pada periode tahun 2010-2020, sedangkan pada tahun 2021 pertumbuhan penduduk Bali sebesar 1,4%. Pertumbuhan penduduk tertinggi telah terjadi di Kabupaten Buleleng mencapai (2,51%) dan Kabupaten Karangasem sebesar 2,29%, sedangkan untuk Kota Denpasar dan Kabupaten Badung terjadi penurunan pertumbuhan penduduk dengan persentase -0,81% untuk Kota Denpasar dan 0,09% terjadi di Kabupaten Badung dikarenakan adanya dampak Covid-19 yang mendorong terjadinya migrasi penduduk dari wilayah perkotaan ke pedesaan sehingga terjadi penurunan pertumbuhan penduduk yang sangat signifikan. Meskipun pertumbuhan penduduk di Provinsi Bali mengalami penurunan dibanding sepuluh tahun sebelumnya, namun pengelolaan lingkungan hidup tetap harus diupayakan oleh Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat. Namun disadari bahwa upaya pengelolaan lingkungan hidup secara “business as usual” tidak akan mampu mengimbangi laju kerusakan lingkungan hidup.
Identifikasi Karakteristik Permukiman Kumuh di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Wijaya Putra, A. A. Gde Sutrisna; Widyasari, Ni Luh
Jurnal Ilmiah Kurva Teknik Vol. 14 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah Kurva Teknik
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/jikt.v14i1.11430

Abstract

Tingginya pertumbuhan penduduk memberikan dampak terhadap peningkatan kebutuhan lahan untuk pembangunan kawasan permukiman dan pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana. Perkembangan pembangunan yang tidak diiringi dengan perkembangan ekonomi masyarakat memicu permasalahan permukiman berupa munculnya permukiman kumuh, sebagaimana yang terjadi di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi kekumuhan yang terjadi di Kecamatan Pupuan sebagai kecamatan dengan titik lokasi kawasan permukiman kumuh terbanyak di Kabupaten Tabanan. Metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi kekumuhan pada permukiman kumuh Kecamatan Pupuan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang seluruh data dan informasi didapatkan melalui kegiatan observasi ke lapangan. Permukiman kumuh di Kecamatan Pupuan masuk ke dalam kategori kumuh tingkat ringan dengan tingkat kepadatan bangunan yang rendah. Meskipun demikian, adanya ketersediaan jalan lingkungan, drainase, pengelolaan air limbah, penyediaan air minum, pengelolaan persampahan, hingga sarana dan prasarana proteksi kebakaran masih belum memenuhi standar dan persyaratan teknis.
TANTANGAN IMPLEMENTASI CIRCULAR ECONOMY DALAM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN (STUDI KASUS: KOTA DENPASAR) Sutrisna Wijaya Putra, A.A. Gde; Mahendra Dewi, Ni Luh Putu; Maharani, Shinta Enggar
Jurnal Ecocentrism Vol. 5 No. 2 (2025): Jurnal Ecocentrism
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/jeco.v5i2.12813

Abstract

The transformation of waste management toward a circular economy has become a crucial agenda for urban sustainability in Indonesia, including Denpasar, the economic and tourism hub of Bali. This study aims to analyze the challenges in implementing a circular economy within Denpasar’s urban waste management system using descriptive-analytical approach based on secondary data from 2024. The findings indicate that although Denpasar has established a strong regulatory framework through Regional Regulation No. 3 of 2015 and Mayor Regulation No. 50 of 2018, its implementation still faces several structural constraints. According to data from the Denpasar Environmental and Sanitation Agency (DLHK) up to 2024, assessed at only 67%, the informal sector remained inactive (0%), and budget allocation waste management was relatively low (1.8% of the total city budget). Technically, the Denpasar DLHK Performance Report and several local media sources confirm that the Sarbagita Suwung Regional Landfill (32.4 ha) has exceeded its technical capacity. Limited public participation in waste segregation and weak cross-sectoral collaboration further hinder the realization of circularity. To achieve an environmentally resilient city, Denpasar needs to strengthen institutional collaboration, develop green financing Tri Hita Karana.