Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), caused by the Flavivirus and transmitted by Aedes aegypti and Aedes aegypti, has increased rapidly in tropical and subtropical regions, including Indonesia, which recorded 149,866 cases in 2024. Lampung recorded 9,096 cases, peaking in February, and Bandar Lampung City recorded 202 cases, with Kemiling District recording the highest number of cases with 27 cases. Environmental health workers play a crucial role in prevention through education, monitoring mosquito breeding sites, and 3M Plus interventions. However, the effectiveness of preventive measures still needs to be systematically evaluated. Purpose: To improve the knowledge of environmental health workers in optimizing dengue fever prevention measures. Method: This activity was conducted on July 2–4, 2025, in Kemiling District, Bandar Lampung, involving 20 health cadres who handle Dengue Fever as respondents. The health education activity used a lecture method and instructions in the form of informative leaflets on Dengue Fever prevention management, which included presentations, material presentations, and interactive discussions. Questionnaire scores, consisting of Pre-test and Post-test data, were analyzed using the Wilcoxon Signed Rank Test to determine changes in the cadres' level of knowledge after the education activity. Accumulated data were presented descriptively quantitatively. Results: The average age of respondents was 38.5 years with a standard deviation of 7.06 years, ranging from 29 to 57 years. The majority of respondents were between 36 and 45 years old, with 9 (45.0%) having a high school education, and 16 (80.0%). Meanwhile, based on the analysis, the data obtained on the respondents' knowledge level scores in the Pre-test obtained a Mean value of 20.5 in the range of 15-22, while in the Post-test, the Mean value was 24.5 in the range of 23-25, with a negative rank value = 0 and p-Value = 0.001. Conclusion: Education on Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) prevention management delivered through lectures, discussions, and leaflets significantly increased knowledge of environmental health and demonstrated the effectiveness of structured educational interventions tailored to the characteristics of respondents. Sugesstion: The educational program should be expanded and scheduled regularly with an integrated module that combines lectures, discussions, and interactive visual materials. The Health Office and community health centers (CHC) should increase leaflet distribution to all sub-districts prone to DHF, train local facilitators to support the sustainability of the intervention, and conduct tiered evaluations through Pre-tests and Post-tests to adapt the material to demographic needs and ensure continued knowledge improvement. Keywords: Cadres; Dengue hemorrhagic fever (DHF) prevention; Education Pendahuluan: Demam Berdarah Dengue (DBD), yang disebabkan oleh virus Flavivirus dan ditularkan oleh Aedes aegypti serta Aedes aegypti, telah meningkat pesat di wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia yang mencatat 149,866 kasus pada 2024. Di Lampung tercatat 9,096 kasus dengan puncak insiden pada Februari dan di Kota Bandar Lampung 202 kasus, di mana Kecamatan Kemiling memegang rekor tertinggi dengan 27 kasus. Kader kesehatan lingkungan memegang peran krusial dalam pencegahan melalui edukasi, pemantauan sarang nyamuk, serta intervensi 3M Plus, namun efektivitas tatalaksana pencegahan masih perlu dievaluasi secara sistematis. Tujuan: Memberikan peningkatan pengetahuan kader kesehatan lingkungan dalam mengoptimalkan tatalaksana pencegahan Demam Berdarah Dengue. Metode: Kegiatan ini dilaksanakan pada 2–4 Juli 2025 di Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, dengan melibatkan 20 kader kesehatan yang menangani Demam Berdarah Dengue menjadi responden. Kegiatan penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan petunjuk berupa leaflet informatif mengenai tatalaksana pencegahan Demam Berdarah Dengue yang meliputi kegiatan presentasi, pemaparan materi dan diskusi interaktif. Data skor kuesioner berupa data Pre-test dan Post-test dianalisis dengan Wilcoxon Signed Rank Test untuk melihat perubahan tingkat pengetahuan kader setelah kegiatan penyuluhan. Akumulasi data disampaikan secara deskriptif kuantitatif. Hasil: Menunjukkan usia rata-rata responden adalah 38.5 tahun dengan standar deviasi 7.06 tahun dalam rentang usia antara 29-57 tahun, mayoritas usia responden berada dalam rentang usia 36-45 tahun sebanyak 9 (45.0%) dan sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 16 orang (80.0%). Sedangkan berdasarkan analisa mendapatkan data skor tingkat pengetahuan responden pada pre-test mendapatkan nilai mean 20.5 dalam rentang nilai 15 – 22 sedangkan pada post-test mendapatkan nilai mean 24.5 dalam rentang nilai 23 – 25, dengan nilai negatif rank=0 dan p-Value=0.001. Simpulan: Edukasi tatalaksana pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disampaikan melalui ceramah, diskusi, dan media leaflet secara signifikan meningkatkan pengetahuan terhadap kesehatan lingkungan dan menunjukkan adanya efektivitas intervensi edukatif yang terstruktur dan sesuai karakteristik responden. Saran: Program edukasi sebaiknya diperluas dan dijadwalkan secara berkala dengan modul terpadu yang memadukan metode ceramah, diskusi, dan materi visual interaktif. Dinas Kesehatan dan puskesmas perlu meningkatkan distribusi leaflet ke seluruh kecamatan rawan Demam Berdarah Dengue, melatih fasilitator lokal untuk mendukung keberlanjutan intervensi, serta melakukan evaluasi berjenjang melalui pre-test/ post-test untuk menyesuaikan materi dengan kebutuhan demografis dan memastikan peningkatan pengetahuan yang berkelanjutan.