Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI AYAM GORENG PADA MENU RM BUNGO TANJUANG RAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROCESS COSTING Damayanti, Ria Alfia; Agustina, Ridhi; Latifah, Zuhrotul; Hartono, Halleina Rejeki Putri
Neraca: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2024): Neraca: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi
Publisher : Neraca: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) ayam goreng di RM Bungo Tanjuang Raya menggunakan metode Process Costing. HPP merupakan komponen penting dalam menentukan harga jual yang kompetitif dan memengaruhi laba perusahaan. Data yang digunakan meliputi biaya bahan baku, biaya overhead pabrik, dan tenaga kerja langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HPP yang dihitung oleh RM Bungo Tanjuang Raya sebesar Rp6.600 per unit tidak mencakup biaya depresiasi aset, sehingga menghasilkan laba bruto Rp53.686.000 per tahun. Sementara itu, perhitungan menggunakan metode Process Costing menghasilkan HPP sebesar Rp8.058 per unit dengan laba bruto Rp30.302.000 per tahun. Perbedaan ini menunjukkan pentingnya memperhitungkan seluruh komponen biaya untuk mendapatkan HPP yang akurat. Penelitian ini merekomendasikan RM Bungo Tanjuang Raya untuk menggunakan metode perhitungan HPP yang lebih komprehensif dan menyesuaikan harga jual agar mencerminkan biaya produksi yang sebenarnya.
Masjid Pathok Negara Mlangi; Penjaga Islam Sunni Di Yogyakarta Latifah, Zuhrotul; Maimunah, Siti; -, Riswinarno
Thaqafiyyat : Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam Vol 22, No. 1 (2023): Thaqāfiyyāt
Publisher : Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/thaq.2022.22103

Abstract

Abstract: This research examines the role of the Pathok Negoro Mlangi Mosque in preserving Sunni Islam in Yogyakarta. This mosque, also known as Masjid Jami’ An Nur, is closely related to the Yogyakarta Palace because it was built by Prince Hangabehi Sandiyo or Kiai Nur Iman, who was the elder brother of Sultan Hamengku Buwono I in 1758. The research questions addressed in this study are: What is the background of the establishment of the Pathok Negoro Mlangi Mosque? What is the role of the Pathok Negoro Mlangi Mosque in preserving Sunni teachings? This research employs the concept of the mosque as a center of Islamic culture. The research method used is historical methodology with four stages: heuristic, verification, interpretation, and historiography. The results of this research indicate that the Pathok Negoro Mlangi Mosque was built by Kiai Nur Iman, the brother of Sultan Hamengku Buwono I, who chose to spread the religion or preach rather than hold positions in the palace with all its luxuries. On the land granted by Sultan Hamengku Buwono I, Kiai Nur Iman built a mosque to teach the religion of Sunni Islam. The studies conducted at the Mlangi mosque are based on books aligned with Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah, such as Matan Taqrib, Fathu al-Wahhab bi Syarh Manhaj al-Thullab Syarh Minhaj al-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin, Fathu al-Mu’in bi Syarhi Qurrathi al-‘Ain bi Muhimmat al-Din, tafsir Al-Jalalain, the hadith books Sahih Bukhari and Sahih Muslim, and the book Riyadl al-Shalihin. Regarding ethical issues, the study books include Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum and Ihya’ ‘Ulum al-Din, books that integrate the beliefs of Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah, the Shafi'i fiqh school, and the Sufism of Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah. Studies of these books continue to be preserved by the successive generations of Kiai Nur Iman in various regions of Yogyakarta.Abstrak: Penelitian ini mengkaji tentang peran Masjid Pathok Negoro Mlangi dalam melestarikan Islam Sunni di Yogyakarta. Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Jami’ An Nur  yang berkaitan erat dengan Keraton Yogyakarta karena dibangun oleh Pangeran Hangabehi Sandiyo atau Kiai Nur Iman yang merupakan kakak dari Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758.  Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana latar belakang berdirinya Masjid Pathok Negoro Mlangi? Bagaimana peran Masjid Pathok Negoro Mlangi dalam melestarikan ajaran Sunni? Penelitian ini menggunakan konsep masjid sebagai pusat kebudayaan Islam. Metode penelitiannya adalah metode sejarah dengan empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini bahwa Masjid Pathok Negoro Mlangi dibangun oleh Kiai Nur Iman yang merupakan kakak Sultan Hamengku Buwono I, lebih memilih menyebarkan agama atau berdakwah daripada menduduki jabatan di keraton dengan segala kemewahannya.  Di tanah perdikan pemberian Sultan Hamengku Buwono I, Kiai Nur Iman membangun masjid untuk mengajarkan agama Islam Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah. Kajian kitab di masjid Mlangi adalah kitab-kitab yang berhaluan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah seperti Matan Taqrib, Fathu al-Wahhab bi Syarh Manhaj al-Thullab Syarh Minhaj al-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin, Fathu al-Mu’in bi Syarhi Qurrathi al-‘Ain bi Muhimmat al-Din, tafsir Al-Jalalain, kitabhadis Shahih Bukhari,Shahih Muslim dan kitab Riyadl al-Shalihin, dalam persoalan akhlak kajian kitabnya adalah kitab  Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum, dan kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din, kitab yang mengintegrasikan antara akidah  Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah, fiqh mazhab Syafii, dan tasawuf Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah. Kajian-kajian kitab semacam ini terus dilestarikan oleh generasi penerus Kiai Nur Iman di berbagai wilayah Yogyakarta.  
Respons Sultan-Sultan Banten Terhadap Intervensi Belanda Tahun 1684-1811 Siregar, Ahmad Rajab; Latifah, Zuhrotul
Thaqafiyyat : Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam Vol 22, No. 2 (2023): Thaqāfiyyāt
Publisher : Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/thaq.2023.22206

Abstract

penelitian ini mengkaji tentang respons sultan-sultan Banten dalam menghadapi intervensi Belanda dalam pemerintahannya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan intervensi yang dilakukan Belanda terhadap Banten sejak Sultan Haji berkuasa hingga ditaklukkan Inggris, menguraikan para sultan Banten yang mendapat intervensi Belanda, dan reaksi para sultan terhadap intervensi yang dirasakannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan politik untuk memahami respons para sultan Banten. Metode yang dipakai adalah metode penelitian sejarah yang mencakup empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini ialah perjanjian Sultan Haji dengan Belanda yang disepakati tanggal 17 April 1684, menjadi langkah awal Belanda untuk mengintervensi Banten. Sejak era Sultan Haji, Kesultanan Banten telah berada dalam pengaruh Belanda. Sebagian keputusan sultan juga harus mendapat izin Belanda terlebih dahulu. Belanda juga memonopoli perdagangan di Banten, bahkan mendirikan benteng pertahanan untuk memperkuat posisinya. Intervensi yang dilakukan Belanda membawa dampak buruk bagi Banten. Kondisi Banten kala itu sudah seperti daerah bagian Belanda yang harus mengikuti kemauannya. Menghadapi situasi ini, para sultan Banten memberikan reaksi atas campur tangan Belanda terhadap pemerintahannya. Sebagian sultan memilih untuk bersahabat dengan Belanda dan sisanya melakukan perlawanan. Meskipun berbeda dalam menghadapi intervensi Belanda, para sultan Banten ternyata memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan Kesultanan Banten.
The Development of Maritime Culture in the Islamic Mataram Kingdom: Social, Ekonomic, and Political Dynamics During the Time of Sultan Agung (1613 – 1645 AD) Muhsin, Imam; Maharsi, Maharsi; Faidi, Ahmad; Latifah, Zuhrotul; Ittihadiyah, Himayatul; Syauqii, Fachri; Al Hamid, Mujahidin Nur
Diakronika Vol 25 No 1 (2025): DIAKRONIKA
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/diakronika/vol25-iss1/467

Abstract

This research examines the development of maritime culture in the Islamic Mataram Kingdom during Sultan Agung (1613-1645 AD), focusing on the interaction between agrarian and maritime cultures that shaped the Kingdom's identity. The Islamic Mataram Kingdom, located in the interior of Java, not only developed agrarian power but also made maritime expansion efforts as its power base. Through a historical approach using political and cultural analyses of primary sources, such as Babad Tanah Djawi, with the concepts of continuity and change as well as cultural acculturation as the basis for understanding the social dynamics that occurred, this research explores Sultan Agung's various policies, including the development of port infrastructure, the strengthening of the navy, and the development of religious traditions related to the sea. The results show that these policies expanded trade routes and strengthened the Kingdom's social and political legitimacy. By integrating local culture and Islamic elements, Sultan Agung created a synergy between agrarian and maritime power, significantly impacting Mataram society's economic and social stability. The findings are expected to provide new insights into the role of marine culture in Indonesian history, which is inclusive, cosmopolitan, multicultural, intercultural/mutual cooperation, and egalitarian, and its relevance in the context of marine culture development today.