Angguniko, Bastin Yungga
Balai Penelitian dan Pengembangan Irigasi

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

OPTIMALISASI FUNGSI PLTA MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI (STUDI KASUS PLTA BENDUNGAN BILI-BILI) Mahida, Masmian; Angguniko, Bastin Yungga
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 17, No 2 (2018): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Data Balai Bendungan Kementerian PUPR 2015 bahwa kontribusi energi PLTA di 208 waduk besar di Indonesia yang sudah beroperasi kurang lebih 5.833 MW (kapasitas terpasang). Pemerintah saat ini telah melakukan assessment terhadap waduk-waduk potensial untuk dibangun PLTA maupun waduk eksisting yang terdapat PLTA untuk ditingkatkan daya kapasitasnya. Hasil identifikasi awal bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurang optimalnya produksi listrik pada waduk. Dalam kasus ini adalah Waduk Bili-bili dimana permasalahan sedimentasi di waduk yang melebihi kapasitas tampung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa yang perlu perhatian utama sehingga dapat meningkatkan optimalisasi fungsi PLTA Bendungan Bili-bili dalam mendukung ketahanan energi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi penting yang digali melalui FGD dengan para pakar. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif melalui analisis Strategic Assumption Surfacing and Testing untuk mengungkap asumsi kritis dan penting secara hierarkis yang melandasi program peningkatan optimalisasi fungsi PLTA Bendungan Bili-bili. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu perhatian utama pada asumsi adanya potensi ketersediaan air untuk pengoperasian bendungan sepanjang tahun, adanya konservasi wilayah hulu untuk menjaga ketersediaan air, dan adanya dukungan untuk pengoperasian waduk sepanjang tahun. Asumsi penting selanjutnya untuk diperhatikan adalah terpenuhinya debit air untuk pengoperasian bendungan sepanjang tahun, adanya kebijakan pemerintah terkait alokasi air untuk bendungan sepanjang tahun, kesiapan pengelola waduk untuk menyesuaikan pola operasi waduk, adanya mitigasi dampak negatif pemanfaatan air waduk sepanjang tahun, kesiapan PLN untuk menyerap energi listrik sepanjang tahun, adanya kemudahan aspek perizinan PEMDA, adanya komitmen pemerintah dalam menyediakan anggaran dalam pengoperasian waduk, dan adanya koordinasi lintas lembaga yang baik dalam pendayagunaan Sumber Daya Air.
DINAMIKA PENGEMBANGAN IRIGASI RAWA PASANG SURUT (PENDEKATAN SISTEM DINAMIK) Panggabean, Elias Wijaya; Angguniko, Bastin Yungga
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 8, No 2 (2016)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1155.744 KB)

Abstract

AbstractThis paper provides alternative policy in the development of tidal marsh irrigation through the model and simulation system. The methodology used to construct this system is using system dynamics approach that produces some relationship simulations. Research shows that, first: revitalization or improvement of irrigation networks based solely on the effective area continues to decrease every year, while potential areas or which have already been transferred in part directly is not revitalized. Second, access to farm roads that are less good make the selling price of agricultural products become low. Third, there is a relationship between the condition of irrigation systems and the adequacy of the water with the interest of farmers to develop rice cultivation. The conclusion that the sale price of grain is very closely related to the ease of access to transport and quick revitalization, and the acceleration of the access road.Keywords : system dynamics, causal loop, simulation model, policyAbstrakMakalah ini memberikan alternatif kebijakan dalam pengembangan irigasi rawa pasang surut melalui model dan simulasi sistem. Metodologi yang digunakan untuk membangun sistem ini adalah menggunakan pendekatan system dynamics yang menghasilkan beberapa simulasi keeeratan hubungan. Penelitian menunjukkan bahwa, pertama: kebijakan revitalisasi atau peningkatan jaringan irigasi yang hanya berdasarkan luas efektif yang setiap tahun terus berkurang, sementara areal potensial atau yang terlanjur dialihkan langsung sebagian tidak direvitalisasi. Kedua, akses jalan usaha tani yang kurang baik membuat harga jual produk pertanian menjadi rendah. Ketiga, terdapat hubungan antara kondisi jaringan irigasi dan kecukupan air dengan minat petani mengembangkan pertanian sawah. Simpulannya adalah strategi pengembangan harga jual gabah hasil pengembangan irigasi rawa pasang surut sangat erat kaitannya dengan kemudahan akses transportasi, revitalisasi cepat,dan percepatan peningkatan akses jalan.Kata kunci: sistem dinamik, kausal loop, simulasi model, kebijakan
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TEKNOLOGI SUMUR RESAPAN AIR HUJAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI (Studi Kasus : Kabupaten Tangerang Selatan ) Angguniko, Bastin Yungga
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.323 KB)

Abstract

Air memainkan peran penting dalam hidup kita, tetapi hanya sedikit orang yang berpikir untuk menjaga danmelestarikannya. Namun, kemampuan alam meresapkan air tidak seimbang dengan kegiatan manusia yangmenyebabkan semakin langkanya air. Ini dapat menimbulkan dampak negatif, seperti: kekurangan air, banjirdan penurunan tanah. Dengan mengetahui, memahami, dan melaksanakan pembuatan sumur resapan airhujan (SRAH) dan lubang resapan biopori (LRB) sebagai alternatif pengembangan teknologi terapan, manusiadapat menyimpan air, menyelamatkan lingkungan, dan mengatasi kelangkaan air tersebut. Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui seberapa jauh persepsi masyarakat hingga saat ini dalam sosialisasi dan penerapanteknologi SRAH dan LRB. Pendekatan ini diharapkan untuk memberdayakan potensi lokal, memupuk rasa milikdiri, meningkatkan nilai manfaat, dan menjamin keberlanjutan. Artikel ini menggunakan metode penelitiantindakan dengan lokasi di Tangerang Selatan. Kajian ini ingin mengobservasi penerapan partisipatif dalamteknologi SRAH dan LRB sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam setiap tahap proyek /pembangunanmelalui proses uji coba secara bertahap pada tingkat RT/RW, kelurahan/kecamatan, dan perumahan. Sebagaihasil, selain mengatasi masalah sampah di lingkungan perumahan akibat genangan, pejabat pemerintahditempatkan sebagai pendukung / fasilitator, sementara kontrol terhadap proses pembangunan lebihdipercayakan kepada publik. Persepsi tingkat penerimaan terbesar dalam tahap sosialisasi 49.70% (168orang) dan penerapan 87.28% (295 orang) adalah pada tingkat Rukun Tetangga / Rukun Warga.
TATA KELOLA PENDAYAGUNAAN SDA MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI (STUDI KASUS PLTA BENDUNGAN BILI-BILI) Mahida, Masmian; Kusumartono, FX Hermawan; Krisbandono, Adji; Angguniko, Bastin Yungga
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.333 KB)

Abstract

Data Balai Bendungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015 bahwa kontribusi energi PLTA melalui 208 bendungan besar di Indonesia yang sudah beroperasi hingga kini kurang lebih 5.833 MW (kapasitas terpasang). Pemerintah saat ini juga telah melakukan assessment terhadap bendungan-bendungan yang potesial untuk dibangun PLTA maupun bendungan yang sudah ada PLTA untuk diektensifikasi kapasitasnya. Langkah ini dilakukan karena berdasarkan analisis pakar di lapangan bahwa tipe bendungan multi fungsi sesungguhnya dapat memberi manfaat besar jika dikelola dengan optimal dalam menyediakan air irigasi, air baku, dan PLTA. Namun, diidentifikasi awal bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurang optimalnya produksi listrik pada bendungan, salah satunya karena permasalahan pola operasi bendungan yang harus mengikuti pola kebutuhan air irigasi dan adanya beberapa peran stakeholder yang terlibat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor (variabel) utama yang dapat mendorong dalam pemanfaatan infrastruktur bendungan sehingga dapat mendukung ketahanan energi. Dalam hal ini dilakukan analisa terhadap kendala dalam optimalisasi fungsi PLTA pada bendungan eksisting, yakni pada Bendungan Bili-bili sehingga dapat beroperasi sepanjang tahun dengan mempertimbangkan peran para stakeholder yang terkait. Metode penelitian dengan pendekatan analisis pengambilan keputusan menggunakan ISM (Interpretative Structural Modelling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan komitmen pemerintah dalam penyediaan anggaran operasi pemeliharaan bendungan, perlu mempersiapkan SDM aparat SDA yang terampil, keterlibatan dan sinergitas instansi terkait dari hulu-hilir, serta perlunya peran aktif tokoh masyarakat, kepala dinas terkait, masyarakat sekitar bendungan, dan pengelola bendungan.
HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN SISTEM KEBUDAYAAN DALAM PEMANFAATAN AIR (Studi Komparatif Etnis Dayak Kapuas dan Sasak Lombok) Suriadi, Andi; Angguniko, Bastin Yungga
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.126 KB)

Abstract

Penelitian ini mengangkat hubungan perbedaan kondisi lingkungan sumber daya air (wilayah rawa danpegunungan) dengan sistem kebudayaan pemanfaatan air pada etnis Dayak Kapuas dan etnis Sasak Lombok.Dengan menggunakan metode kualitatif, terungkap bahwa terdapat beberapa perbedaan pada wujudkebudayaan yakni sistem budaya, perilaku, dan karya budaya dalam pemanfaatan air, baik untuk kebutuhandomestik maupun untuk kebutuhan pertanian. Perubahan lingkungan sumber daya air di daerah hulu ternyatamenyebabkan pula perubahan pada sistem kebudayaan kedua etnis tersebut. Untuk itu, perlu mendorongupaya konservasi di bagian hulu untuk menjamin ketersediaan sumber daya air (di Lombok) dan keperluanteknologi pengolahan air serta mobilitas moda transportasi sungai (di Kapuas).