Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

ENTREPRENEURIAL PERCEPTION AND MOTIVATION OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS IN PURWOKERTO Nabilla Khansa Naura; Nanang Martono; Elis Puspitasari
Sosiohumaniora Vol 24, No 1 (2022): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, MARCH 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v24i1.31879

Abstract

This paper is the research result that aims to describe the entrepreneurial perception and motivation of vocational high school students in Purwokerto. The topic is mainly brought by the increasing unemployment rate in Indonesia and the rise of job competition after the ASEAN Economic Community. Consequently, the vocational education role could necessarily have prepared individuals to acquire the industry’s qualification. However, the system needs to be adequately improved to hone skills while making money. This research design is the quantitative method, using a survey to examine vocational high school students’ entrepreneurial perception and motivation at two state vocational high schools in Purwokerto. The author randomly took the twelfth grader as the sample. To analyze the data, the author used the descriptive method by using frequency distribution to display the frequency of various selection outcomes. The findings show that 77.8 percent of respondents possess a positive entrepreneurial perception. On the other side, 78.8 percent of respondents have high entrepreneurial motivation. Nonetheless, vocational students’ unreadiness still becomes the main roadblock, causing them to choose to look for a job over setting up a business. Strategic action is needed so that they would not only be confident but ready to create opportunities in the job field.
POTRET SI FAHMI: SISWA KAYA YANG GAGAL BERPRESTASI Sintia Margani; Nanang Martono; Elis Puspitasari
Jurnal Sosiologi Nusantara Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jsn.7.1.17-36

Abstract

Artikel ini menggambarkan habitus siswa kelas atas yang gagal mengukir prestasi di sekolah. Siswa kelas atas gagal berprestasi karena tidak memiliki habitus berprestasi seperti belajar dengan konsentrasi, mendengarkan guru, aktif bertanya dan menjawab, membaca dan membuat catatan, membuat jadwal belajar dan pelaksanaannya, mengatur waktu belajar, mengulang pelajaran, mengerjakan PR serta menghafal pelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode life history yang dilakukan di salah satu SMA di Kota Cilacap. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu siswa kaya yang gagal berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan berbagai “modal” seperti modal ekonomi (berasal dari keluarga kelas atas), budaya (memiliki banyak pengalaman sosial), sosial (jaringan pertemanan) dan simbolik (memiliki banyak fasilitas belajar) tidak membuat siswa kaya dapat berprestasi. Salah satu contohnya adalah Fahmi. Ia gagal berprestasi karena memiliki habitus malas, gemar menyontek, senang bermain, serta memiliki kebiasaan membolos. Habitus tersebut terbentuk melalui proses sosialisasi habitus yang terjadi di lingkungan keluarga, pertemanan dan sekolah. Habitus malas belajar berkembang karena lingkungan keluarga yang tidak membiasakan Fahmi untuk belajar membaca dan menulis sejak kecil. Lingkungan sekolah juga mengembangkan habitus malas belajar melalui cara mengajar guru yang membiasakan siswanya untuk menghapal soal. Lingkungan pertemanan bahkan berperan besar menumbuhkan semua habitus yang melekat pada Fahmi. Jadi, kegagalan berprestasi yang dialami Fahmi disebabkan kegagalan sosialisasi habitus berprestasi di lingkungan keluarga, pertemanan dan sekolah meskipun ia memiliki banyak modal yang dapat digunakan untuk mendukung capaian belajarnya.Kata Kunci: Habitus, Modal, Prestasi, Siswa Kaya 
THE STRATEGY OF SECOND CHOICE PRIVATE SCHOOLS TO FACE EDUCATION COMPETITIVENESS Nanang Martono; Elis Puspitasari; FX Wardiyono Wardiyono
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikdasmen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.513 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1509

Abstract

Kompetisi dalam pendidikan menuntut sekolah swasta harus mampu bersaing dengan sekolah negeri karena mereka menjadi pilihan kedua. Sebagai pilihan kedua maka kebanyakan sekolah swasta tidak mampu menarik siswa-siswa unggulan dan berprestasi. Tujuan studi ini adalah mendeskripsikan usaha yang ditempuh SMA swasta sebagai pilihan kedua untuk berkompetisi dengan sekolah negeri agar dapat bertahan. Penelitian menggunakan metode kualitatif grounded theory di 10 SMA swasta pilihan kedua di Kabupaten Banyumas. Kabupaten ini dipilih karena peningkatan jumlah sekolah swasta yang cukup tinggi. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil studi menunjukkan strategi yang dilakukan sekolah swasta pilihan kedua di antaranya, adalah melakukan promosi secara strategis ke SMP yang menjadi target potensial, memilih siswa tidak mampu, dan memiliki kemampuan akademik rendah sebagai sasaran utama, dan menawarkan biaya sekolah murah bahkan menawarkan sekolah gratis bagi siswa tidak mampu. Competition in education requires the private schools to compete with public schools since they have been as the second choice. As the second choice, most private schools have been in failure to recruit talented and intelligent intake students. This article describes the efforts of private schools as the second choice, to face the competition with other public schools for its survival. This study used grounded theory method by taking 10 private high schools and located in Banyumas district. This district is chosen because the number of private schools is increased almost significantly. Data was collected using observation, interview, and documentation. The result of the study showed that strategies used by this type of school include among others, strategically promote themself to a potential junior high school, choose a low economic and low academic students as their main targets, and offering low-cost education, if possible, offering free cost education for low economic students.
AKTUALISASI NILAI RELIGIUS DALAM UPACARA NGASA DI KAMPUNG BUDAYA JALAWASTU KABUPATEN BREBES Zulfah Khumaeroh; Sulyana Dadan; Elis Puspitasari
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 9, No 4 (2022): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v9i4.2021.1412-1425

Abstract

Upacara ngasa merupakan ritual adat yang sudah ada sejak dulu hingga saat ini dan dilakukan sekali dalam setahun oleh masyarakat di Kampung Budaya Jalawastu. Upacara ngasa dipengaruhi oleh berbagai kepercayaan yang berkembang sesuai masanya. Hal tersebut membuat upacara ngasa mengandung nilai religius yang cukup kompleks. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk aktualisasi nilai religius dalam upacara ngasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, serta teori  tindakan sosial sebagai landasan analisisnya. Hasil penelitian menunjukan, bahwa: (1) aktualisasi nilai religius dalam upacara ngasa di Kampung Buaya Jalawatu  mengandung nilai religius yang dipengaruhi oleh kepercayaan; Animisme-Dinamisme, Sunda Wiwitan, Hindu-Budha, dan Islam. (2) aktualisasi nilai religius tersebut diwujudkan dalam lima hal, yaitu: waktu pelakanaan upacara ngasa, tempat upacara ngasa berlangsung, peralatan yang digunakan dalam upacara ngasa, makanan yang disajikan dalam upacara ngasa, dan pakaian yang dikenakan pada upacara ngasa. (3).
SI MISKIN DALAM MEDIA (ANALISIS ISI REPRESENTASI HABITUS KELAS BAWAH DALAM PROGRAM "ORANG PINGGIRAN" TRANS7) Hepi Nursela; Nanang Martono; Elis Puspitasari
Jurnal Neo Societal Vol 6, No 4 (2021): Edisi Oktober
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.75 KB) | DOI: 10.52423/jns.v6i4.20867

Abstract

Artikel ini merupakan penelitian yang menggambarkan habitus kelas bawah dalam tayangan “Orang Pinggiran” Trans7. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis isi kuantitatif. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan sampel jenuh yakni 137 tayangan “Orang Pinggiran” yang diakses melalui akun Youtube ”TRANS7 OFFICIAL”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tayangan “Orang Pinggiran” lebih sering menampilkan orang tua sebagai tokoh utama dan anak-anak sebagai tokoh pendamping. Habitus kelas bawah yang ditampilkan mulai dari pekerjaan, kondisi tempat tinggal, kondisi fisik, hingga sifat yang dimiliki. Bekerja sebagai penjual makanan keliling, buruh harian lepas, dan penjual kerajinan tangan yang waktu kerjanya tidak menentu dan penghasilannya juga tidak menentu. Serta,  tinggal di desa dengan kondisi tempat tinggal rumah semi permanen yang sudah usang dan kondisi keluarga tidak lengkap menjadi habitus kelas bawah yang dicirikan sebagai orang pinggiran . Selain itu, pekerja keras dan pantang menyerah, dan selalau bersyukur dan ikhlas merupakan sifat positif kelas bawah yang juga ditampilkan dalam tayangan “Orang Pinggiran”. Jadi, semua habitus yang muncul dalam alur cerita tayangan “Orang Pinggiran” menggambarkan ciri hidup kelas bawah.
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SLTA DI PURBALINGGA Rakhma Nugraheni; Nanang Martono; Elis Puspitasari
Jurnal Education and Development Vol 10 No 3 (2022): Vol.10. No.3 2022
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.294 KB) | DOI: 10.37081/ed.v10i3.3810

Abstract

Artikel ini menjelaskan hubungan status sosial ekonomi keluarga dan tingkat kedisiplinan siswa SLTA di Purbalingga Jawa Tengah. Tujuan artikel ini adalah menjelaskan hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan tingkat kedisiplinan siswa SLTA di Purbalingga. Penelitian ini dilakukan di SMA dan SMK di Purbalingga menggunakan metode survei dengan teknik sampel acak sederhana sejumlah 271 responden. Metode pengolahan data menggunakan uji korelasi tau kendal. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat hubungan negatif status sosial ekonomi keluarga dengan tingkat kedisiplinan dengan nilai korelasi sebesar -0,007 dan nilai signifikansi 0,912. Artinya, tingkat kedisiplinan siswa dari kelas atas cenderung lebih rendah daripada siswa dari kelas bawah. Nilai hubungan antarvariabel yang sangat rendah (0,007) menunjukkan bahwa status sosial ekonomi keluarga tidak menjadi faktor utama penentu kedisiplinan siswa. Ada banyak faktor lain yang menentukan kedisiplinan siswa, seperti: teman sebaya, motivasi diri, dan lingkungan sekolah. Teman sebaya menjadi salah satu agen sosialisasi di luar keluarga yang dapat memengaruhi seseorang untuk bertindak. Selain itu motivasi yang datang dari diri sendiri juga dapat memengaruhi bagaimana kedisiplinan individu tersebut apakah memiliki motivasi diri untuk disiplin atau justru tidak memiliki motivasi dan cenderung malas. Lingkungan sekolah sebagai agen sosialisasi selain keluarga juga turut membentuk kedisiplinan siswa melalui peraturan yang ada.
The Distinction in Student Perceptions' of Female Smokers Elsa Novi Pravitriani; Nanang Martono; Elis Puspitasari
SOCIUS Vol 9 No 2 (2022): Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education, Universitas Negeri Pa
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/scs.v9i2.439

Abstract

This study explains the differences in student perceptions of female smokers. The students who were respondents in this study were 2018 students at the University of Palangkaraya and IAIN Palangkaraya. This research was conducted using a survey method with a simple random sampling technique. The number of samples taken was as many as 192. Methods of data analysis using a cross table and Chi Square. There are two research results obtained first, there is no difference in perceptions of female smokers between Palangkaraya University students and IAIN Palangkaraya students. The chi square value is 1.34 and the significance value is 0.24, indicating the relationship between the variables is not significant. Second, there is no difference in perceptions of female smokers between male and female students. The chi squared value of 0.44 and a significance value of 0.50 indicate that the relationship between variables is not significant. Based on the place of study and gender, there is basically no difference in perception. Women who smoke have a negative perspective compared to men who smoke. This is because there is a culture that has been attached to the idea that smoking for women is a very despicable and inappropriate thing.
Perubahan Nilai Anak di Banyumas: Sebuah Ulasan Sosiologis Arizal Mutahir; Elis Puspitasari; Rin Rostikawati; Wiman Rizkidarajat; Alfian Ihsan
Ganaya : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 6 No 2 (2023)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/ganaya.v6i2.2480

Abstract

Various social changes were taken place in Banyumas, as in other regions. The changes directly or indirectly affected to the smallest unit of society, the family. There was a shifting in the values believed and practiced by the family due to the changes, including the value of children. Regarding on these condition, the paper has purposed to explore parents' worldviews on children's value in Banyumas. The children's value is the utility of children to parents or the needs that able to be fulfilled by children for parents. Employing a qualitative approach, the paper attempted to explore the value of children for parents in rural Banyumas. Observation, interview and documentation techniques were used to collect the data. There were twenty-eight informants as the source of primary data. Purposive technique was used to determine of informants. Triangulation technique was used to validate the data. Data analysis was conducted interactively. The study found that the value of children for parents in rural Banyumas was dominated by economic value. The parents placed children as material assets and put their children's in school to have quality improvement. Parents did not differentiate between girls and boys. It was a reflection of the egalitarian attitude of Banyumas culture. This research found that there has been a displacement in the allocation of needs, it was a displacement from costs allocation for food to costs allocation for children's education.  
GERAKAN ANTIDISKRIMINASI MASYARAKAT SIPIL KULIT HITAM AMERIKA Arya Kurniawan; Elis Puspitasari
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 1 2021
Publisher : Fakultas ISIP Jurusan Sosiologi - Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diskriminasi rasial menunjukkan kuatnya kelas dominan atas kelas marginal. Buruknya tindakan rasial telah banyak mendatangkan sorotan dan penolakan serta lahirnya gerakan antidiskriminasi. Tulisan ini bermaksud mendeskripsikan dan menjelaskan diskriminasi rasial dan gerakan antidiskriminasi rasial kepada orang kulit hitam dalam film Selma (2014) karya Ava Duvernay. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini yaitu semiotika Roland Barthes dengan unit analisis tanda secara audio dan visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Selma (2014) merepresentasikan fakta sejarah peristiwa rasialisme di Amerika Serikat pada tahun 1960-an khususnya negara bagian selatan. Tindakan rasial tersebut dilakukan oleh masyarakat kulit putih dan pemerintahan yang menginginkan supremasi kulit putih. Negara telah melakukan institutional racism kepada kaum Afro-Amerika. Rasialisme pada akhirnya menimbulkan aksi perlawanan yaitu gerakan antidiskriminasi rasial yang merupakan tipe gerakan sosial baru. Ditemukan beberapa repertoar gerakan sosial yang digunakan oleh orang kulit hitam dalam film Selma yaitu aksi duduk (sit-ins), diplomasi politik, framing, penggunaan simbol agama, pendidikan organisasi, dan narasi non-violent movement. Tulisan ini menyarankan perlunya penambahan kasus diskriminasi rasial yang diteliti dan pendekatan yang berbeda agar dunia dapat lebih memahami diskriminasi secara lebih komprihensif.
Pergeseran Makna Sesajen dalam Tradisi Sedekah Bumi di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas Sholikhul Ni'am; Elis Puspitasari; Hariyadi Hariyadi
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 1 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi untuk mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran makna sesajen dalam tradisi sedekah bumi di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. Hasil peenelitian menunjukkan bahwa sedekah bumi yang dilaksanakan di Desa Pekuncen tidak terlepas dari ritual sesajen yang dimaknai sebagai simbolisasi rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat yang diberikan melalui alam dan seisinya. Sesajen yang digunakan dalam tradisi sedekah bumi tentunya memiliki beberapa komponen yang mengandung makna dan juga filosofi. Melalui penelitian ini terlihat bahwa sesajen dalam tradisi sedekah bumi mengalami pergeseran makna. Bagi sebagian masyarakat sesajen memiliki makna sebagai budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang, sehingga mereka melaksanakan sesajen semata-mata hanya melestarikan tradisi saja.