Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

MENELUSURI EKSISTENSI DAN FUNGSI TEKNOLOGI TRADISIONAL MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA Nani Sumarlina, Elis Suryani; Mohamad Permana, Rangga Saptya; Erwina, Wina
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 6 No 3 (2024): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Oktober, 2024
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v6i3.263

Abstract

Perkembangan teknologi di era milenial saat ini memang tidak bisa kita hindari. Namun sebagai generasi muda, kita dituntut agar pandai memilih dan memilah serta mencerna budaya asing yang masuk, mana yang baik, dan mana yang tidak baik untuk diterima. Khususnya kearifan lokal yang berkaitan dengan teknologi serta seluk-beluknya, yang harus tetap dirawat dan dilestarikan, bahkan kalau bisa dikembangkan tanpa menghilangkan keasliannya. Teknologi yang canggih memacu kita menuju kebudayaan industri. Tetapi, dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, masih terdapat beberapa suku bangsa yang tetap bersikukuh mempertahankan budaya tradisional dan adat istiadat, serta tradisinya. Salah satunya masyarakat adat Kampung Naga, yang tinggal di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Teknologi tradisional yang masih tersimpan dan digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga ditelusuri dan dikaji melalui metode penelitian deskriptif analisis, serta metode kajian hermeneutik, sosiologis, antropologis, dan kajian budaya. Diharapkan mampu mengungkap beragam teknologi tradisional yang ada di Kampung Naga dari berbagai alat, fungsi, dan makna yang terkandung di dalamnya, sesuai dengan adat dan tradisinya.
PROBLEMATIKA TINGKATAN BAHASA DAN STRATIFIKASI SOSIAL DALAM PENGGUNAAN UNDAK-USUK BAHASA SUNDA Nani Sumarlina, Elis Suryani; Mohamad Permana, Rangga Saptya
KABUYUTAN Vol 3 No 3 (2024): Kabuyutan, Nopember 2024
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v3i3.287

Abstract

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara makhluk lainnya di dunia ini, memiliki kemampuan berkomunikasi dan mengimplementasikan perasaan serta pikirannya melalui beragam bahasa yang dikuasainya. Mengapa? Karena manusia mempunyai cipta, rasa, dan karsa, yang menjadi pembedanya. Eksistensi dan perkembangan bahasa hampir sama dengan perkembangan manusia di dunia ini. Namun, tidak setiap suku bangsa menerima bahasa dalam waktu yang bersamaan. Hal itu bergantung kepada kesadaran tentang pentingnya tanda-tanda untuk membuktikan adanya cipta, rasa, dan karsa dimaksud. Dengan adanya kesadaran itulah, maka timbullah tulisan berupa aksara bahkan bahasa untuk merekam suara atau bunyi bahasa yang dikeluarkan, baik lisan maupun tulisan, agar semua informasi dapat disampaikan secara menyeluruh tanpa terhambat tempat dan waktu. Namun, penggunaan dan perkembangan bahasa Sunda khususnya, berubah setelah adanya pengaruh Unggah Ungguh Basa Jawa, yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap eksistensi dan stratifikasi Bahasa Sunda. Pemakaian Undak Usuk Basa Sunda berdasarkan stratifikasinya meliputi bahasa kasar, sedeng, dan lemes beserta variannya, yang cukup menarik untuk dibahas dalam tulisan ini. Metode penelitian untuk mengungkap masalah Undak-Usuk Basa Sunda menggunakan deskriptif analisis komparatif, dan metode kajian struktur, yang melibatkan tataran fonologi, morfologi, sintaksis, juga semantik, di samping sosiolinguistik dan wacana, serta kajian budaya secara umum. Hasil yang diharapkan mampu mengungkap problematika Stratifikasi bahasa yang ada kaitannya dengan stratifikasi sosial dalam Undak-usuk Basa Sunda di masyarakat, serta penggunaannya yang baik dan benar, sesuai dengan kaidah yang berlaku.
KRITIK MENGENAI MORALITAS ORANG KOTA DI FILM-FILM SI KABAYAN Mohamad Permana, Rangga Saptya; Darsa, Undang Ahmad; Nani Sumarlina, Elis Suryani
KABUYUTAN Vol 3 No 3 (2024): Kabuyutan, Nopember 2024
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v3i3.293

Abstract

Si Kabayan dikenal sebagai sosok jenaka, cerdik, dan penuh hikmah dalam menangani masalah sehari-hari. Dalam film-filmnya, ia tidak hanya menjadi simbol kehidupan pedesaan yang sederhana, tetapi juga sering berperan sebagai kritik sosial terhadap gaya hidup, moralitas, dan nilai-nilai orang kota. Konflik yang muncul antara Kabayan dengan tokoh-tokoh "orang kota" kerap menggambarkan perbedaan pandangan moral, di mana moralitas orang kota sering kali digambarkan sebagai ambisius, individualis, bahkan manipulatif, berbanding terbalik dengan nilai-nilai kekeluargaan dan kejujuran yang dipegang teguh oleh masyarakat desa. Kajian ini menganalisis kritik terhadap moralitas masyarakat perkotaan yang direpresentasikan dalam dua film Kabayan, yakni Si Kabayan Saba Metropolitan (1992) dan Si Kabayan Mencari Jodoh (1994). Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana film-film Si Kabayan merepresentasikan kritik-kritik mengenai moralitas orang kota, terutama dalam film Si Kabayan Saba Metropolitan dan Si Kabayan Mencari Jodoh. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif dengan analisis tekstual, penelitian ini mengkaji bagaimana elemen naratif dan visual dalam kedua film tersebut merefleksikan perbedaan nilai moral antara masyarakat kota dan desa. Film Si Kabayan Saba Metropolitan menunjukkan kritik terhadap masyarakat kota yang materialistis dan jauh dari nilai spiritual melalui adegan interaksi Kabayan dengan makelar tanah asal Jakarta. Sementara itu, Si Kabayan Mencari Jodoh mengkritisi pergaulan bebas dan ambisi materialistik melalui konflik antara Kabayan, seorang pemuda desa, dengan seorang wanita kota yang berusaha merayunya. Kajian ini menegaskan relevansi karakter Kabayan sebagai medium kritik sosial terhadap fenomena urbanisasi dan modernitas, serta menggarisbawahi pentingnya nilai tradisional dalam menghadapi perubahan sosial.
PERAN, FUNGSI, DAN KAUSALITAS MANUSKIP MANTRA DI ERA GENERASI Z Nani Sumarlina, Elis Suryani; Mohamad Permana, Rangga Saptya
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 7 No 1 (2025): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Februari, 2025
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v7i1.299

Abstract

Cukup menarik memang, apabila tinggalan budaya nenek moyang masa lampau digali, diungkap, diteliti, bahkan dikaji terkait kearifan lokal budaya Sunda yang terpendam dalam manuskrip mantra. Mengapa manuskrip, khususnya manuskrip mantra dianggap penting untuk dikaji? Karena sebagai dokumen budaya isinya berguna bagi perkembangan peradaban suatu masyarakat. Hal ini dimengerti, karena eksistensinya masih dapat diimplementasikan di era generasi Z saat ini. Dari dulu mantra dipercayai memiliki kekuatan gaib, sehingga masyarakat pengamal mantra sangat bergantung terhadapnya. Pandangan masyarakat terhadap mantra, memunculkan beraneka ragam persepsi. Peran, fungsi, dan kausalitas manuskrip mantra secara garis besar digunakan sebagai perlindungan, kekuatan, dan pengobatan. Secara sepintas, karena keterbatasan kemampuan manusia, mantra merupakan keuntungan bagi masyarakat pengamalnya sesuai dengan peran, fungsi, dan kausalitasnya. Kedudukan manuskrip mantra dari dulu sampai sekarang, dalam tulisan ini berupaya diungkap, sehingga didapatkan bagaimana seluk beluk, peran, fungsi, dan kausalitasnya di masyarakat, khususnya di era generasi Z. Tulisan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif, dikaji menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, melalui metode pendekatan dan kajian hermeneutik, yang tidak terlepas dari kajian filologi, baik secara kodikologis maupun tekstologis, sosiologis sastra, serta kajian budaya. Diharapkan tulisan ini bermanfaat sebagai referensi literasi bagi ilmu lain secara multidisiplin.
TEKS MANUSKRIP MANTRA SUNDA KETERJALINAN IRAMA, DIKSI, DAN SIMILE Nani Sumarlina, Elis Suryani; Mohamad Permana, Rangga Saptya; Darsa, Undang Ahmad
KABUYUTAN Vol 4 No 1 (2025): Kabuyutan, Maret 2025
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v4i1.313

Abstract

Manuskrip sebagai dokumen budaya, teksnya di era generasi Z saat ini masih berperan dan memiliki fungsi yang sangat penting, karena mampu mengungkap makna yang bermanfaat sebagai referensi literasi bagi ilmu lain, khususnya bidang sastra, bahasa, budaya, dan komunikasi. Jika dilihat dari strukturnya, teks mantra Sunda termasuk ke dalam bentuk puisi Sunda, yang terikat oleh aturan kepuitisan sebuah karya sastra. Unsur irama, diksi, dan simile tidak terlepas dari rima dan citraan dalam upaya menunjang kepuitisan teks mantra itu sendiri, Keterjalinan unsur irama, diksi, dan simile menarik perhatian pembaca, membuat lebih hidup, serta dapat menimbulkan gambaran angan dan harapan. Irama dan diksi memperjelas makna dalam pembacaan dan teks mantra, demikian juga dengan simile mampu menghidupkan perasaan yang akan diungkapkan lebih nyata dan jelas, dan lebih ekspresif. Bahasa yang digunakan dalam teks mantra melalui keterjalinan irama, diksi, dan simile, melalui kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan dari susunan dan artinya yang biasa, menjadi luar biasa, untuk mendapatkan kesegaran dan kekuatan makna serta ekspresi dengan cara memanfaatkan irama, tekanan, diksi, serta simile melalui perbandingan, pertentangan, dan pertautan yang ada dalam sebuah teks mantra. Kajian ini termasuk penelitian kualitatif, melalui metode penelitian deskriptif analisis, dan metode kajian sastra lewat struktur puisi mantra dan maknanya, sehingga hasil dari keterjalinan irama, diksi, dan simile bermanfaat untuk mempejelas dan memperhalus perkataan (cerita) agar lebih indah’, karena bahasa itu dianggap hanya sekadar ‘bahan’, keindahan dan kehalusan bahasa menjelma setelah mengalami pengolahan melalui gubahan seorang pengarang.
KRITIK SOSIAL DALAM FILM-FILM KABAYAN DI ERA ORDE BARU: KETIMPANGAN DESA-KOTA, PERILAKU MATERIALISTIS DAN DAMPAK GLOBALISASI Mohamad Permana, Rangga Saptya; Nani Sumarlina, Elis Suryani; Darsa, Undang Ahmad
KABUYUTAN Vol 4 No 1 (2025): Kabuyutan, Maret 2025
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v4i1.316

Abstract

Artikel ini membahas representasi kritik sosial dalam dua film Kabayan produksi awal 1990-an, yaitu Si Kabayan Saba Metropolitan (1992) dan Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), yang hadir di tengah situasi sosial-politik Orde Baru Indonesia. Kedua film ini tidak hanya menawarkan hiburan komedi, tetapi juga menyisipkan kritik terhadap ketimpangan pembangunan antara desa dan kota, perubahan nilai-nilai masyarakat desa, serta penetrasi budaya global akibat arus modernisasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini menerapkan metode analisis naratif dan semiotik untuk menelaah simbol, dialog, sinematografi, serta representasi karakter dalam kedua film tersebut. Temuan menunjukkan bahwa karakter Kabayan digunakan sebagai metafora dari masyarakat desa yang lugu namun cerdas, yang harus berhadapan dengan kompleksitas modernitas kota. Isu-isu seperti gagap teknologi, stereotip sosial, materialisme, dan disorientasi nilai ditampilkan melalui konflik naratif dan simbol visual, seperti eskalator, jembatan penyeberangan, dan jam tangan. Narasi jenaka yang digunakan menjadi strategi efektif untuk menyampaikan kritik secara halus (polite criticism), mengingat ketatnya sensor budaya pada masa Orde Baru. Penelitian ini menyimpulkan bahwa film Kabayan tidak hanya menjadi cermin dari realitas sosial saat itu, tetapi juga menjadi arsip budaya yang mencatat transformasi ideologis masyarakat Indonesia dalam menghadapi ketimpangan dan globalisasi. Dengan demikian, film populer dapat berfungsi sebagai media perlawanan kultural yang penting dalam studi pembangunan dan komunikasi.
KRITIK SOSIAL DALAM FILM-FILM SI KABAYAN DI ERA ORDE BARU: LEGALISASI JUDI, SISTEM IJON, DAN KETIDAKAMANAN MASYARAKAT Permana, Rangga; Darsa, Undang Ahmad; Nani Sumarlina, Elis Suryani
KABUYUTAN Vol 4 No 2 (2025): Kabuyutan, Juli 2025
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v4i2.352

Abstract

Artikel ini membahas representasi kritik sosial dalam tiga film Kabayan, yaitu Si Kabayan (1975), Si Kabayan Saba Kota (1989), dan Si Kabayan dan Gadis Kota (1989), yang diproduksi dalam kurun waktu pemerintahan Orde Baru. Penelitian ini mengangkat tiga isu utama yang terekam dalam narasi film: pertama, legalisasi judi oleh pemerintah dan dampaknya terhadap masyarakat; kedua, sistem ijon yang mencengkeram petani miskin di desa; dan ketiga, ketidakamanan sosial termasuk maraknya penculikan pada era tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis tekstual dengan pendekatan kultural-politik, yang memadukan telaah terhadap unsur sinematografi, dialog, serta konteks historis-sosiologis film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film-film Kabayan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai medium kritik sosial yang efektif. Film Si Kabayan (1975) menyindir keras kebijakan negara dalam melegalkan praktik judi yang merusak tatanan moral masyarakat. Film Si Kabayan Saba Kota (1989) secara eksplisit menampilkan penindasan sistemik terhadap petani melalui praktik ijon, sekaligus memperlihatkan ketidakberdayaan aparat desa. Sedangkan dalam Si Kabayan dan Gadis Kota (1989), kekhawatiran atas penculikan mencerminkan kondisi sosial-politik di mana rakyat merasa tidak aman, baik oleh kriminalitas maupun oleh represi negara. Dengan menjadikan Kabayan sebagai simbol perlawanan kaum marjinal, ketiga film ini menyuarakan keresahan rakyat kecil terhadap ketimpangan struktural di era Orde Baru. Dengan demikian, film Kabayan dapat dibaca sebagai teks kultural yang menawarkan wacana perlawanan terhadap hegemoni negara.
FENOMENA TOGA BERBASIS NASKAH PENGOBATAN SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF PENYAKIT PENYERTA DI MASA PANDEMI COVID-19: FENOMENA TOGA BERBASIS NASKAH PENGOBATAN SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF PENYAKIT PENYERTA DI MASA PANDEMI COVID-19 Nani Sumarlina, Elis Suryani; Ahmad Darsa, Undang; Husen, Ike Rostikawati
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Juni 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v4i2.4

Abstract

Naskah Sunda kuno sebagai warisan masa silam, belum begitu dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Padahal teks atau isinya penting untuk diinformasikan keberadaannya di masa kini, terutama yang berkaitan dengan tanaman obat keluarga (TOGA), manfaat, dosis, rahasia tatacara pemgolahan, dan tindak pengobatannya. Tugas filolog untuk menginformasikan kepada masyarakat, agar dapat dimanfaatkan oleh disiplin ilmu lain secara multidisiplin, khususnya naskah pengobatan yang berguna untuk mencegah dan menanggulangi penyakit penyerta yang dialami pasien Covid-19. Metode yang digunakan, deskriptif komparatif, dan metode kajian filologis, baik secara kodikologis maupun tekstologis dan kajian sosial budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beragam tanaman obat atau TOGA bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh, dan mengobati penyakit penyerta penderita. Hasil kajian ini berguna untuk bidang kedokteran, farmasi, kesehatan masyarakat, kedokteran gigi, keperawatan, pertanian, antropologi, dan leksikografi.
FENOMENA TOGA BERBASIS NASKAH PENGOBATAN SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF PENYAKIT PENYERTA DI MASA PANDEMI COVID-19: FENOMENA TOGA BERBASIS NASKAH PENGOBATAN SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF PENYAKIT PENYERTA DI MASA PANDEMI COVID-19 Nani Sumarlina, Elis Suryani; Ahmad Darsa, Undang; Husen, Ike Rostikawati
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Juni 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v4i2.10

Abstract

Naskah Sunda kuno sebagai warisan masa silam, belum begitu dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Padahal teks atau isinya penting untuk diinformasikan keberadaannya di masa kini, terutama yang berkaitan dengan tanaman obat keluarga (TOGA), manfaat, dosis, rahasia tatacara pemgolahan, dan tindak pengobatannya. Tugas filolog untuk menginformasikan kepada masyarakat, agar dapat dimanfaatkan oleh disiplin ilmu lain secara multidisiplin, khususnya naskah pengobatan yang berguna untuk mencegah dan menanggulangi penyakit penyerta yang dialami pasien Covid-19. Metode yang digunakan, deskriptif komparatif, dan metode kajian filologis, baik secara kodikologis maupun tekstologis dan kajian sosial budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beragam tanaman obat atau TOGA bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh, dan mengobati penyakit penyerta penderita. Hasil kajian ini berguna untuk bidang kedokteran, farmasi, kesehatan masyarakat, kedokteran gigi, keperawatan, pertanian, antropologi, dan leksikografi.
SERPIHAN TERPENDAM KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT KANEKES BADUY: SERPIHAN TERPENDAM KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT KANEKES BADUY Nani Sumarlina, Elis Suryani; Ahmad Darsa, Undang; Husen, Ike Rostikawati
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 4 No 3 (2022): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Oktober, 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v4i3.61

Abstract

Kearifan lokal budaya yang dimiliki oleh suatu suku bangsa, khususnya yang ada di Nusantara ini, tersirat lewat tinggalan nenek moyang para pendahulunya. Demikian halnya dengan karuhun orang Sunda, yang menyimpan falsafah hidup, gagasan, ide, dan pemikiran cemerlang, yang dapat dijadikan acuan serta masih sejalan dengan kehidupan masa ini. Salah satu tinggalan masa lalu tersebut berkaitan dengan keteguhan terhadap tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan yang mereka anut. Andai kita cermati sistem kepercayaan yang ada di masyarakat adat Baduy, mereka penganut ajaran Selam Wiwitan/Sunda Wiwitan. Ajaran yang mereka anut dan yakini merupakan salah satu kepercayaan kepada Sang Pencipta (Gusti Allah), yakni ajaran yang menekankan tanggung jawab manusia terhadap pemeliharaan dan pelestarian alam dan lingkungannya, yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka sejak ratusan tahun silam, yang terus dipelihara, eksis, dan diimplementasikan hingga saat ini. Keberadaan ajaran Selam Wiwitan berkelindan erat dengan adat istiadat dan tradisi. Lewat ajaran Selam Wiwitan, kearifan lokal dimaksud tersirat lewat nilai-nilai kehidupan manusia pada masa silam yang sudah memiliki norma-norma sebagai makhluk sosial yang tertata dan saling memerlukan serta berinteraksi di antara satu sama lainnya, baik di dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lainnya di luar Baduy. Masyarakat Adat Baduy pun memiliki sistem perhitungan dan penanggalan, sebagai ‘acuan dan pedoman’ perhitungan dan penanggalannya yang disebut ‘kolénjér’ dan ‘sastra’. Lewat metode penelitian deskriptif analisis dan metode kajian budaya secara multidisiplin, baik etnografi, sosial, antropologi, komunikasi, maupun tradisi lisan, dapat diungkap apa dan bagaimana adat, tradisi, dan sistem religi yang terungkap di masyarakat adat Baduy, yang secara umum tidak bertolak belakang dengan sistem kepercayaan lainnya.