Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Lamut Sebagai Puisi Rakyat: Kajian Etnopedagogi: Lamut as Folk Poetry: An Ethnopedagogical Study Fitriana, Arina; Mu’in, Fathul; Noortyani, Rusma; Ngalimun, Ngalimun
Anterior Jurnal Vol. 24 No. 1 (2025): Anterior Jurnal
Publisher : ​Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/anterior.v24i1.8933

Abstract

Lamut is part of folk poetry among the Banjar people. The preservation of folk poetry is its transmission orally or by word of mouth. Lamut is also a tradition that must be preserved because its existence is almost extinct. This research aims to study the Lamut Koran as a form of teaching material that can be taught to students. Students are the right target to be invited to preserve Lamut because students are educated and must maintain traditions and culture. This research is a type of library research with a descriptive form of analysis. Library research is carried out by researchers by collecting data, recording, and processing the data so that results are found that are adapted to the theories used. The analysis technique used is content to identify data from a collection. The results of this research are that Lamut can be a mantra because it has mystical value, Lamut can be used as a poem because it tells a historical story, and Lamut can be used to convey a rhyme. This research also produces values found in lamut as folk poetry. These values include cultural values, social values, and religious values. This research also invites educators to use Lamut as teaching material for Indonesian language material at the SMP/MTs level. The use of Lamut as a form of folk poetry is a form of ethnopedagogical theory study. Ethnopedagogy is a learning model that emphasizes local wisdom values by using ethnicity as a teaching and learning process.
KAJIAN FUNGSI PANTUN BAANTARAN ETNIK BANJAR MENGGUNAKAN TEORI HERMENEUTIKA Rasuna, Rasuna; Ngalimun, Ngalimun; Fitriana, Arina
Jurnal Terapung : Ilmu - Ilmu Sosial Vol 7, No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jt.v7i1.18345

Abstract

AbstrakMetode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yang artinya penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus. Peneliti menentukan subjek penelitian dengan teknik purposive sampling dengan pertimbangan tertentu, yaitu observasi secara deskriptif pada prosesi lamaran masyarakat etnik Banjar dengan melihat adat dan budaya yang menyertainya. Disamping itu penelitian ini juga mengunakan teori hermeneutika yang merupakan kegiatan penafsiran pada umumnya melibatkan beberapa unsur, yaitu teks, mediator, dan pembaca. Hasil penelitian ini mengetahui fungsi pantun baantaran serta menambah khasanah nilai kearifan lokal dalam hal berbalas pantun pada prosesi lamaran masyarakat Banjar. Penelitian ini menggali tentang prosesi adat dan budaya lamaran di daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan berupa penggunaan pantun sebagai tradisi lisan yang sering dilakukan dalam sebuah lamaran perkawinan. Berbalas pantun sebagai budaya lokal yang menggunakan sastra lisan untuk melamar dan menerima mempelai.  Pantun baantaran mempunyai beberapa fungsi diantaranya: 1. Sebagai sarana beramah tamah keluarga dari kedua belah mempelai.  2. Pendahuluan dalam kegiatan lamaran. 3. Isi dari pantun biasanya berisi nasihat. 4. Ungkapan terima kasih dari pihak perempuan maupun pihak laki-laki. 5. Pantun baantaran sebagai ciri khas tradisi lisan masyarakat Banjar atau etnik Banjar.Kata kunci: pantun baantaran, teori hermeneutika, etnik banjar. AbstractThis research method uses descriptive qualitative, which means research using a case study method or approach. The researcher determined the research subjects using a purposive sampling technique with certain considerations, namely descriptive observation of the application procession of the Banjar ethnic community by looking at the customs and culture that accompanied it. Apart from that, this research also uses hermeneutic theory, which is an interpretive activity that generally involves several elements, namely text, mediator, and reader. The results of this research determine the function of pantun baantaran and add to the repertoire of local wisdom values in terms of responding to rhymes in the application procession of the Banjar community. This research explores the traditional and cultural procession of proposals in the Hulu Sungai Selatan Regency area in the form of the use of rhymes as an oral tradition that is often carried out in marriage proposals. Reciprocating pantun is a local culture that uses oral literature to propose and receive a bride.  Baantaran pantun has several functions, including: 1. As a means of hospitality between the families of the bride and groom.  2. Introduction to application activities. 3. The content of the pantun usually contains advice. 4. Expressions of gratitude from women and men. 5. Pantun baantaran is a characteristic of the oral traditions of the Banjar people or Banjar ethnic group.Key words: pantun baantaran, hermeneutical theory, banjar ethnicity.
Supervisi Pembelajaran pada Mahasiswa PLP Menggunakan Model Discovery untuk Mengajar Daring Bahasa Indonesia di Kelas X IPA 2 SMAN 1 Banjarmasin Fitriana, Arina; Ngalimun, Ngalimun
EduCurio: Education Curiosity Vol 3 No 2 (2025): Januari-Maret 2025
Publisher : Yayasan Pendidikan Tanggui Baimbaian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71456/ecu.v3i2.1174

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana supervisi kegiatan yang dilakukan untuk mengatur dengan cara langusng yaitu melihat. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada SMAN 1 Banjarmasin dengan melibatkan para mahasiswa PLP sebagai subjek penelitian. Supervisi pembelajaran ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh penyelia untuk menemukan kekurangan dan menmberikan perbaikan untuk lebih sempurna. Dalam kegiatan supervisi pembelajaran menggunakan aspek yang mengacu kepada hakikat supervisi pembelajaran, ruang lingkup supervisi pembelajaran, serta peran dan fungsi supervisi pembelajaran. Dari hasil yang diperoeh dalam penerapan di pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (lintas minat) dengan penerapan model discovery di kelas X IPA 2 SMAN 1 Banjarmasin ditemukan beberapa langkah kegiatan yang tidak efektif dilakukan saat pembelajaran secara daring. Oleh karena itu, supervisi pembelajaran ada untuk mengevaluasi hal tersebut dan memperbaiki untuk menjadi lebih baik. Dalam kegiatan PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan) pada mahassiswa yang menjadi supervisor atau penyelia ialah guru pamong.
Pendalaman Literasi Kritis Berbasis Digital Bagi Guru Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Jumadi; Noortyani, Rusma; Alfianti, Dewi; Kamal, Sirajuddin; Ngalimun; Mubarak, Husni; Yahya, Andi Muhammad; Fitriana, Arina
JPEMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2025): JPEMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Yayasan Pendidikan Tanggui Baimbaian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71456/adc.v3i3.1374

Abstract

Literasi kritis merupakan kemampuan berpikir analitis dan reflektif yang sangat penting dimiliki oleh pendidik, terutama di tengah arus informasi digital yang cepat dan kompleks. Guru Bahasa Indonesia sebagai pengampu mata pelajaran berbasis teks memiliki peran strategis dalam menanamkan kemampuan literasi kritis kepada siswa. Namun, berdasarkan identifikasi lapangan, masih banyak guru yang belum memahami secara utuh konsep literasi kritis dan penerapannya dalam pembelajaran berbasis digital. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pendalaman materi literasi kritis berbasis digital kepada guru-guru Bahasa Indonesia SMA se-Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan interaktif, diskusi kelompok, dan simulasi pembelajaran yang berlangsung pada tanggal 21 April 2025 dan diikuti oleh 25 guru dari berbagai SMA. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta terhadap konsep literasi kritis, serta kemampuan mereka dalam menyusun rencana pembelajaran yang mengintegrasikan pendekatan tersebut. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam memperkuat kapasitas guru dalam membentuk generasi pembelajar yang kritis, adaptif, dan cakap digital.