Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

HUBUNGAN ART-INDUCED AWE SEBAGAI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA Handria, Asha; Yunithree Suparman, Meiske
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i2.27914.2024

Abstract

Keberhasilan untuk mengembangkan perilaku prososial pada remaja telah dikaitkan dengan peningkatan self-esteem, prestasi akademik, sense of happiness, dan hubungan sosial berkualitas di saat dewasa. Seiring berkembangnya zaman perilaku prososial pada remaja tidak meningkat namun cenderung menurun. The broaden and build theory menyatakan bahwa emosi positif mampu untuk memperluas perhatian individu termasuk kepada lingkungan sekitar yang diteorikan dapat meningkatkan perilaku prososial. Salah satu emosi positif yang memiliki kemampuan ini adalah awe, khususnya yang dipicu oleh objek seni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara art-induced awe dengan perilaku prososial remaja di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 397 remaja dengan 373 data yang sesuai karakteristik untuk diolah menggunakan non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur variabel Art-Induced Awe yaitu The Dispositional Positive Emotions Scale (DPS-Awe) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Adapun alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel perilaku prososial yaitu skala perilaku prososial yang diadaptasi oleh Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Uji korelasi pada penelitian ini menggunakan Spearman rho dan didapatkan hasil r=:0,306 dan p <0.05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif antara art-induced awe dengan perilaku prososial pada remaja di Indonesia.
Perbedaan Konsep Diri Penggemar Anime Antara Cosplayer dan Non-Cosplayer Dwishintaria, Jennisia; Yunithree Suparman, Meiske
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 1 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i1.7877

Abstract

Anime adalah animasi Jepang yang telah berubah menjadi fenomena global. Anime sebagai fenomena global memberi pengaruh positif dan negatif bagi penggemar anime, terutama cosplayer. Pengaruh anime dapat digambarkan melalui konsep diri penggemar anime. Konsep diri merupakan suatu pandangan individu terhadap diri sendiri yang meliputi lima dimensi yaitu fisik diri, moral etik diri, diri personal, diri keluarga dan diri sosial. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan antara konsep diri penggemar anime yang cosplayer dengan konsep diri penggemar anime yang non-cosplayer. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dan alat ukur Tennessee Self-Concept Scale oleh Fitts (1965) yang telah diadaptasi oleh Agustina (2018). Penelitian yang memperoleh data 125 partisipan menunjukkan bahwa kelompok penggemar anime cosplayer memiliki konsep diri yang lebih positif daripada kelompok penggemar anime non-cosplayer. Kelompok penggemar anime cosplayer memiliki fisik diri, moral etik diri, diri personal, identitas diri, dan penerimaan diri yang tinggi, namun memiliki sosial diri, kritik diri dan tingkah laku diri yang rendah. Sementara kelompok penggemar anime non-cosplayer memiliki sosial diri, kritik diri dan tingkah laku diri yang tinggi, namun memiliki fisik diri, moral etik diri, diri personal, identitas diri, dan penerimaan diri yang rendah. Meksipun demikian, berdasarkan hasil analisis uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri penggemar anime cosplayer dan non-cosplayer (p = 0,072, > 0,05).
PENGARUH PERCEIVED STRESS TERHADAP QUALITY OF LIFE PADA MAHASISWA DENGAN KUALITAS TIDUR SEBAGAI MEDIATOR Azra Kalandoro, Ardaffa; Yunithree Suparman, Meiske
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v5i1.3878

Abstract

This research aims to identify and examine perceived stress's effect on college student's quality of life, with sleep quality as a mediator. College students face numerous challenges, particularly changes and adjustments within the university environment, which become their primary sources of stressors. Additionally, poor sleep quality is a common issue among students. Previous studies have found that perceived stress and sleep quality affect students' quality of life. Using Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 25, the study revealed that, on average, participants exhibited poor sleep quality, high levels of perceived stress, and medium to low quality of life. Using linear regression analysis, the results showed a negative effect of perceived stress on quality of life (p < 0.01), a positive effect of perceived stress on sleep quality (p < 0.01), and a negative effect of sleep quality on quality of life. Multiple linear regression analysis also found that perceived stress and sleep quality directly affect quality of life (p < 0.01). The Sobel test also identified an indirect effect of perceived stress and sleep quality on quality of life (p < 0.01). It can be concluded that sleep quality plays a role as a partial mediator (partial mediation) in the effect of perceived stress on quality of life among college student ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengetahui pengaruh perceived stress terhadap quality of life pada mahasiswa dengan kualitas tidur sebagai mediator. Mahasiswa dihadapkan dengan banyak rintangan, terkhususnya perubahan dan penyesuaian di ruang lingkup perguruan tinggi menjadi sumber stressor utama mahasiswa. Selain itu, tidur yang buruk merupakan hal yang cukup umum bagi mahasiswa. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan jika perceived stress dan kualitas tidur memiliki memengaruhi qualityoflifedari mahasiswa.Melalui Statistical Productand Service Solution (SPSS) versi 25, ditemukan jika rata-rata dari partisipan memiliki tingkatan kualitas tidur yang cukup buruk dan tingkat perceived stress yang cukup tinggi serta partisipan juga memiliki tingkat quality of life yang tergolong menengah ke bawah. Dengan menggunakan uji regresi linear, didapatkan hasil bahwa pengaruh perceived stress terhadap quality of life yang negatif (p < 0.01), pengaruh perceived stress terhadap kualitas tidur yang positif (p < 0.01), dan pengaruh kualitas tidur terhadap quality of life yang negatif. Melalui uji regresi linear berganda, ditemukan juga adanya pengaruh langsung perceived stress dan kualitas tidur terhadap quality of life(p < 0.01). Dengan menggunakan uji Sobel, ditemukan juga adanya pengaruh tidak langsung perceived stress dan kualitas tidur terhadap quality of life (p < 0.01). Dapat disimpulkan jika kualitas tidur memiliki peran sebagai mediator secara parsial (partialmediation) dalam pengaruh perceived stress terhadap quality of life pada mahasiswa.
SELF-ESTEEM DAN KAITANNYA DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK: STUDI KORELASIONAL PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR DI WILAYAH JAKARTA Nur Shadrina, Dhaifin; Yunithree Suparman, Meiske
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v5i3.7720

Abstract

This study aims to determine the relationship between self-esteem and academic procrastination behavior among final-year students in the Jakarta area. This research is important due to Jakarta's characteristics as the capital city, where students are faced with high academic pressures and external factors such as intense competition and distractions from social media. This study uses a correlational quantitative approach with non-probability sampling and purposive sampling techniques to select 409 participants who are final-year students in Jakarta. Data were collected online by distributing questionnaires through social media platforms such as Instagram, LINE, WhatsApp, Twitter, and TikTok, considering the convenience and easy access offered by this method. The collected data were then analyzed using Spearman's rho test, due to the non-normal distribution of the data. The results of the study indicate a significant negative relationship between self-esteem and academic procrastination (r = -0.454, p < 0.001), meaning that the higher the self-esteem, the lower the tendency of students to engage in academic procrastination. These findings highlight the importance of developing positive self-esteem in efforts to reduce academic procrastination, with significant implications for higher education policies and psychological interventions at universities to support students in improving their academic performance. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa tingkat akhir di wilayah Jakarta. Penelitian ini penting dilakukan mengingat Jakarta sebagai ibu kota negara dengan karakteristik sosial dan akademik yang kompleks, dimana mahasiswa dihadapkan dengan tekanan akademik yang tinggi dan faktor-faktor eksternal seperti kompetisi yang ketat dan distraksi media sosial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan pendekatan non-probability sampling dan teknik purposive sampling untuk memilih 409 partisipan yang merupakan mahasiswa tingkat akhir di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan secara daring dengan menyebarkan kuesioner melalui platform media sosial seperti Instagram, LINE, WhatsApp, Twitter, dan TikTok, mengingat kenyamanan dan kemudahan akses yang ditawarkan oleh metode ini. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji Spearman’s rho, mengingat distribusi data yang tidak normal. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan prokrastinasi akademik (r = -0.454, p < 0.001), yang berarti semakin tinggi self-esteem, semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi akademik. Temuan ini mengindikasikan pentingnya pengembangan self-esteem yang positif dalam upaya mengurangi prokrastinasi akademik, dengan implikasi penting bagi kebijakan pendidikan tinggi dan intervensi psikologis di perguruan tinggi untuk mendukung mahasiswa dalam meningkatkan kualitas akademik mereka.
PERANAN MODAL PSIKOLOGIS TERHADAP SUBJECTIVE WELL BEING PADA AFFILIATE DEWASA AWAL WILAYAH JAKARTA Choirut Nisa, Riri; Yunithree Suparman, Meiske
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v5i3.7737

Abstract

The increasing role of digital marketing in Indonesia has led to the emergence of the affiliate marketing profession, which is widely embraced by young adults familiar with digital technology. However, unstable and performance-based working conditions can impact their subjective well-being. This study aims to explore the influence of psychological capital on subjective well-being among young adult affiliates in Jakarta. A quantitative approach with purposive sampling was used, involving 283 affiliates aged 18 to 25 years. The instruments used were the PCQ-12 to assess psychological capital, and SWLS and PANAS to measure subjective well-being. The results showed a significant negative relationship between psychological capital and subjective well-being. Most participants were categorized as moderate in both variables. These findings suggest that external factors, such as income instability and work pressure, have a greater impact on affiliates' subjective well-being than psychological capital. ABSTRAK Peningkatan peran pemasaran digital di Indonesia telah memunculkan profesi affiliate marketing, yang banyak diminati oleh dewasa awal yang familiar dengan teknologi digital. Namun, kondisi kerja yang tidak stabil dan berbasis kinerja dapat memengaruhi kesejahteraan subjektif mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh modal psikologis terhadap kesejahteraan subjektif pada affiliator dewasa awal di Jakarta. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan purposive sampling, melibatkan 283 affiliator berusia 18 hingga 25 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah PCQ-12 untuk menilai modal psikologis, serta SWLS dan PANAS untuk mengukur kesejahteraan subjektif. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara modal psikologis dan kesejahteraan subjektif. Sebagian besar peserta berada pada kategori sedang untuk kedua variabel tersebut. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor eksternal, seperti ketidakstabilan pendapatan dan tekanan pekerjaan, lebih berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif affiliator dibandingkan modal psikologis.