Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

OVERVIEW STUDI KELAYAKAN BISNIS Mairani Adelia; M. Abiyyu Wadi; Suci Haryanti
JURNAL AKADEMIK EKONOMI DAN MANAJEMEN Vol. 1 No. 4 (2024): Desember
Publisher : CV. KAMPUS AKADEMIK PUBLISING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61722/jaem.v1i4.3107

Abstract

A Business Feasibility Study is a vital element in the planning and development of a new venture, aiming to evaluate a business idea's potential success and feasibility before its implementation. This article discusses the importance of a business feasibility study, describing an evaluation process that involves economic, technical, legal, market and financial aspects. By conducting a thorough feasibility study, entrepreneurs can identify risks, minimize losses, and ensure efficient use of resources. The article also highlights the various stages in a feasibility study, from idea implementation to execution, as well as the necessary primary and secondary data sources for the analysis of the operational, industrial, and remote environments. Findings show that a comprehensive business feasibility study is an essential foundation for planning and running a business successfully, as well as providing strategic guidance for better decision-making.
SAYANGI MATA DI ERA DIGITAL: PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK PENCEGAHAN GANGGUAN PENGLIHATAN DI SMK JAKARTA TIMUR 1 Fitri Yati; Atti Kartikawati; Suci Haryanti; Firman Syarif; Sahel, Sahel
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2: Juli 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era digital telah mengubah pola hidup masyarakat, khususnya dalam penggunaan perangkat elektronik yang berdampak pada kesehatan mata. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) "Sayangi Mata di Era Digital" dilaksanakan di SMK Jakarta Timur 1 pada tanggal 26 Februari 2025 dengan melibatkan 341 peserta yang terdiri dari siswa, guru, dan staff sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi tentang kesehatan mata di era digital dan melakukan pemeriksaan refraksi untuk deteksi dini gangguan penglihatan. Metode yang digunakan meliputi penyuluhan, pemeriksaan mata langsung, dan pemberian bantuan alat koreksi penglihatan. Hasil menunjukkan bahwa 83,33% guru dan staff memerlukan alat bantu penglihatan, sementara persentase terendah terdapat pada siswa jurusan pemasaran (25%). Program ini memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat sekolah tentang pentingnya menjaga kesehatan mata di era digital.
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO GANGGUAN REFRAKSI PADA POPULASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI ERA DIGITAL: STUDI CROSS-SECTIONAL Shinta Amelia Astuti; Suci Haryanti; Erline Harijanto; Ahmad Dasuki; Eriko Ruslan
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2: Juli 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan perangkat digital yang meluas telah meningkatkan kekhawatiran tentang kesehatan visual, terutama di lingkungan pendidikan. Computer Vision Syndrome (CVS) dan kelainan refraksi menjadi prevalensi tinggi di kalangan remaja dan dewasa yang menggunakan teknologi digital secara intensif. Tujuan pelaksanaan pengabdian ini adalah untuk menentukan prevalensi kelainan refraksi dan faktor risiko terkait pada siswa, guru, dan staf di sekolah menengah kejuruan di Jakarta. Metode pengabdian ini adalah Studi cross-sectional dilakukan di SMK Jakarta Timur 1 dengan melibatkan 341 peserta pada 26 Februari 2025. Pemeriksaan mata komprehensif meliputi tes ketajaman penglihatan dan penilaian refraksi dilakukan. Analisis statistik mencakup statistik deskriptif, uji chi-square, dan regresi logistik untuk mengidentifikasi faktor risiko. Hasil pengabdian ini adalah prevalensi keseluruhan kelainan refraksi yang memerlukan koreksi adalah 34,3% (117/341). Guru dan staf menunjukkan prevalensi tertinggi sebesar 83,3% (35/42), sedangkan siswa pemasaran memiliki prevalensi terendah sebesar 25,0% (4/16). Miopia merupakan kelainan refraksi yang dominan (68,4%), diikuti hiperopia (18,8%) dan astigmatisme (12,8%). Kelompok usia (OR=3,45, 95%CI: 2,12-5,67, p<0,001) dan kategori pekerjaan (OR=2,78, 95%CI: 1,56-4,94, p<0,01) merupakan faktor risiko yang signifikan. Kesimpulan pengabdian ini adalah Prevalensi kelainan refraksi yang tinggi, terutama pada peserta yang lebih tua, menunjukkan perlunya program skrining mata rutin dan edukasi digital wellness di institusi pendidikan