Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH MIKROORGANISME LOKAL (MOL) NASI BASI TERHADAP KUALITAS FISIK KOMPOS SAMPAH ORGANIK EFFECT OF LOCAL MICROORGANISMS (MOLs) OF RAW RICE ON PHYSICAL QUALITY OF ORGANIC WASTE COMPOSITION Ayuni Sari, Ni Putu Nina; Mahayana, Made Bulda; Posmaningsih, D.A.A; Indayani, Iin
Jurnal Kesehatan Lingkungan (JKL) Vol 15, No 1 (2025)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33992/jkl.v15i1.4115

Abstract

Abstract. Organic waste management is important to prevent negative impacts on health and the environment. One effective method is composting. This research looked at the composting process by adding local microorganisms (MOL) of stale rice to three types of waste: canang (F1), straw (F2), and leaves (F3). A total of 27 samples with three replications were used. Observations include changes in pH, temperature, and organoleptic tests (color, texture, aroma) of compost. The results showed that the pH of the compost increased to close to pH 7, the temperature of the compost reached 30-40°C on the 6th day, and organoleptic tests showed that the color, texture and aroma of the compost varied according to the type of waste. Statistical analysis showed significant differences in all parameters between canang, straw and leaf compost (p0.05). Future research is expected to examine the chemical quality of the compost and pay attention to the C/N ratio and humidity during composting.Key words: organic waste, composting. Abstrak. Pengelolaan sampah organik penting untuk mencegah dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Salah satu metode yang efektif adalah pengomposan. Penelitian ini mengamati proses pengomposan dengan penambahan Mikroorganisme Lokal (MOL) nasi basi pada tiga jenis sampah: canang (F1), jerami (F2), dan daun (F3). Sebanyak 27 sampel dengan tiga kali replikasi digunakan. Pengamatan meliputi perubahan pH, suhu, dan uji organoleptik (warna, tekstur, aroma) kompos. Hasil menunjukkan pH kompos meningkat mendekati pH 7, suhu kompos mencapai 30-40°C pada hari ke-6, dan uji organoleptik menunjukkan warna, tekstur, dan aroma kompos bervariasi sesuai jenis sampah. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan pada semua parameter antara kompos canang, jerami, dan daun (p0,05). Penelitian selanjutnya diharapkan memeriksa kualitas kimia kompos dan memperhatikan C/N rasio serta kelembaban selama pengomposan. Kata kunci: sampah organik, pengomposan
Pengelolaan Bank Sampah, Identifikasi Permasalahan dan Rumusan Strategi Bank Sampah Desa Marga Tabanan Posmaningsih, D.A.A; Aryasih, I Gusti Ayu Made; Jana, I Wayan
Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Indonesia Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Media Publikasi Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56303/jppmi.v3i2.300

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan metode memberikan pelayanan berupa pendampingan teknologi tepat guna, yaitu penerapan teknologi dibidang kesehatan khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang berkaitan dengan peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Pelatihan, yaitu keterlibatan civitas akademika dalam mengaplikasikan keilmuannya sebagai penyelenggara kegiatan dan/atau narasumber/ fasilitator pengelola Bank Sampah. Pendampingan manajemen pengelolaan Bank Sampah. Pengelolaan Bank Sampah di Desa Marga Dengan adanya pendirian bank sampah yang telah beroperasi selama 2 tahun memberikan perubahan secara langsung dan tidak langsung kepada para warga Desa Marga. Awalnya, warga Desa Marga memandang sampah sebagai suatu hal yang tidak bernilai ekonomi dan tidak ada manfaatnya.Namun sejak adanya bank sampah, warga sedikit demi sedikit mulai tergerak untuk mengumpulkan dan mengelola sampah menjadi suatu hal yang bernilai ekonomi, yaitu melalui bank sampah tersebut. Melalui kegiatan pengabdian ini, telah dirumuskan beberapa strategi pengembangan bank sampah berdasarkan lima aspek manajemen persampahan. Strategi pengembangan bank sampah didasarkan pada permasalahan dan kendala yang berhasil teridentifikasi dalam pengelolaan bank sampah di Desa Marga, yang meliputi aspek kelembagaan, pembiayaan, pengaturan, peran serta masyarakat, dan operasional. Selain lima faktor tersebut, juga terdapat faktor teknis yang juga menjadi kendala dan menghambat keberlangsungan bank sampah di Desa Marga. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala serta yang dapat meningkatkan pengelolaan bank sampah di Desa Marga adalah dukungan dari instansi pemerintah setempat, pelatihan bagi para pengurus bank sampah, dan memperluas kerja sama dengan bank sampah, mitra pengepul, dan stakeholder lain yang terlibat dalam bank sampah
Pendampingan Program Gerakan Bangkit Mengelola Sampah Mandiri (Gerbang Mesari) Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Di Desa Tenganan Pegringsingan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem Posmaningsih, D.A.A; Sali, I Wayan; Aryasih, I Gusti Ayu Made
Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Indonesia Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Media Publikasi Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56303/jppmi.v3i2.301

Abstract

Mengingat pentingnya sanitasi dan pengelolaan sampah yang baik untuk mendukung pariwisata di Desa Tenganan Pegringsingan, diperlukan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan kader serta ibu-ibu rumah tangga. Tujuannya adalah meningkatkan swadaya masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan yang dimulai dari keluarga. Kegiatan ini akan difokuskan pada penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan melalui Gerakan BANGKIT BERSAMA MENGELOLA SAMPAH MANDIRI. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di lingkungan Desa Tenganan mulai bulan Juni sampai Agustus Tahun 2024, dan kegiatan penyusunan laporan akhir dilaksanakan setelah kegiatan yakni mulai September - Oktober 2024. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan metode memberikan pelayanan berupa pendampingan dengan melakukan kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan Program Gerakan Bangkit Mengelola Sampah Mandiri (GERBANG MESARI) dalam pengelolaan sampah berbasis sumber bagi ibu-ibu rumah tangga di Desa Tenganan Pegringsingan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem dengan pengawasan yang dilakukan oleh puskesmas melalui kader pada masing-masing wilayah kerjanya. Adapun hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan yaitu peningkatan pengetahuan peserta dari 44.76% sebelum pelatihan dan 78.09% setelah pelatihan, dan keterampilan yaitu 75.71%. Kegiatan pelatihan pembuatan kompos dengan metode Takakura dilaksanakan melalui beberapa tahap yang sistematis dan edukatif. Proses ini dimulai dengan penyampaian materi teoretis, dilanjutkan dengan praktik pembuatan bibit kompos dan keranjang Takakura. Metode Takakura ini merupakan solusi praktis untuk penanganan sampah organik rumah tangga secara aerobik, yang membutuhkan pasokan oksigen untuk proses dekomposisi yang efektif. Pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan oleh peserta di lingkungan rumah tangga mereka masing-masing. Penggunaan teknologi yang sederhana ECOBIOTA bisa diharapkan dapat menarik masyarakat untuk berpartisipasi dan tetap meneruskan program tersebut meskipun kegiatan pengabmas telah berakhir. Kader Desa Tenganan mulai menyadari pentingnya pengolahan sampah organik. Pengomposan dengan Metode Takakura mudah untuk diaplikasikan dan biaya pembuatannya tidak terlalu mahal
Kadar Debu Terhirup Menurunkan Kapasitas Vital Paru-Paru Tenaga Kerja Iron Candle Sudarmanto, I Gede; Purna, I Nyoman; Suyasa, I Nyoman Gede; Jirna, I Nyoman; Posmaningsih, D.A.A
Jurnal Kesehatan Lingkungan (JKL) Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33992/jkl.v12i2.2220

Abstract

Dust particles are a collection of compounds in the form of solid or liquid which are scattered in the air with a very small diameter, less than 1 micron to a maximum of 500 microns. The size of dust particles that are harmful to health generally ranges from 0.1 microns to 10 microns. The dust particles will be in the air for a relatively long time in a hovering state. The work of crafting candle holders (iron candles), in the production process, allows for accidents and occupational diseases to arise from the stages of the manufacturing process. At the stage of the production process in the sanding room, a lot of dust is produced. There are workers in this section when working, some use masks and some do not. Even those who use masks are carried out infrequently, if by chance there is an inspection from the Regional Government or from the local Ministry of Manpower. The work environment is classified as hazardous to the health of the workers because dust particles can enter the body through the respiratory tract. A case control study has been conducted on 48 male and female workers at four iron candle craft companies in Tabanan district for 6 months, which is divided into 24 case groups and 24 control groups taken by cluster random sampling. The variables measured were the level of inhaled dust and the vital capacity of the workers' lungs. Analysis with the t-Paired test showed that there was a high causal relationship (significance) between the level of dust inhaled in the sanding work environment of the iron candle craft business in Tabanan district and the decrease in vital lung capacity of male and female workers.Keywords: Dust Content, Lung Vital Capacity. 
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 3 KESIMAN Putra Wijaya, Agung; Rusminingsih, Ni Ketut; Posmaningsih, D.A.A; Sujaya, I Nyoman
Jurnal Kesehatan Lingkungan (JKL) Vol 14, No 1 (2024)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33992/jkl.v14i1.3299

Abstract

Abstrak. Berdasarkan data puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2022 ditemukan penyakit yang disebabkan faktor lingkungan yaitu diare dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 78 orang dan perempuan 51 orang. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan rancangan cros sectional. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa sekolah dasar Negeri 3 Kesiman dengan mayoritas tingkat pengetahuan cukup sebanyak 34 orang dengan persentase 53,1% sedangkan perilaku cuci tangan pakai sabun pada siswa sekolah dasar Negeri 3 Kesiman dengan mayoritas perilaku cukup sebanyak 35 orang (54,7%). Analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai asymp.sig (2-sided) 0,034 0,05. Dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Ini menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun. Bagi guru dan staff di SD Negeri 3 Kesiman disarankan untuk memberikan informasi kesehatan sejak dini bagi siswanya.
Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Subak Cepik Kabupaten Tabanan Tahun 2019 Indriana, Kadek Nanda Bella; Asmara, I Wayan Suarta; Aryasih, I Gusti Ayu Made; Posmaningsih, D.A.A
Jurnal Kesehatan Lingkungan (JKL) Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.078 KB) | DOI: 10.33992/jkl.v10i1.1088

Abstract

Abstract : Farmers are the largest working group in Indonesia. The level of farmers' exposure to the use of pesticides is highly dependent on how knowledge is used in using pesticides. Tabanan Regency is one of the districts in Bali. The area of paddy in Tabanan Regency reaches 22,453 hectares which is the widest rice field area and at the same time as a rice barn in Bali Province. The purpose of this study was to determine the knowledge, attitudes, and actions of farmers in the use of personal protective equipment. The method used is descriptive, primary data obtained through interviews and direct observation using questionnaires and secondary data obtained from the village head in the form of population data. The results of the study revealed that 18 respondents (29%) had sufficient knowledge and 45 respondents (71%) had good knowledge. As many as 2 respondents (3%) who had less attitudes, 36 respondents (57%) who had enough attitudes, and 25 respondents (40%) who had good attitudes. And as many as 57 respondents (90%) who have less action, 6 respondents (10%) who have enough action. Conclusion in this study farmers have good knowledge, but attitudes and actions to use personal protective equipment when direct contact with pesticides is still lacking.
Keadaan Sanitasi Rumah Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2020 Oktarini, Masid Zuniken; Asmara, I Wayan Suarta; Posmaningsih, D.A.A
Jurnal Kesehatan Lingkungan (JKL) Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.995 KB) | DOI: 10.33992/jkl.v10i2.1257

Abstract

Abstract : The purpose of this study was to determine the sanitation condition of Acute Respiratory Infections sufferers in under-five children in the work area of the public health center one regional technical implemention unit of the South Denpasar District Health Office. This type of research is descriptive by observation, interview and measurement of the physical quality of the environment. From this study the results obtained 100% of the conditions of the floor of the room meet the requirements, 46.2% of the houses of patients with natural ventilation meet the requirements that is 10% of the floor area and 53.8% of the ventilation of houses do not meet the requirements, 46.2% of the houses with lighting meet the requirements and 53.8 did not meet the requirements, 44.2% of the houses with room temperature that did not meet the requirements and 55.8% of the room temperature that did not meet the requirements, 42.3% of the houses with humidity that were eligible and 57.7% of the houses with no humidity. eligible, 48.1% of houses meet the density of sleeping space and 51.9% of houses do not meet the density of occupancy.