Ayuningtyas, Tita Rachma
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STUDI ROUNDED SHOULDER POSTURE PADA WANITA LANJUT USIA: PERAN KINESIOTAPING IN STRETCHING EXERCISE Maulana, Firdausi Kahfi; Ayuningtyas, Tita Rachma; Susanti, Susi; Nurpratiwi, , Resti; Nevangga, Rizky Patria
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.38551

Abstract

Rounded Shoulder Posture (RSP) merupakan salah satu masalah postur yang umum terjadi pada lansia akibat perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal. Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan otot, membatasi mobilitas, dan mengurangi kualitas hidup. Kombinasi kinesiotaping dan stretching exercise dinilai dapat menjadi metode yang efektif untuk memperbaiki postur tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi kinesiotaping dan stretching exercise terhadap perubahan sudut RSP pada lansia wanita. Penelitian kuasi-eksperimental ini menggunakan desain non-randomized two-group pre-test and post-test. Sebanyak 24 lansia wanita berusia 60 tahun di Griya Werdha Jambangan, Surabaya, dibagi menjadi dua kelompok: kelompok kinesiotaping dan kelompok kombinasi kinesiotaping dengan stretching exercise. Pengukuran sudut RSP dilakukan menggunakan aplikasi Physiocode Posture sebelum dan sesudah perlakuan selama dua minggu. Analisis data menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji t-sampel bebas. Hasil menunjukkan penurunan rata-rata sudut RSP sebesar 0,98° pada kelompok stretching exercise dan 1,32° pada kelompok kombinasi (p-0,001). Kelompok kombinasi menunjukkan penurunan sudut RSP yang lebih signifikan dibandingkan k elompok stretching exercise. Kombinasi kinesiotaping dan stretching exercise terbukti lebih efektif dalam memperbaiki RSP dibandingkan stretching exercise saja. Intervensi ini dapat menjadi alternatif penanganan postur tubuh pada lansia, khususnya perempuan, untuk meningkatkan mobilitas dan kualitas hidup mereka. Pengawasan fisioterapis diperlukan untuk memastikan pelaksanaan teknik yang benar dan menghindari risiko cedera.
Hubungan Generalized Joint Hypermobility, Skoliosis, dan Gangguan Muskuloskeletal Anak Usia 10-12 Tahun Ayuningtyas, Tita Rachma
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 7 No. 2 (2024): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - December 2024
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v7i2.38249

Abstract

Latar Belakang: Hipermobilitas sendi tidak dianggap sebagai penyakit tertentu, melainkan fenomena yang berkaitan dengan sistem muskuloskeletal. Gejala umum pada Generalized Joint Hypermobility (GJH) berupa nyeri kronik, sprain, flat foot, dan gangguan musculoskeletal lain jarang terdiagnosa, namun menjadi salah satu faktor risiko terjadinya Adolescent Idiophatic Skoliosis (AIS). Kondisi hipermobilitas pada anak menimbulkan perubahan postur dan meningkatkan risiko injury saat melakukan aktivitas fisik. Tujuan: Menganalisis hubungan antara hipermobilitas sendi pada anak-anak terhadap kondisi skoliosis dan gangguan musculoskeletal anak-anak usia sekolah dasar Metode: Desain penelitian cross sectional dengan melibatkan 60 responden. Analisis statistik dilakukan dengan SPSS versi 25. Uji Pearson dan Spearman untuk melihat tingkat korelasi antara ke-3 variabel. Peneliti melakukan pemeriksaan hipermobilitas sendi atau GJH menggunakan Beighton score, pemeriksaan kelengkungan tulang belakang menggunakan skoliometer dan pemeriksaan gangguan musculoskeletal menggunakan kuesioner. Hasil: Hasil penelitian didapatkan 26.7% responden mengalami hipermobilitas sendi. Skoliosis kurva tunggal 8.3% responden, serta gangguan musculoskeletal yang dialami adalah nyeri lutut, flat foot, dan sprain lebih dari satu kali. Berdasarkan uji korelasi, tidak terdapat hubungan antara GJH dengan skoliosis (p=0.083). Terdapat hubungan antara GJH dan gangguan muskuloskeletal (p=0.003). Kesimpulan: Dalam penelitian ini dapat diambil Kesimpulan GJH berkorelasi terhadap keluhan sendi, sprain ankle, dan flat foot namun tidak berkorelasi dengan kasus skoliosis pada anak-anak.
Skrining Mandiri Kasus Skoliosis Menggunakan Adam’s Forward Bend Test pada Guru Sekolah Dasar Ayuningtyas, Tita Rachma; Nevangga, Rizky Patria; Solikah, Nur Luthfiatus; Saputri, Romadhiyana Kisno; Azzizah, Isma Nur; Hisanah, Hilya Alifiah
Jurnal Implementasi Pengabdian Masyarakat Kesehatan (JIPMK) Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Implementasi Pengabdian Masyarakat Kesehatan
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33660/jipmk.v7i1.174

Abstract

Skoliosis pada usia dewasa merupakan hal yang umum namun kurang dikenali karena memiliki etiologi yang bersifat multifaktorial yang menyebabkan nyeri kronis, keterbatasan fungsional dengan prevalensi tinggi seiring dengan perubahan degeneratif tulang belakang. Kegiatan pengabdian dilakukan di Sekolah Dasar Kota Surabaya dengan melibatkan guru serta karyawan berusia diatas 30 tahun. Deteksi dini kasus skoliosis pada orang dewasa bertujuan untuk mendeteksi adanya skoliosis pada tahap awal perkembangan penyakit dan memonitoring perkembangan kasus sebelum mengarah ke deformitas yang lebih parah. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah Adam’s Forward Bend Test, dengan gerakan pasien membungkuk ke depan dengan lutut lurus dan pemeriksa menilai asimetri pada tulang rusuk dan adanya kelainan bentuk tulang belakang. Pada kegiatan ini didapatkan 15 guru dan karyawan mengalami asimetri jarak ujung jari terhadap lantai yang diukur dari sisi kanan dan kiri, disertai keluhan nyeri bahu dan nyeri pada area punggung dan leher. Sebanyak 20 peserta mengisi kuesioner pre dan post-test serta mengikuti kegiatan praktik secara lengkap. Terdapat peningkatan rata-rata skor pemahaman peserta antara sebelum dan setelah pemberian penyuluhan. Partisipan antusias melakukan praktik pemeriksaan skoliosis menggunakan Adam Forward Bend Test dan melakukannya secara bergantian. Hal ini menunjukkan bahwa skrining dapat dilakukan secara mandiri dan partisipan merasakan keluhan dari gangguan muskuloskeletal dan skor skoliosis. Kegiatan ini memberikan dampak positif berupa peningkatan pemahaman guru dan karyawan terhadap gejala skoliosis pada usia dewasa.
PKM SOSIALISASI PENCEGAHAN KASUS STROKE DAN CAMPAIGN AKTIVITAS FISIK BAGI ANGGOTA PROLANIS DI PUSKESMAS HAMLAHERA SEMARANG Abidin, Zainal; Putri, Ni Ketut Dewita; Ayuningtyas, Tita Rachma
Jurnal Implementasi Pengabdian Masyarakat Kesehatan (JIPMK) Vol 5, No 1 (Maret) (2023): Jurnal implementasi pengabdian masyarakat kesehatan
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33660/jipmk.v5i1.89

Abstract

Stroke menjadi kasus penyebab kematian pertama di Indonesia dengan angka kematian lebih dari 350 ribu per tahun. Stroke merupakan penyakit dengan gejala-gejala defisit saraf akibat gangguan aliran darah pada otak dengan beberapa faktor risiko yang dapat dicegah. Beberapa faktor risiko dari kasus ini antara lain; hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, obesitas, rokok, dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor-faktor diatas berkaitan dengan gaya hidup sedentari, pola makan yang kurang tepat, dan keduanya dapat diperbaiki untuk mencegah penyakit yang lebih serius. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus ini adalah peningkatan pemahaman faktor risiko dan peningakatan aktivitas fisik terprogram. Guna menjawab permasalahan penyakit kronis ini, pemerintah memiliki program dalam pemeliharaan kesehatan bagi peserta yang terintegrasi dengan fasilitas kesehatan dan BPJS. Salah satu program yang ada di tingkat puskesmas adalah Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Secara umum kelompok Prolanis memiliki kegiatan rutin yang meliputi edukasi kesehatan, home visit, dan pemantauan status kesehatan secara rutin. Peserta program prolanis memiliki riwayat penyakit kronis yang diantaranya merupakan faktor risiko kasus stroke. Faktor risiko ini harus dikontrol secara rutin dan diimbangi dengan perbaikan gaya hidup salah satunya aktivitas fisik untuk meminimalisir terjadinya kasus stroke.