Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MEMBANGUN TOKOH ELIZA SEBAGAI PELACUR TERHORMAT DALAM LAKON PELACUR TERHORMAT Yhovy Hendrica Sri Utami
Creativity And Research Theatre Journal Vol 1, No 2 (2019): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v1i2.947

Abstract

Pemeranan tokoh Eliza dalam lakon Pelacur Terhormat karya Jean Paul Sartre saduran Toto Sudarto Bachtiar merupakan bentuk penciptaan seni peran. Perwujudan pemeranan tokoh Eliza dimulai dengan analisis lakon Pelacur Terhormat. Rancangan pemeranan tokoh Eliza diaplikasikan menggunakan metode penciptaan peran Konstantin Stanislavsky dalam ‘persiapan seorang aktor’ dan ‘membangun tokoh’ Melalui tokoh Eliza pemeran memberikan gambaran kepada penonton, bahwa profesi pelacur lebih bermoral dibandingkan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dan memegang kekuasaan. Sebagai seorang pelacur, Eliza tidak ingin dipandang rendah dengan profesinya. Menjunjung tinggi kejujuran,dan memiliki prinsip hidup dan inilah yang digambarkan dengan jelas melalui tokoh Eliza.
TUBUH SEBAGAI DIALEKTIKA PERISTIWA DALAM PERTUNJUKAN KAMAR MANDI KITA KARYA YUSRIL KATIL DITINJAU DARI SIMIOTIKA Yhovy Hendrica Sri Utami; Sahrul Sahrul; Rosta Minawati
Melayu Arts and Performance Journal Vol 2, No 1 (2019): Melayu Art and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v2i1.897

Abstract

Body language or motion language, sign language is the revelation of character’s inner feeling through expression, posture or the combination of both of them containing certain meaning. Every scene in the theater performance, Kamar Mandi Kita is colored more by actors’ body language by using several properties. Through those actors’ body language, the director tries to show phenomena that often happen nowadays in which the public   more   often   publicize  their private activities via  social  media. The spatial performance means that the work of those actors has fulfilled the standard of artwork worthiness. Technically, that thing has three main elements namely bringing clarity, showing a development, and referring to a unity. During the performance, all actors in the theater performance, Kamar Mandi Kita, were utilizing their body language and set- property more as the media of delivering that opus message.Keywords: body language, phenomena, theater  ABSTRAKBahasa tubuh (body language) atau bahasa gerak, bahasa isyarat, merupakan pengungkapan perasaan bathin tokoh lewat mimik, sikap badan maupun gabungan antara keduanya yang mengandung makna tertentu. Setiap adegan dalam pertunjukan teater Kamar mandi Kita, lebih banyak diwarnai oleh bahasa tubuh aktor dengan menggunakan beberapa property. Melalui bahasa tubuh aktor tersebut, sutradara mencoba memperlihatkan fenomena-fenomena yang sering terjadi saat ini. Dimana khalayak umum lebih sering mempublikasikan kegiatan pribadi mereka melalui media sosial. Laku pentas yang meruang mengandung arti, karya pemeran tersebut telah memenuhi standar kelayakan karya seni. Secara teknis hal tersebut telah memiliki tiga unsur utama,  yakni  membawa kejelasan,  memperlihatkan suatu pengembangan,  dan mengacu pada suatu kesatuan. Selama pementasan berlangsung seluruh pemeran dalam pertunjukan teater Kamar Mandi Kita, lebih memanfaatkan bahasa tubuh dan sett property sebagai media penyampai pesan karya tersebut.Kata Kunci: Body Language (bahasa tubuh), fenomena, teater
Kecemasan Peserta Didik Kelas Inklusif terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Avero Pramasheilla, Dinda Assalia; Avero Vanacova, Sherin Adelia; Handayani, Lusi; Utami, Yhovy Hendricasri
Educational Journal of Islamic Management Vol. 4 No. 2 (2024): Call for Paper: Volume 4 Nomor 2 November 2024
Publisher : Information Technology and Science (ITScience)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/ejim.v4i2.5063

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kecemasan peserta didik pada kelas inklusif terhadap Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka Belajar seyogyanya menjadi sarana bagi peserta didik guna mengembangkan potensi yang dimiliki khususnya bagi kelas inklusif maupun berkebutuhan khusus. Hadirnya pembelajaran di luar kelas dalam Kurikulum Merdeka Belajar mampu menciptakan suasana kelas yang variatif. Namun, apabila jadwal pembelajaran di luar kelas terlalu lama, maka dapat menimbulkan kecemasan pada diri peserta didik. Kecemasan dapat memotivasi peserta didik untuk memaksimalkan hasil belajarnya. Namun, kecemasan yang berlebihan dapat mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Metode pengumpulan data yang digunakan didasarkan pada kebutuhan penelitian sehingga menggunakan dua jenis metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk untuk menjelaskan fenomena dengan mendalam yang diperkuat dengan data kuantitatif untuk mengukur tingkat kecemasan peserta didik dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa tingkat kecemasan
Pendidikan Estetika Melalui Teater Tradisional: Revitalisasi Nilai Budaya Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Jambi Handayani, Lusi; Pramasheilla, Dinda Assalia Avero; Utami, Yhovy Hendricasri
Indonesian Research Journal on Education Vol. 5 No. 2 (2025): Irje 2025
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/irje.v5i2.2872

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi peran teater tradisional sebagai media pembelajaran estetika sekaligus strategi revitalisasi nilai budaya lokal di sekolah menengah atas. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 7 Provinsi Jambi yang menerapkan pembelajaran seni pertunjukan tradisional. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan dalam aspek apresiasi budaya, ekspresi diri, kerja sama, dan pemahaman nilai moral, dengan skor tertinggi pada apresiasi budaya dan pemahaman dengan nilai (3,97). Kegiatan teater memberikan ruang ekspresi kreatif, membangun empati sosial, serta memperkuat identitas kultural siswa. Selain berdampak pada peserta didik, pembelajaran ini juga memperkaya praktik pedagogik guru dan mendorong keterlibatan komunitas seni lokal. Temuan ini menegaskan bahwa teater tradisional efektif sebagai pendekatan pembelajaran kontekstual dalam Kurikulum Merdeka dan sebagai strategi pelestarian budaya yang relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini.
Transkulturasi Naskah Pinangan Anton Chekhov: Eksplorasi Dramaturgi Visual dan Kritik Sosial dalam Teater Indonesia Handayani, Lusi; Pramasheilla, Dinda Assalia Avero; Utami, Yhovy Hendricasri; Rahmayani, Wahdania Nur
Ekspresi Vol 14, No 1 (2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ekspresi.v14i1.15849

Abstract

AbstrakArtikel ini membahas proses penafsiran visual dan dramaturgi dalam pertunjukan teater yang merekontekstualisasi naskah The Proposal Karya Anton Chekhov ke dalam konteks budaya Indonesia. Tujuan dari kajian ini adalah mengeksplorasi bagaimana teks drama klasik asal Rusia tersebut dapat diterjemahkan secara artistik ke dalam ruang lokal melalui pendekatan penyutradaraan, pemilihan gaya permainan aktor, desain artistik, serta penggunaan simbol-simbol visual. Topik ini dipilih karena Pinangan mengandung ironi sosial yang relevan dengan dinamika kelas menengah Indonesia kontemporer, namun membutuhkan pembacaan ulang agar dapat diterima oleh penonton lokal Penelitian ini menggunakan pendekatan penciptaan seni (artistic reserch) dengan metode practice- as-research, yaitu metode penciptaan karya yang berangkat dari eksplorasi terhadap teks sastra (naskah Pinangan karya Anton Chekhov), yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pertunjukan teater melalui tahapan-tahapan kreatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa pertunjukan teater Pinangan versi Indonesia tidak hanya mengubah aspek bahasa dan latar, tetapi juga menambahkan nuansa kritik sosial baru, memperkuat komedi situasional, serta menciptakan dialog antar budaya antara teks asli dan penonton masa kini. Penafsiran dramaturgis yang dilakukan berhasil menampilkan kembali substansi naskah secara segar tanpa kehilangan esensi Chekhovian, sekaligus memperkuat pesan lokal dalam praktik teater Indonesia.Kata kunci: Rekontekstualisasi, Penafsiran Teater, Dramaturgi, Naskah Chekhov, Kritik Sosial AbstractThe Transculturation of Anton Chekhov's The Proposal: Visual Dramaturgy and Social Criticism in Indonesian Theatre. This article discusses the process of visual and dramaturgical interpretation in a theatrical performance that recontextualizes Anton Chekhov's The Proposal script into an Indonesian cultural context. The purpose of this study is to explore how the classic Russian drama text can be artistically translated into a local space through a directorial approach, the selection of actor playing styles, artistic design, and the use of visual symbols. This topic was chosen because Pinangan contains social irony that is relevant to the dynamics of the contemporary Indonesian middle class, but requires rereading in order to be accepted by local audiences. This study uses an artistic research approach with the practice-as-research method, namely a method of creating works that starts from an exploration of literary texts (the Pinangan script by Anton Chekhov), which is then translated into a theatrical performance through creative stages. The results of the study show that the Indonesian version of the Pinangan theatrical performance not only changes the language and setting aspects, but also adds new nuances of social criticism, strengthens situational comedy, and creates an intercultural dialogue between the original text and today's audience. The dramaturgical interpretation carried out successfully re-presents the substance of the script in a fresh way without losing the Chekhovian essence, while strengthening the local message in Indonesian theatrical practice.Keywords: Recontextualization, Theater Interpretation, Dramaturgy, Chekhov's Script, Social Criticism